Sabtu, 20 September 2025

Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman Muhaqqiq kitab I'lamul Muwaqqi'in bercerita bahwa beliau pernah mendengar Syekh Bakr Abu Zaid mengatakan, "Aku dengar dari Syaikh Ibnu Baz bahwa Syaikh telah mengajarkan kitab tersebut sebanyak 70 kali!".

Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman Muhaqqiq kitab I'lamul Muwaqqi'in bercerita bahwa beliau pernah mendengar Syekh Bakr Abu Zaid mengatakan, "Aku dengar dari Syaikh Ibnu Baz bahwa Syaikh telah mengajarkan kitab tersebut sebanyak 70 kali!".
ustadz natsier 

فتح المجيد :من أعظم ما ينافي التوحيددعاء غير الله عز وجل، كالإستغاثة بالأموات أو الأولياء.

فتح المجيد

من أعظم ما ينافي التوحيد

دعاء غير الله عز وجل، كالإستغاثة بالأموات أو الأولياء.

Sejelek-jelek umatku adalah yang banyak bicaranya dan pandai bersilat lidah. Sedangkan sebaik-baik umatku adalah orang yang paling baik akhlaknya

Banyak Bicara dan Pandai Bersilat Lidah. 
Bahasa lomboknya adalah lui' raos dan peak. 

Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

شرار أمتي الثرثارون، المتشدقون، المتفيهقون، وخيار أمتي أحاسنهم أخلاقًا

“Sejelek-jelek umatku adalah yang banyak bicaranya dan pandai bersilat lidah. Sedangkan sebaik-baik umatku adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari)
ustadz prangga warisman

Pentingnya Mempelajari Akidah Salaf

📌 Pentingnya Mempelajari Akidah Salaf

Pentingnya mempelajari akidah salaf, karena beberapa alasan berikut:

1. Akidah Salaf mampu menyatukan hati, mengikat jiwa, dan mempersatukan umat dengan satu tujuan, yaitu berjuang melawan kesyirikan dan kesesatan, serta menegakkan keadilan dan kebenaran di tengah manusia.

2. Akidah salaf memiliki ciri yang jelas berlandaskan pada nash-nash Al-Qur’an sebagai dasar pijakan dalam pemahaman dan pandangan, jauh dari syubhat. 

3. Berpegang kepada akidah salaf berarti melaksanakan apa yang diperintahkan Al-Qur’an dan As-sunnah. 

4. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menyatukan barisan kaum muslimin serta menjauhkan dari pertikaian akibat hawa nafsu dan perpecahan selain dengan kembali kepada akidah salaf. Dari sanalah umat dapat memulai pembangunan, pendidikan, dan pengarahan.

📌 Perhatian Salaf terhadap Akidah

Para ulama salaf melakukan perjuangan yang besar dalam menjaga dan membela akidah. 

Hal ini, menonjol dalam dua hal:

Pertama:
Melakukan debat dan dialog dengan para pengikut aliran-aliran sesat, membungkam serta menyingkap hakikat kesesatan mereka.

Kedua:
Menulis kitab-kitab untuk menjelaskan akidah yang benar dengan bersandar pada Al-Qur’an, sunnah, dan perkataan salaf atau menulis bantahan terhadap kitab-kitab kelompok menyimpang seperti Jahmiyyah, Mu‘tazilah, kaum at*is, serta pengusung paham hulul dan wahdatul wujud.

Pertarungan antara kebenaran dan kebatilan semakin memuncak pada masa Imam Ahmad, melebihi masa-masa sebelumnya. Hal ini karena kelompok Jahmiyyah dan Mu‘tazilah berhasil memengaruhi sebagian khalifah Abbasiyah agar mengikuti paham mereka dan memaksakan masyarakat untuk menerimanya. Hal ini terjadi pada masa al-Ma’mun (w. 218 H), al-Mu‘tasim (w. 227 H), dan al-Wathiq (w. 232 H).

Para ulama pun diuji, disakiti, bahkan dipukul. Imam Ahmad tetap tegar menghadapi fitnah ini. Ia berdebat dengan Mu‘tazilah, membantah syubhatnya, serta bersabar menghadapi penjara dan siksaan, hingga Allah menurunkan pertolongan bagi sunnah dan menundukkan bid‘ah. 

Itu terjadi ketika al-Mutawakkil (232–247 H) memegang tampuk kekuasaan, lalu Allah hidupkan kembali madzhab Ahlus Sunnah dan meninggikan panji kebenaran.

Sejak saat itu, dakwah kembali bersinar mengajak umat kepada akidah salaf radhiyallahu anhum sebelum akidah ini tercemar oleh pemahaman filsafat dan perdebatan kalam.

Imam Ahmad bin Hanbal pun menulis dua kitabnya yang terkenal, yaitu as-Sunnah dan ar-Radd ‘ala az-Zanadiqah wal-Jahmiyyah. Kemudian putranya, Abdullah, menyusun kitab yang lebih luas berjudul as-Sunnah, yang membantah para penolak sifat Allah (mu‘aththilah), kaum waqifah, al-lafzhiyyah, dan musyabbihah.

Setelah itu, karya-karya tentang akidah salaf terus bermunculan yang berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah, terlebih setelah banyaknya aliran sesat dengan pemikiran yang semakin matang. 

Maka Imam al-Bukhari menulis Khalq Af‘al al-‘Ibad, Ibnu Abi ‘Ashim an-Nabil menulis as-Sunnah, ‘Utsman bin Sa‘id ad-Darimi menulis ar-Radd ‘ala al-Jahmiyyah dan ar-Radd ‘ala Bisyr al-Marrisi, al-Khallal menulis as-Sunnah, ath-Thabarani menulis Kitab as-Sunnah, dan al-Ajurri menulis as-Syari‘ah.

Di antara ulama besar yang menulis dalam bidang ini adalah Imam al-A’immah Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah dengan kitabnya Kitab at-Tauhid wa Itsbat Shifat ar-Rabb ‘Azza wa Jalla.

Wallahu yahfazukum wa yar‘akum.
__
Andre Satya Winatra
TPQ Imam Asy-Syafi'i (TPQI) 
Ibnu Utsman Boarding School
Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau Indonesia

--
📡 Ikuti dan bantu follow ya platform media sosial kami:
▶️ Youtube: Maktabah Riyadhus Shalihin https://www.youtube.com/@MaktabahRiyadusShalihin 
📗Facebook: Andre Satya Winatra
https://www.facebook.com/share/1EhUPw3j4d/
📩Telegram Catatan Andre:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra
📻 Saluran Whatsapp Catatan Andre Official: https://whatsapp.com/channel/0029VawEBXA5K3zVFQBwds0i
📂 Grup Whatsapp Markaz Belajar Islam: https://chat.whatsapp.com/JjDdGmRybtaGihoGo2YVFM?mode=r_c
📩Telegram Maktabah Riyadhus Shalihin: https://t.me/MaktabahRiyadhShalihin
▶️ Youtube: TPQ Imam Asy-Syafi'i Tanjungpinang  https://youtube.com/@tpqimamasy-syafiitanjungpinang?si=ckfMKC_9ia_72dxO
📘Facebook: TPQ Imam Asy-Syafi'i
https://www.facebook.com/share/19TA1FmPMd/
===

#Boleh_disebarluaskan
#Mudah_mudahan_menambah_ilmu_kita
#Ya_Rabbku_tambahkanlah_aku_ilmu
رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
(QS. Ṭhaha: 114)

Sesiapa yang mengucapkan (اللَّهُمَّ / Allahumma), maka sesungguhnya dia telah berdoa kepada Allah dengan seluruh nama-nama-Nya

An-Nadhr bin Syumail رحمه الله berkata:

"Sesiapa yang mengucapkan (اللَّهُمَّ / Allahumma), maka sesungguhnya dia telah berdoa kepada Allah dengan seluruh nama-nama-Nya."

— Jalā’ al-Afhām, Ibn al-Qayyim, hlm. 154
ustadz ibnu salam 

Jumat, 19 September 2025

Jauhilah oleh kamu sikap memaksa-maksa (dalam beragama), melampau, berlebih-lebihan, dan merasa kagum dengan diri sendiri. Rendahkanlah diri kamu kerana Allah, mudah-mudahan Allah mengangkat (darjat) kamu

"Jauhilah oleh kamu sikap memaksa-maksa (dalam beragama), melampau, berlebih-lebihan, dan merasa kagum dengan diri sendiri. Rendahkanlah diri kamu kerana Allah, mudah-mudahan Allah mengangkat (darjat) kamu."

— Al-Tabi‘i Qatadah رحمه الله
Sīr A‘lām al-Nubalā’ (5/276)
ustad ibnu salam 

Kisah Menakjubkan yang Terjadi pada Imam Ibn Daqiq al-‘Id dengan Kitabnya “al-Imam”

Kisah Menakjubkan yang Terjadi pada Imam Ibn Daqiq al-‘Id dengan Kitabnya “al-Imam”

Kitab al-Imam ini memiliki kisah yang sangat menakjubkan. Imam Ibn Daqiq al-‘Id adalah salah satu mujtahid besar pada masanya. Para ulama yang menulis biografinya menyatakan bahwa beliau telah mencapai derajat ijtihad mutlak.

Seandainya saja, sebagaimana dikatakan sebagian orang, hal ini diumumkan secara luas di tengah masyarakat, tentu tidak akan terjadi musibah besar yang menimpa beliau.

Imam Ibn Daqiq al-‘Id rahimahullah pada awalnya bermadzhab Maliki. Beliau menulis sebuah kitab tentang hadis-hadis hukum, mirip seperti ‘Umdah al-Ahkam. Kitab itu beliau namakan al-Imam fi Jam‘ Ahadith al-Ahkam.

Tentang kitab ini, Syaikhul Islam Ibn Taimiyah ketika melihatnya berkata:

“Seandainya beliau menyempurnakan kitab ini, niscaya umat tidak lagi membutuhkan kitab lain dalam masalah hukum.”

Kitab al-Imam ini sangat besar. Ibn Daqiq al-‘Id baru sampai pada pembahasan ibadah haji, namun sudah memuat sekitar enam hingga tujuh ribu hadis. Padahal masih tersisa bab-bab tentang muamalah, rumah tangga, dan hukum-hukum lainnya.

Diperkirakan bila kitab ini selesai, akan memuat hingga dua puluh ribu hadis hukum. Karena menyadari usia terbatas dan tidak semua orang mampu mengambil manfaat darinya kecuali dari kalangan ulama besar, beliau akhirnya memutuskan untuk membuat ringkasan.

Beliau berkata: “Aku akan mulai dengan ringkasan. Jika Allah memberiku usia panjang, maka akan aku sempurnakan kitab al-Imam.” Dari sinilah lahir kitab al-Ilmam, yaitu ringkasan dari al-Imam. Kitab ini selesai beliau tulis, memuat lebih dari dua ribu hadis. 

Setelah itu, Ibn Daqiq al-‘Id melihat bahwa kitab ringkas ini juga butuh syarah. Maka beliau pun menulis Syarḥ al-Ilmam bi Ahadith al-Ahkam. Kitab ini selesai ditulis dalam bentuk yang sangat besar.

Untuk memberi gambaran: lima jilid pertama syarahnya hanya berisi penjelasan dari 25 hadis saja! Sehingga diperkirakan seluruh syarah bisa mencapai dua puluh jilid atau lebih. Bila dicetak dengan standar penelitian zaman sekarang, mungkin mencapai 80 sampai 100 jilid.

Namun, apa yang terjadi? Dalam perjalanan hidupnya, Imam Ibn Daqiq al-‘Id yang awalnya bermadzhab Maliki kemudian berpindah ke madzhab Syafi‘i. Perpindahan ini membuat sebagian fanatikus Maliki marah.

Salah seorang di antara mereka menyelinap masuk, lalu mengambil manuskrip syarah al-Ilmam dan membuangnya ke dalam aliran air. Ketika itu, tinta kitab besar tersebut membuat air sungai berubah menjadi hitam.

Hilanglah syarah al-Ilmam seluruhnya, kecuali bagian 25 hadis yang sempat disalin salah satu murid beliau. Inilah yang tersisa sampai sekarang.

Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi Ibn Daqiq al-‘Id. Beliau sangat terpukul, hingga tidak mampu menulis ulang syarah tersebut. Akhirnya beliau wafat dalam keadaan belum bisa mengulanginya.

Kehilangan ini sungguh besar. Barangsiapa membaca karya-karya beliau, seperti syarah ‘Umdah al-Ahkam (Ihkam al-Ahkam), akan tahu betapa agung kedudukan beliau.

Bahkan, Imam Ibn Taimiyah yang hidup sezaman dengannya sering menyebut Ibn Daqiq al-‘Id sebagai “al-Imam”. Padahal usia Ibn Daqiq al-‘Id lebih tua darinya. Itu menunjukkan betapa besar penghormatan Ibn Taimiyah kepadanya.

Memang, sebagian ulama kemudian meragukan kebenaran kisah ini, seperti al-Hafizh Ibn Hajar. Namun bukan mustahil, sebab fanatisme buta memang bisa menjerumuskan sebagian orang melakukan hal yang sangat buruk.

Seandainya sejak awal diumumkan bahwa beliau telah mencapai derajat ijtihad mutlak, tentu para fanatik tidak akan berani mengganggu beliau.

Adapun kitab al-Ilmam, ringkasan dari al-Imam, telah ditahqiq oleh Syaikh Sa‘d al-Humaid. Kitab ini memuat sekitar 1800 hadis. Sedangkan syarah al-Ilmam, hingga kini tidak ada syarah lengkap yang diterbitkan, kecuali ada seorang ulama Maliki pada abad ke-10 H yang menulis syarahnya, namun sampai sekarang belum dicetak.

Wallahu yahfazukum wa yar‘akum.
__
Andre Satya Winatra
TPQ Imam Asy-Syafi'i (TPQI) 
Ibnu Utsman Boarding School
Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau Indonesia

📡 Ikuti dan bantu follow ya platform media sosial kami:
▶️ Youtube: Maktabah Riyadhus Shalihin https://www.youtube.com/@MaktabahRiyadusShalihin 
📗Facebook: Andre Satya Winatra
https://www.facebook.com/share/1EhUPw3j4d/
📩Telegram Catatan Andre:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra
📻 Saluran Whatsapp Catatan Andre Official: https://whatsapp.com/channel/0029VawEBXA5K3zVFQBwds0i
📂 Grup Whatsapp Markaz Belajar Islam: https://chat.whatsapp.com/JjDdGmRybtaGihoGo2YVFM?mode=r_c
📩Telegram Maktabah Riyadhus Shalihin: https://t.me/MaktabahRiyadhShalihin
▶️ Youtube: TPQ Imam Asy-Syafi'i Tanjungpinang  https://youtube.com/@tpqimamasy-syafiitanjungpinang?si=ckfMKC_9ia_72dxO
📘Facebook: TPQ Imam Asy-Syafi'i
https://www.facebook.com/share/19TA1FmPMd/
===

#Sahabat_Kitab
#Maktabah_Riyadhus_Shalihin
#Khazanah_Ilmiah
#Kitab_Kitab_Para_Ulama
#Ilmu_bermanfaat

Jibril turun kepada Nabi ﷺ dengan membawa Sunnah sebagaimana dia turun kepadanya dengan membawa al-Quran

Tabi‘i Hasan bin ‘Atiyyah رحمه الله berkata:

“Jibril turun kepada Nabi ﷺ dengan membawa Sunnah sebagaimana dia turun kepadanya dengan membawa al-Quran.”

— Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam al-Marasil (361) dan al-Darimi dalam Musnad-nya (608)
ustad ibnu salam 

HATI IBARAT SEBUAH BEJANA

HATI IBARAT SEBUAH BEJANA

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata:

Hati itu seperti bejana, apabila telah penuh dengan sesuatu maka tidak ada lagi tempat yang tersisa untuk sesuatu yang lain, Maka apabila hati itu penuh dengan kecintaan kepada dunia niscaya hati akan tersibukkan  (berpaling) dari mencintai Allah Azza wajalla dan Rasulnya shallallahu alaihi wasallam sehingga tidak ada keinginan bagi manusia kecuali hanya bekerja mencari penghidupan dunia  [Fathu Zil Jalaali Walikram  (9/366)]
ustadz miftah indy

𝗦𝘆𝗮𝗿𝗵 𝗔𝗸𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗮𝘁𝗵-𝗧𝗵𝗮𝗵𝗮𝘄𝗶𝘆𝗮𝗵 (𝗣𝗮𝗿𝘁 𝟮)

𝗦𝘆𝗮𝗿𝗵 𝗔𝗸𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗮𝘁𝗵-𝗧𝗵𝗮𝗵𝗮𝘄𝗶𝘆𝗮𝗵 (𝗣𝗮𝗿𝘁 𝟮)

وَمَا يَعْتَقِدُونَ مِنْ أُصُولِ الدِّينِ، وَيَدِينُونَ بِهِ رَبَّ الْعَالَمِينَ.

"Dan apa yang mereka yakini sebagai pokok-pokok agama/akidah (Ushul ad-Din), itulah yang mereka jadikan sebagai agama untuk beribadah kepada Rabb semesta alam."

𝗺𝗮𝗸𝘀𝘂𝗱𝗻𝘆𝗮: 

Penulis, Abu Ja'far ath-Thahawiy akan menyampaikan pokok-pokok agama/akidah (Ushul ad-Din) yang menjadi keyakinan para ulama yang telah disebutkan namanya sekaligus mereka nilai itu sebagai agama, sekaligus menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, Rabb semesta alam.

𝗜𝘀𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗨ṣū𝗹 𝗮𝗱-𝗗ī𝗻 (𝗣𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮) 𝗱𝗶𝗴𝘂𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗱𝘂𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗲𝗿𝘁𝗶𝗮𝗻:

1. Sebagai nama bidang ilmu.

Yaitu dijadikan istilah untuk menyebut ilmu akidah. Karena itu, tidak mengapa jika dikatakan: ilmu akidah, ilmu uṣūl ad-dīn, matn (teks) dalam akidah, atau matn dalam uṣūl ad-dīn. Semua ini boleh digunakan, dan tampaknya maksud Abū Ja‘far rahimahullāh adalah pengertian ini: bahwa istilah Uṣūl ad-Dīn dimaksudkan sebagai akidah, sehingga keduanya memiliki makna yang sama, sebagaimana nanti akan tampak pula pada istilah tauhid.

2. Sebagai penentu kedudukan suatu masalah.

Maksudnya, ada masalah-masalah besar dalam agama yang disebut sebagai uṣūl ad-dīn. Konsekuensinya, jika seseorang menyelisihi masalah yang dikategorikan sebagai pokok agama, bisa muncul hukum takfīr (vonis kafir), tafsīq (vonis fasik), atau hukum lain yang serupa.

Kelompok ahli bid‘ah menggunakan istilah ini dengan cara yang salah dalam tiga hal:

1. Mereka memasukkan sesuatu yang sebenarnya bukan pokok agama, kemudian membangun hukum takfīr atau tafsīq di atasnya.

2. Mereka berlebihan dalam sebagian masalah yang mereka sebut pokok agama, lalu memberikan konsekuensi yang tidak semestinya.

3. Mereka membatasi pokok agama hanya pada masalah-masalah ilmiah (teoritis, akidah), sehingga melalaikan masalah-masalah besar yang sifatnya amaliah. Padahal, tidak semua masalah akidah merupakan pokok agama, dan di sisi lain, dalam masalah amaliah pun terdapat pokok agama. Contohnya, rukun Islam seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. Semua ini termasuk pokok agama, meskipun termasuk masalah amaliah, bukan ilmiah.

Ahlus Sunnah wal Jamā‘ah menggunakan istilah ini dengan pendekatan yang lebih tepat:

1. Uṣūl ad-Dīn adalah perkara-perkara besar dalam agama, baik yang bersifat ilmiah (akidah) maupun amaliah (ibadah).

2. Furū‘ ad-Dīn (cabang agama) adalah perkara-perkara yang lebih detail dan rinci, baik dalam aspek ilmiah maupun amaliah. Inilah yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullāh.

𝗣𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮𝗮𝗻 𝗔𝗸𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗧𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱

Akidah memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan tauhid.

Tauhid berfokus pada tiga pembahasan utama:

1) Rububiyah (mengesakan Allah dalam penciptaan, pengaturan, dan pemeliharaan alam semesta).
2) Uluhiyah (mengesakan Allah dalam ibadah).
3) Asma’ wa Shifat (mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya).

Akidah mencakup ketiga hal di atas sekaligus hal-hal lain yang lebih luas, seperti:

1) iman kepada malaikat,
2) iman kepada kitab-kitab Allah,
3) iman kepada para nabi dan rasul,
4) iman kepada hari kiamat,
5) iman kepada takdir,
6) serta pembahasan tambahan lain seperti kedudukan para sahabat, Ahlul Bait, karamah wali, masalah jin, dan seterusnya.

Dengan demikian, tauhid hanyalah bagian dari akidah. Maka:

1) Jika pembahasan tentang jin atau malaikat → itu akidah, bukan tauhid.
2) Jika tentang para sahabat → itu akidah, bukan tauhid.
3) Jika tentang al-Qur’an atau kitab terdahulu → itu akidah, bukan tauhid.
4) Jika tentang hari kiamat → itu akidah, bukan tauhid.
5) Jika tentang rububiyah, uluhiyah, atau asma’ wa shifat → itu tauhid, dan pada saat yang sama bagian dari akidah.

𝗣𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗶𝘀𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻

1) Penyimpangan pada tema tauhid, misalnya meyakini ada sesembahan selain Allah, 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁 𝘀𝘆𝗶𝗿𝗶𝗸.
2) Penyimpangan pada tema akidah secara umum, seperti mencaci nabi, menghinakan al-Qur’an, dan sebagainya, 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁 𝗸𝘂𝗳𝘂𝗿.

Syirik adalah bagian dari kekufuran, tetapi tidak semua kekufuran termasuk syirik.

Jika kita perhatikan, semua tema akidah pada akhirnya bermuara kepada Allah:

1) Malaikat → makhluk mulia yang Allah tugaskan.
2) Para nabi → utusan pilihan Allah untuk menyampaikan risalah-Nya.
3) Al-Qur’an → kitab petunjuk Allah bagi manusia.
4) Takdir → ketentuan Allah yang berlaku bagi seluruh makhluk.
5) Hari kiamat → kembalinya manusia kepada Allah.

Jadi, pangkal dan ujung semua pembahasan akidah adalah Allah, sementara inti pembahasan tentang Allah terfokus pada tauhid: rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Karena itu, mempelajari tauhid adalah pintu dasar yang harus dimasuki sebelum mendalami seluruh cakupan akidah.

𝗔𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗸𝗲𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗮𝗺 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗶𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵-𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗯𝗮𝗱𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵?

Jawabannya: tentu saja iya, bahkan itu termasuk ibadah yang paling agung.

Sebab agama memiliki dua sisi: 

1) yang tampak (amal lahiriah) dan 
2) yang batin (keyakinan hati). Dan pembahasan agama yang bersifat batin dalam banyak hal lebih agung daripada agama lahir.

Oleh karena itu, akidah yang benar merupakan ibadah yang paling besar, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir. Tidak ada ibadah yang lebih besar daripada enam rukun iman ini.

Maka hendaknya setiap orang yang mempelajari akidah menghadirkan niat ikhlas, karena ia sedang menuntut ilmu yang paling bermanfaat dan paling agung untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, hendaknya ia menyadari betapa pentingnya akidah sehingga menempatkannya pada kedudukan yang semestinya dan menghargainya dengan sebaik-baiknya.
____
Dikembangkan dari:

1. Syarh Syaikh Shaleh Sindiy hafidzahullah.
2. Catatan kami pribadi terkait perbedaan antara akidah dan tauhid.

____
Madinah, kota Nabi shallallahu alaihi wasallam 
Yani Fahriansyah

Rabi' bin Hadi al-Madkhali رحمه الله berkata: "Saya sama sekali tidak menyukai siapa pun yang memiliki sikap fanatik (Ta'ashub) kepada saya."

Rabi' bin Hadi al-Madkhali رحمه الله berkata: 
"Saya sama sekali tidak menyukai siapa pun yang memiliki sikap fanatik (Ta'ashub) kepada saya."

Diambil dari kaset 'Bahaya Berbohong, Dampak Buruknya, dan Sikap Islam Terhadapnya'"
ustadz miftah indy 

Tiga golongan yang berdoa, namun doa mereka tidak akan dimakbulkan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tiga golongan yang berdoa, namun doa mereka tidak akan dimakbulkan:

1. Lelaki yang mempunyai isteri yang buruk akhlaknya tetapi dia tidak menceraikannya.

2. Lelaki yang mempunyai hak (hutang) atas seseorang, tetapi dia tidak mengambil saksi ke atasnya.

3. Lelaki yang memberikan hartanya kepada orang yang dungu (bodoh), sedangkan Allah عز وجل telah berfirman: ‘Dan janganlah kamu serahkan harta-harta kamu kepada orang-orang yang safih (bodoh).’ [al-Nisa’: 5]”

— Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Ash‘ari رضي الله عنه
al-Silsilah al-Sahihah (no. 1805)
ustadz ibnu salam 

Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan bersamanya. Siapa yang Allah bersamanya, maka dia bersama kelompok yang tidak terkalahkan, penjaga yang tidak tidur, dan pemandu yang tidak menyesatkan

Qotadah -rahimahullah- berkata, "Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan bersamanya. Siapa yang Allah bersamanya, maka dia bersama kelompok yang tidak terkalahkan, penjaga yang tidak tidur, dan pemandu yang tidak menyesatkan." (Raudhatul 'Uqala, hal. 27).
ustadz al mizzi

TIGA GOLONGAN PADA UMAT INI

TIGA GOLONGAN PADA UMAT INI

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
"Umat ini terbagi menjadi tiga bagian:
▪️ Golongan yang mengetahui kebenaran dan mengikutinya.
Mereka ini termasuk orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.
▪️ Golongan yang mengetahui kebenaran tetapi menyelisihinya.
Mereka ini termasuk orang-orang yang dimurkai.
▪️ Golongan yang tidak mengetahui kebenaran dan mengerjakan kebatilan.
Mereka ini termasuk orang-orang yang sesat.

Maka, sebaik-baik golongan dalam umat ini adalah mereka yang mengetahui kebenaran dan mengikutinya." [Syarh Al Aqidah AtTadmuriyyah : 524]
ustadz miftah indy

Aqidah Wasithiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah

🔎Aqidah Wasithiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah salah satu turats aqidah paling berharga Ahlus Sunnah yang mana ditulis ringkas sehingga mudah dibaca oleh orang-orang. Berfokus kepada permasalahan-permasalahan pokok aqidah dan dalil-dalil tiap permasalahan. Banyak para masyayikh yang mengkaji matan ini salah satunya adalah Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahumallah yang sedang berlangsung di Masjid Nabawi. 

📝Beberapa maklumat penting tentang matan ringkas ini: 
📚1) Matan ini ditulis dan diselesaikan oleh Syaikhul Islam hanya dalam sekali duduk setelah asar. 
📚2) Disebutkan beliau baru berumur 33 tahun saat menulis matan ini, lebih tepatnya pada tahun 698 H. 
📚3) Kebenaran nisbat matan ini kepada Syaikhul Islam, diperkuat oleh beberapa dalil di antaranya: beliau menyebutkan kisah penulisan aqidah ini di dalam Majmu' Fatawa serta mayoritas ulama yang menulis biografi beliau menyebutkan matan ini di daftar karya tulis beliau dan tidak ada satupun yang memasukkannya ke daftar karya tulis ulama selain beliau. 
📚4) Alasan beliau menulis ini adalah atas permintaan seorang qadhi dari Wasith yang kebetulan sedang melakukan perjalanan haji kemudian singgah di Syam tempat Syaikhul Islam saat itu. 
📚5) Matan ini menjadi saksi mihnah (cobaan) yang beliau alami ketika disidang oleh Sultan dihadapan para ahli ilmu lintas madzhab. Beliau disuruh menyebutkan aqidah yang beliau anut dan dakwahi lalu mengeluarkan matan ringkas ini yang telah beliau tulis tujuh tahun sebelum invasi Mongol atas Negeri Syam. 
📚6) Belum ada para ulama yang mensyarah matan ini -dalam bentuk kitab- kecuali pada abad ke 14 Hijriyah baru disyarah oleh para masyayikh Ahlus Sunnah. 
📚7) Aqidah Wasithiyah bukan matan yang hanya membahas tauhid asma' was shifat sebagaimana yang disalahpahami oleh sebagian penuntut ilmu, namun mencakup permasalahan-permasalahan lain seperti iman, taqdir, hari akhir, karamah, alul bait, shahabat, dll. Namun matan ini tetap menjadi kitab penting dalam masalah tauhid asma' was shifat. Jika ingin mencari yang lebih spesifik bisa membaca Risalah Tadmuriyah karya beliau. 
📚8) Salah satu syarah terbaik aqidah ini adalah at-Tanbihat as-Saniyyah karya Syaikh Abdul Aziz ar-Rasyid rahimahullah yang mana keunggulan syarah beliau adalah selalu membawakan perkataan Syaikhul Islam dan Imam Ibnul Qayyim di setiap nafas kitab ini.

📖Disadur dari berbagai sumber.
ustadz muhammad taufiq

Wasiat Mbah Hasyim Asy'ariy Untuk Menampakkan Ilmu Ketika Berbagai Bid'ah dan Fitnah muncul ke permukaan

Wasiat Mbah Hasyim Asy'ariy Untuk Menampakkan Ilmu Ketika Berbagai Bid'ah dan Fitnah muncul ke permukaan

K.H Hasyim Asy'ariy Pendiri NU memerintahkan kepada orang berilmu untuk menampakkan ilmu mereka ketika berbagai fitnah dan kebid'ahan nampak ke permukaan.

Dalam kitâb tulisan tangan beliau berjudul:

مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء بالمعنى على فسانترين للشيخ محمد هاشم أشعري
Muqaddimah Al-Qânûn Al-Asâsiy Li Jum'iyyati Nahdhatil 'Ulamâ' Bilma'nâ 'Alâ Fasântrîn karya As-Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ariy

Tepatnya hal 26 (lihat lingkaran merah pada gambar) beliau rahimahullâh berkata:

"Rasûl shallallâhu 'alaihi wa sallam telah bersabda, jika berbagai fitnah dan berbagai kebid'ahan telah nampak, para sahabat nabi telah dicela, maka hendaklah orang berilmu menampakkan ilmunya, dan siapa tidak melakukan itu, maka wajib atasnya laknat Allâh, laknat malaikat, dan manusia semuanya, Al-Khathîb Al-Baghdâdiy telah mengeluarkannya di dalam Al-Jâmi'."

Link Download Scanan Kitab asli tulisan tangan K.H Asy'ariy dapat download di sini:
https://archive.org/details/20210619_20210619_1454/page/n9/mode/2up

Siapapun yang tulus dalam tekadnya, setan akan berputus asa darinya (tidak akan mengganggunya).

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullaahu berkata,

Siapapun yang tulus dalam tekadnya, setan akan berputus asa darinya (tidak akan mengganggunya).

Namun, kapan pun seorang hamba penuh dengan keragu-raguan, maka setan akan menguasai dirinya, membuatnya gemar menunda amalan, hingga dapat melemahkannya.

— Majmu' Rasaail (1/377)
ustadz abahynya muhammad 

𝗙𝗮𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗗𝗮𝗿𝘀 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗵 𝗔𝗸𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗧𝗵𝗮𝗵𝗮𝘄𝗶𝘆𝗮𝗵 (𝗠𝗮𝗷𝗲𝗹𝗶𝘀 𝗣𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗦𝗵𝗮𝗹𝗲𝗵 𝗦𝗶𝗻𝗱𝗶𝘆 𝗵𝗮𝗳𝗶𝗱𝘇𝗮𝗵𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵)

𝗙𝗮𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗗𝗮𝗿𝘀 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗵 𝗔𝗸𝗶𝗱𝗮𝗵 𝗧𝗵𝗮𝗵𝗮𝘄𝗶𝘆𝗮𝗵 (𝗠𝗮𝗷𝗲𝗹𝗶𝘀 𝗣𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗦𝗵𝗮𝗹𝗲𝗵 𝗦𝗶𝗻𝗱𝗶𝘆 𝗵𝗮𝗳𝗶𝗱𝘇𝗮𝗵𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵)

Imam ath-Thahawiy mengatakan:

هَذَا ذِكْرُ بَيَانِ عَقِيدَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ عَلَى مَذْهَبٍ فُقَهَاءِ الْمِلَّةِ؛ أَبِي حَنِيفَةَ النُّعْمَانِ بْنِ ثَابِتِ الْكُوفِيِّ، وَأَبِي يُوسُفَ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْأَنْصَارِيِّ، وَأَبِي عَبْدِ اللهِ مُ حَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ الشَّيْبَانِيِّ -رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ-.

“Ini adalah penjelasan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah menurut madzhab fuqaha agama ini: 

(1) Abu Hanifah an-Nu‘man bin Tsabit al-Kufi, 
(2) Abu Yusuf Ya‘qub bin Ibrahim al-Anshari, dan 
(3) Abu ‘Abdillah Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani – semoga Allah meridhai mereka semua.”


Penulis rahimahullah memulai dengan menyebutkan tema risalah ini. Beliau berkata: “𝙄𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙣𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙞𝙙𝙖𝙝 𝘼𝙝𝙡𝙪𝙨 𝙎𝙪𝙣𝙣𝙖𝙝 𝙬𝙖𝙡 𝙅𝙖𝙢𝙖𝙖𝙝” hingga akhir dari baris-baris tersebut. 

Dari sini terdapat empat poin penting:

𝗣𝗼𝗶𝗻 𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮

Alasan penulis rahimahullah menulis risalah ini adalah untuk menjelaskan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Penjelasan tentang akidah yang benar sangat diperlukan ketika merebaknya akidah error, pihak berseberangan dan para pengabur kebenaran. Begitulah hiruk pikuk keadaan pertarungan akidah di zaman penulis, Abu Ja’far ath-Thahawiy rahimahullah.

Jika anda menelaah sejarah pada paruh kedua abad ketiga hijriyah dan setelahnya, yaitu masa Abu Ja’far ath-Thahawiy hidup, akan terlihat bahwa kekuatan ahlul bid‘ah semakin besar dan bergelombang. 

Mereka menyebar luas dengan berbagai macam kelompoknya: para filsuf dengan filsafatnya, kaum Mu‘tazilah dengan ajarannya, mereka memiliki pengaruh, buku-buku, sekolah, serta pengikut. Begitu pula kelompok-kelompok bid‘ah lainnya yang setara atau lebih rendah dari mereka. Dengan itu kebutuhan untuk menjelaskan kebenaran yang dipegang dan dianut para salaf sangat mendesak. Karena itu Abu Ja’far bangkit menjelaskan kebenaran akidah salaf agar tetap hidup dan semerbak di kalangan umat.

Ini adalah pelajaran penting bagi setiap penuntut ilmu yang mengikuti manhaj salaf: ketika musuh-musuh sunnah beramai-ramai menyerang, maka wajib memperkuat upaya menjelaskan akidah ini, menyebarkannya dengan semua cara: pengajaran, penulisan, penerbitan, apa pun medianya. Yang terpenting kebenaran harus tersebar, hujjah harus ditegakkan, risalah harus tersampaikan, sebagaimana firman Allah: “Agar aku memberi peringatan kepadamu dengannya, dan juga kepada siapa saja yang sampai kepadanya (peringatan itu).” (QS. Al-An‘am: 19).

Zaman kita sekarang sama: musuh-musuh kebenaran dan Islam menyerang dari segala arah. Tidak layak dan pantas pengikut salaf dan penuntut ilmu menyikapinya dengan dingin dan malas. Mereka harus serius dan sungguh-sungguh dalam menjelaskan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan berbagai sarana.

𝗣𝗼𝗶𝗻 𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮

Beliau rahimahullah berkata: “𝙄𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙣𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙞𝙙𝙖𝙝 𝘼𝙝𝙡𝙪𝙨 𝙎𝙪𝙣𝙣𝙖𝙝 𝙬𝙖𝙡 𝙅𝙖𝙢𝙖𝙖𝙝, 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙧𝙪𝙩 𝙢𝙖𝙙𝙯𝙝𝙖𝙗 𝙥𝙖𝙧𝙖 𝙛𝙪𝙦𝙖𝙝𝙖 𝙪𝙢𝙖𝙩 𝙞𝙣𝙞…” lalu beliau menyebut tiga imam: 

1. Abu Hanifah (w. 150 H), 
2. Abu Yusuf (w. 182 H), dan 
3. Muhammad bin al-Hasan (w. 189 H).

Beliau menyebut mereka sebagai “para fuqaha umat”. Maksudnya tentu “sebagian dari fuqaha umat”, sebab fuqaha umat Islam tidak terbatas hanya pada tiga imam ini saja. Seandainya beliau berkata: “di antara fuqaha umat…” maka akan lebih mencakup ulama lainnya juga.

𝗣𝗼𝗶𝗻 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮

Alasan penyebutan tiga imam ini, wallahu a‘lam, ada dua:

 1. Guna menyeru para pengikut madzhab Hanafi. Yaitu sebagai ajakan: “𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧-𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙞𝙠𝙪𝙩𝙞 𝘼𝙗𝙪 𝙃𝙖𝙣𝙞𝙛𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙞𝙢𝙖𝙢-𝙞𝙢𝙖𝙢 𝙢𝙖𝙙𝙯𝙝𝙖𝙗 𝙃𝙖𝙣𝙖𝙛𝙞, 𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙞𝙣𝙞𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙞𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖. 𝙈𝙚𝙣𝙜𝙞𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙞𝙙𝙖𝙝 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙪𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙙𝙖𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙞𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙛𝙞𝙠𝙞𝙝.”

 2. Membersihkan madzhab Hanafi dari para ahli bid‘ah. Karena pada masa itu, banyak tokoh Mu‘tazilah dan Maturidiyah mengaku bermadzhab Hanafi dalam fikih, sehingga muncul kesalahpahaman seolah madzhab Hanafi identik dengan bid‘ah. Maka penulis ingin menegaskan bahwa madzhab para imam besar Hanafi sejati bersih dari bid‘ah tersebut.

Bagaimanapun juga, akidah tidaklah khusus terkait  para ulama bertentu. Akidah itu hanyalah diterima dari Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, dari Sunnah Rasul-Nya ﷺ, serta dari apa yang telah menjadi ijma‘ (kesepakatan) para salaf umat ini. Berdasarkan hal ini, maka tidak ada perbedaan antara akidah Abu Hanifah dengan akidah Syafi‘i, dengan akidah Ahmad, dengan akidah Sufyân ats-Tsaurî; semuanya berada di atas akidah yang satu.

Masalah dalam bab akidah tidaklah sama dengan masalah dalam bab fikih. Dalam fikih memang ada mazhab-mazhab, karena ada perkara ijtihadiyah yang para ulama berijtihad di dalamnya, lalu mazhab itu dinisbatkan kepada mereka. Maka dikatakan: ini mazhab Abu Hanifah, ini mazhab Syafi‘i, ini mazhab Mâlik, dan seterusnya.

Adapun dalam akidah tidaklah demikian; secara umum kita hanya mendapati dua akidah: akidah salafiyah dan akidah khalafiyah. 

Akidah khalafiyah ada cabang-cabang yang banyak, tetapi pada akidah salafiyah tidak ada cabang, melainkan satu akidah saja yang diwarisi oleh orang-orang terdahulu dan orang-orang setelahnya dengan pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla. 

Sementara selain Ahlus Sunnah wal-Jama‘ah, sungguh terdapat perbedaan yang sangat besar di antara mereka itu sebagaimana telah diberitakan oleh Nabi ﷺ bahwa hal itu akan terjadi di tengah umat ini.

Kembali ke penamaan ulama tadi, akidah tidak khusus bagi sebagian ulama saja. Karena itu tidak tepat disangka bahwa akidah ini adalah akidah Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan Muhammad bin al-Hasan saja. Tidak, bahkan ini juga akidah Mâlik, ini juga akidah Syafi‘i, ini juga akidah Ahmad, dan juga akidah selain mereka dari kalangan ulama, walaupun ada beberapa masalah yang masih diperdebatkan dan akan dijelaskan kemudian. 

Aangkah indahnya perkataan Syaikhul Islam –rahimahullah– dalam majelis yang diadakan untuk munazarah dengannya, sebagaimana tercatat dalam jilid ketiga Majmû‘ al-Fatâwâ. Beliau –rahimahullah– berkata:

الاِعْتِقَادُ: فَلَا يُؤْخَذُ عَنِّي وَلَا عَمَّنْ هُوَ أَكْبَرُ مِنِّي؛ بَلْ يُؤْخَذُ عَنْ اللهِ وَرَسُولِهِ وَمَا أَجْمَعَ عَلَيْهِ سَلَفُ الأُمَّةِ))

 “𝘼𝙙𝙖𝙥𝙪𝙣 𝙖𝙠𝙞𝙙𝙖𝙝, 𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙠𝙪, 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙗𝙚𝙨𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙠𝙪, 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙙𝙞𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝, 𝙍𝙖𝙨𝙪𝙡-𝙉𝙮𝙖, 𝙙𝙖𝙣 𝙞𝙟𝙢𝙖‘ 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙛 𝙪𝙢𝙖𝙩.”

𝗣𝗼𝗶𝗻 𝗞𝗲𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁

Tiga imam yang disebutkan itu adalah pilar utama madzhab Hanafi. Jika dalam kitab Hanafi disebut: “Imam kita berkata…” maka maksudnya mereka bertiga. Jika disebut “kedua syaikh” maksudnya Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Jika disebut “dua sahabat” maksudnya Abu Yusuf dan Muhammad bin al-Hasan.

Mereka adalah imam besar yang diakui. Bahkan Ibnu Taimiyah sering memasukkan mereka dalam daftar ulama yang memiliki kedudukan tinggi.

Namun, ada keunggulan masing-masing: Abu Hanifah lebih unggul dalam fikih, Abu Yusuf lebih kuat dalam hadits, Muhammad bin al-Hasan lebih ahli dalam bahasa Arab. Mereka semua sosok berilmu dan memiliki keutamaan.

Hal yang perlu disebutkan dan layak ditampilkan adalah penisbatan dua tokoh murid Abu Hanifah (Abu Yusuf dan Muhammad) bukanlah pengikut yang bertaklid buta. Mereka murid yang penuh penghormatan dan kecintaan terhadap imam Abu Hanifah tetapi tetap berijtihad bahkan mereka banyak berijtihad dan banyak bersilang pendapat dengan Abu Hanifah. Mereka sering berbeda pendapat dengan Abu Hanifah dalam banyak masalah.

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam fikih wajar, tapi dalam akidah mereka tetap satu, tidak menyelisihi Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Abu Ja’far ath-Thahawiy rahimahullah sendiri, penulis akidah thahawiyah ini, pun tidak fanatik buta. Beliau menjadi murid para imam dan pengaruhnya pada beliau amat terlihat. 

Ada kisah masyhur yang terjadi antara bekiau dengan Abu ‘Ubaid bin Harbuwaih, seorang faqih Mesir yang terkenal bermazhab Syafi‘i. Suatu ketika keduanya berdiskusi dalam sebuah masalah, lalu Abu Ja‘far memilih satu pendapat. Maka Abu ‘Ubaid berkata: ‘Itu bukan mazhab Abu Hanifah.’

Abu Ja‘far menjawab: ‘Apakah engkau ingin aku meniru Abu Hanifah dalam setiap masalah?’

Abu ‘Ubaid berkata: ‘Aku kira engkau hanyalah seorang pengikut mazhab.’

Abu Ja‘far pun berkata: ‘Bukankah yang bertaqlid itu hanyalah orang fanatik?’

Abu ‘Ubaid membalas: ‘Atau orang bodoh!’

Maka kisah ini pun tersebar dan menjadi perumpamaan yang sering disebut oleh penduduk Mesir

Intinya:

Para imam besar yang mendalam ilmunya adalah orang-orang yang mengikuti (dalil), mereka tidak mendahulukan apapun dibanding makna kitabullah dan sunnah. 

Akidah adalah keyakinan yang menetap di hati tentang iman kepada Allah dan segala cabang-cabangnya. Semua akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah kembali kepada iman kepada Allah sebagai fondasi utama.

Mereka adalah orang-orang yang berpegang kepada Islam murni tanpa campuran, bersandar hanya kepada Kitab Allah dan sunnah Rasulullah ﷺ, tanpa menyimpang.

Maka merekalah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sejati. Adapun yang mengaku-ngaku tanpa dasar, itu hanyalah klaim dusta dan kebohongan.
____
Madinah, Jumat Pagi.
Penyusun: Yani Fahriansyah

جزاكم الله خيرا استاذ Yani Fahriansyah

Kamis, 18 September 2025

Tidak ada yang berbicara di buaian kecuali tiga orang

Tidak ada yang berbicara di buaian kecuali tiga orang

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada yang berbicara di buaian kecuali tiga: Isa bin Maryam, pemilik kisah Juraij, dan seorang bayi.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari [3436], Muslim [2550])

1. Isa bin Maryam عليه السلام

Kisahnya disebutkan dalam Al-Qur’an, surah Maryam:

– Ketika Maryam mengandung Isa عليه السلام dengan perintah Allah dan melahirkannya di bawah pohon kurma, dikatakan kepadanya:
“Dan makanlah, minumlah, serta tenangkanlah hatimu. Jika engkau melihat seorang manusia, maka katakanlah: sesungguhnya aku bernazar berpuasa (tidak berbicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (Maryam: 26)

– Ia kembali kepada kaumnya membawa bayi, lalu mereka berkata:
“Wahai Maryam, sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang besar sekali. Wahai saudari Harun, ayahmu bukanlah seorang yang buruk dan ibumu bukanlah seorang pezina.” (Maryam: 27-28)

– Maryam tidak menjawab, ia hanya menunjuk kepada bayi. Mereka pun heran: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam buaian?” (Maryam: 29)

– Maka Isa عليه السلام berbicara dengan izin Allah:
“Aku adalah hamba Allah. Dia memberiku kitab dan menjadikanku seorang nabi. Dia menjadikanku penuh berkah di mana pun aku berada, dan Dia mewasiatkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. Berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka. Dan kesejahteraan bagiku pada hari aku dilahirkan, hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan kembali.” (Maryam: 30-33)

🔹 Kata-kata pertamanya adalah deklarasi sebagai hamba Allah, pembelaan terhadap ibunya, dan penegasan risalahnya.

2. Kisah Juraij al-‘Abid

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim:

– Di kalangan Bani Israil ada seorang lelaki bernama Juraij yang tekun beribadah, membangun tempat khusus untuk ibadahnya.
– Suatu hari ibunya memanggilnya ketika ia sedang shalat. Ia bimbang antara menjawab ibunya atau melanjutkan shalat, dan ia memilih shalat.
– Hal itu berulang hingga tiga kali, ibunya pun marah dan berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia sampai Engkau perlihatkan kepadanya wajah para pezina.”

👉 Maksud doa ini: agar ia diuji dengan hal yang memalukan, akibat sikapnya yang dianggap durhaka.

– Ketika itu, seorang wanita pezina dari kaumnya menantang bahwa ia akan menggoda Juraij. Ia pun mencoba, tetapi Juraij menolak. Akhirnya wanita itu berzina dengan seorang penggembala, lalu hamil.
– Ketika melahirkan, ia menuduh Juraij sebagai ayah anak itu.

– Kaum pun marah, menghancurkan tempat ibadah Juraij, dan memukulinya.
– Juraij berkata: “Biarkan aku shalat dulu.” Setelah shalat, ia mendatangi bayi itu dan berkata: “Wahai bayi, siapa ayahmu?”
– Bayi itu menjawab: “Ayahku adalah si fulan, penggembala.”

– Orang-orang pun tahu bahwa Juraij tidak bersalah, dan mereka ingin membangunkan tempat ibadahnya dengan emas. Ia menolak, dan berkata: “Bangunlah seperti semula, dari tanah.”

🔹 Maka terbuktilah kesuciannya, namun ia tetap terkena doa ibunya dengan diperlihatkan wajah para pezina.

3. Bayi yang berbicara saat wanita dan seorang penunggang kuda lewat

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim:

– Ada seorang wanita yang sedang menyusui bayinya. Tiba-tiba lewat seorang lelaki berpenampilan gagah, seorang bangsawan berkuda.
– Wanita itu berkata: “Ya Allah, jadikan anakku seperti orang ini.”
– Bayi itu melepaskan susuan, menoleh, lalu berkata: “Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.”

– Wanita itu heran. Lalu lewat seorang budak perempuan yang dipukul sambil dituduh berzina dan mencuri. Ia berkata: “Cukuplah Allah bagiku, sebaik-baik penolong.”
– Wanita itu berkata: “Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.”
– Bayi itu berkata: “Ya Allah, jadikan aku seperti dia.”

– Ibunya heran, lalu bertanya. Bayi itu menjelaskan:
– “Yang berkuda itu sombong dan sewenang-wenang, maka aku berlindung kepada Allah dari menjadi seperti dia.
– Adapun budak perempuan itu dituduh dengan tuduhan dusta, padahal ia tidak bersalah, maka aku ingin menjadi seperti dia.”

📌 Kesimpulan:

Tiga orang yang berbicara di buaian sebagaimana sahih dalam hadits:

1. Isa bin Maryam: membela ibunya dan menegaskan kenabiannya.
2. Juraij al-‘Abid: terbukti suci dari zina lewat ucapan bayi.
3. Bayi dengan wanita dan penunggang kuda: menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ada di sisi Allah, bukan pada penampilan luar.
Ustadz zico pratama putra

Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini, Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku lantas mati dalam keadaan tidak beriman dengan risalah yang aku bawa, kecuali pasti ia termasuk penduduk neraka.

Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini, Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku lantas mati dalam keadaan tidak beriman dengan risalah yang aku bawa, kecuali pasti ia termasuk penduduk neraka."

Nah, tentunya menjadi sebuah pahala yang berlimpah jika kemudian kita mampu mengajak seseorang untuk masuk dan memeluk agama islam

_______
ustadz nurchalis 

الإنصاف عند الإسلام ابن تيمية

https://www.facebook.com/share/p/1MYK6i968t/

TIDAK SEMUA YANG DIKETAHUI BOLEH DIKATAKAN

TIDAK SEMUA YANG DIKETAHUI BOLEH DIKATAKAN

Al-Allamah Rabi' Al-Madkhali berkata:
Tidak semua yang diketahui boleh dikatakan. Dan tidak semua yang kamu miliki boleh kamu sampaikan kepada manusia. Maka di antara perkataan itu ada yang wajib bagi orang yang berakal untuk memikirkannya sebelum dia mengucapkannya: Apakah perkataan ini bermanfaat bagi manusia? Apakah perkataan ini bermanfaat bagi saudara-saudaranya di jalan Allah dan bermanfaat bagi dakwahnya? Atau apakah ada bahaya yang timbul dari perkataannya? Jika ada bahaya yang timbul dari perkataannya, Meskipun dia menganggapnya benar, maka tidak boleh baginya untuk mengucapkannya. [Syarah Kitab Al-Fitan dari Shahih Bukhari, hal. 40]
ustadz miftah indy

Keadaan para pecinta dunia [Orang yg Terlena dg Dunia]

Keadaan para pecinta dunia [Orang yg Terlena dg Dunia]

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
"Orang yang mencintai dunia tidak akan pernah lepas dari tiga hal: Kegelisahan yang terus-menerus, keletihan yang tiada henti, dan penyesalan yang tak berkesudahan.
Sebab, seorang pecinta dunia tidaklah memperoleh sesuatu darinya kecuali jiwanya akan menginginkan yang lebih tinggi darinya.”

✅ محب الدنيا

قال الإمامُ ابنُ القيّم رحمه الله:

ومُحِبُّ الدنيا لا ينفكُّ من ثلاث: هَمٍّ لازم، وتعب دائم، وحسرة لا تنقضي، وذلك أن محبها لا ينال منها شيئًا إلا طمحت نفسه إلى ما فوقه

📚 إغاثة اللهفان (١/ ٥٨).
[Ighotsatul Lahafan (1/58)]
Ustadz miftah indy nugroho

TAHDZIR_DARI_ULAMA

#TAHDZIR_DARI_ULAMA                             Syaikh Ibnu Utsimin melarang untuk mendengarkan kaset-kasetnya Salman Al Audah dan Safar Al Hawali (keduanya tokoh haraki ikhwani di Saudi), setelah Syaikh Ibnu Utsaimin mengetahui penyimpangan manhaj keduanya, dan beliau menasehatkan agar mendengarkan kaset-kaset Syaikh Bin Baz dan Syaikh Al Albani.                                                                  Syaikh Ibnu Utsaimin menegaskan lagi bahwa klo dalam kaset Salman dan Safar ada kebaikan maka dalam kaset-kaset ceramah para ulama lebih banyak kebaikan,. جزاه الله خيرا.                                         ----------------------------                                                       Fatwa ini pernah ditulis oleh Syaikh Abdul Malik Ramdhani Al Jazaairi حفظه الله di akhir kitab "Khurafatu Haraki".
Ustadz alif el qibty
https://www.facebook.com/share/v/1CeZaEMEpo/

Syaikh Bakr Abu Zaid ketika menjabat sebagai Qadhi di Madinah pernah mendapati usia kehamilan wanita selama 4 tahun, Sementara Syaikh Ibnu Baz pernah mendapati usia kehamilan yg berlangsung selama 7 tahun!

Syaikh Bakr Abu Zaid ketika menjabat sebagai Qadhi di Madinah pernah mendapati usia kehamilan wanita selama 4 tahun, Sementara Syaikh Ibnu Baz pernah mendapati usia kehamilan yg berlangsung selama 7 tahun!

Kasus ini pernah diangkat ke para dokter yg dihadirkan dalam diskusi ilmiah majma' fiqh islamiy, mereka pun pada kebingungan dalam menjawabnya.
ustadz natsier 

Rabu, 17 September 2025

Jadikanlah ketaatan kepada Allah sebagai bisnis, niscaya keuntungan akan datang kepadamu tanpa perlu modal

Jika kita berdagang atau berbisnis, hasilnya hanya dua kemungkinan yaitu untung atau rugi. Tapi jika berdagang dengan Allah maka hasilnya hanya satu arti keuntungan. Sebagaimana diucapkan oleh seorang tabi'in bernama Malik bin Dinar -rahimahullah-, ia berkata, "Jadikanlah ketaatan kepada Allah sebagai bisnis, niscaya keuntungan akan datang kepadamu tanpa perlu modal. " (Raudhatul 'Uqala, hal. 24). 
ustad al mizzi 

Kebaikan yang kita dapat hanyalah dari Allah, dari rahmat dan kemurahan-Nya

Catatan hari ini

Jangan pernah lupa…
✨ Kebaikan yang kita dapat hanyalah dari Allah, dari rahmat dan kemurahan-Nya.
⚠️ Adapun keburukan, sesungguhnya datang dari diri kita sendiri.

➡️ Maka banyaklah bersyukur, dan jangan berhenti memperbaiki diri.

#catatanmar
ustadz Dr maryono abdul muhsin 

WAKTU TERBAIK SHALAT DHUHA

WAKTU TERBAIK SHALAT DHUHA

Perkataannya: “Dan waktu yang paling utamanya adalah ketika panas sangat terik” berdasarkan hadis Zaid bin Arqam radhiyallahu’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: 

صلاةُ الأوّابين حينَ تَرمَضُ الفِصال

“Shalat al-Awwābīn (shalat dhuha) adalah ketika anak-anak unta kepanasan telapak kakinya (karena teriknya pasir).”
Makna dari itu adalah: waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat dhuha adalah di akhir waktunya, yaitu sekitar 20 menit sebelum azan zuhur.

(Syaikh Sa’ad al-Khatslan)
ustadz didik suyadi

Sesungguhnya termasuk bagian dari kecerdasan seorang hamba ialah ia mengetahui apakah imannya sedang bertambah atau berkurang. Dan juga termasuk bagian dari kecerdasan ialah saat ia mengetahui dari mana saja bisikan-bisikan (godaan) setan datang kepadanya.

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata:

"Sesungguhnya termasuk bagian dari kecerdasan seorang hamba ialah ia mengetahui apakah imannya sedang bertambah atau berkurang. Dan juga termasuk bagian dari kecerdasan ialah saat ia mengetahui dari mana saja bisikan-bisikan (godaan) setan datang kepadanya."

Kitab Az-zuhd karya Ibnu Mubarak: 106
Ustadz ali sutan sanusi

Fatwâ syaikh 'Abdurrahman Al-Barrâk terkait Hukum Yoga:

Fatwâ syaikh 'Abdurrahman Al-Barrâk terkait Hukum Yoga:

"Dan telah diketahui dari apa yang telah lalu, bahwasanya metode olahraga yoga mengandung kesyirikan yang terang, sehingga tidak boleh (bagi muslim) memandang remeh terkait perkaranya, bahkan wajib menginkarinya dengan penginkaran yang sangat, dan barangsiapa mempopulerkannya karena diklaim di dalamnya terdapat banyak fâidah maka dia sesat, atau kâfir jika ia tahu di dalamnya mengandung peribadatan kepada matahari. Dan termasuk perkara yang mengherankan adalah sebagian muslim menyanjungnya, dan menggampangkan perkaranya, sampai-sampai sungguh ada di antara mereka orang yang berkata: mungkin bisa dilakukan berdiri untuk mempraktekkannya tanpa ada keyakinan tertentu karena terdapat kebathilan yang ada di dalamnya, dan ini merupakan talbîs syaithân untuk menyebarkan kesyirikan di tengah ahlut tauhîd, dan wajib memperingatkan para penipu lagi tertipu ini. Dan ini bukanlah perkara yang mengherankan mengingat jahilnya kebanyakan dari qaum muslimîn terhadap agama, perkara 'aqîdah, atau perbuatan kufur dan kesyirikan yang akan membatalkan agama mereka."
ustadz dihyah abdusalam 

METODE_SYAR'I

#METODE_SYAR'I

Nasihat adalah bagian dari ibadah, terlebih memberi nasihat kepada pemimpin dan penguasa muslim maka saagat dianjurkan, tetapi jangan lupa caranya supaya bernilai ibadah dan mendatangkan maslahat yang lebih besar, bukan malah menjadi sebab fitnah. 

عن عبد الله بن أبي أوفى أنه قال: {إِِنْ كَانَ السُّلطَانُ يَسْمَعُ مِنكَ فَأْتِهِ فِي بَيْتِهِ فَأَخْبِرْهُ بِمَا تَعْلَمُ، فَإِن قَبِلَ مِنكَ، وَإِلَّا فَدَعْهُ}.

Dari Abdullah bin Abi Aufa radiyaAllahu anhu, ia berkata: "Jika penguasa (sulthan) mau mendengarkanmu, maka datangi dia di rumahnya, lalu sampaikan kepadanya apa yang kamu ketahui. Jika ia menerima darimu, maka baik; jika tidak, maka tinggalkanlah dia". (HR. Ahmad no. 19415 dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Dzilaalul Jannah no. 905)

Jaga kedudukan pemimpin, jangan menjadi sebab fitnah dan kerusakan antara rakyat dengan pemimpin. 

Imam Bukhari meriwayatkan dalam (At Tarikh Al Kabir no. 2352) dari Abu Jamrah, ia berkata: "Tatkala sampai kepadaku (berita) tentang pembakaran Ka'bah. Aku pun pergi ke Makkah, lalu aku sering menghadiri majelis Ibnu Abbas hingga ia mengenalku dan akrab denganku. ketika aku menjelek-jelekkan (mencela) Al Hajjaj bin Yusuf (penguasa dzalim) di hadapan Ibnu Abbas radiyaAllahu anhu, maka beliau berkata: 

لَا تَكُنْ عَونًا لِلشَّيطَانِ

Janganlah engkau menjadi penolong bagi syaithan".

Juga diriwayatkan Sa'id bin Manshur dalam Sunannya (bagian tafsir 4/1660), dan Ibnu Abi Syaibah no. 37308), dari Abdullah, ia berkata: "Jika engkau mendatangi seorang pemimpin yang berkuasa (untuk memberi nasihat), maka janganlah engkau menemuinya di hadapan orang banyak".
Dalam lafadz lain: "Maka janganlah engkau mencelanya".
----------------------------
Syaikhuna Abdul Malik Ramadhani حفظه الله dalam kitabnya "Metode Salaf dalam menasihati pemimpin", membawakan banyak riwayat dari hadits Nabi dan puluhan riwayat dari salafus shaleh terkait metode menasihati pemimpin dan penguasa,.

وفق الله الجميع لكل خير، وحفظ بلادنا من كل سوء وشرور،.
Ustadz alif el qibty

Masih ingat kisah Abdurrahman bin muljim?

Masih ingat kisah Abdurrahman bin muljim?

Dia menikah dengan seorang wanita khowarij bernama Qothom binti Asy Syajnah At Taimiyyah. Dia dari Qabilah Tamim.

Ceritanya begini:

-Bapaknya dan saudaranya si perempuan ini terbunuh dalam perang Nahrawan tahun 38 H.
Saat itu Ali Ibn Abi Thalib - RadhiyaAllahu anhu- memerangi khowarij sampai ke akar akarnya.

- Maka dari itu si wanita ini begitu dengki dan dendam kepada Ali Ibn Abi Thalib. Sebab itu dia sangat berambisi untuk membalas dendam.

Nah, ketika Ibnu Muljim mendatanginya dan hendak melamarnya, dia minta syarat 4 mahar:

1) Mahar 3000 dirham
2) seorang budak
3) Qiynah/Qiyanah ( Perempuan tukang Nyanyi)
4) Membunuh Ali Ibn Abi Thalib.

Lantas diterimalah itu syarat mahar oleh si Ibnu Muljim, dan dia membuat kesepakatan untuk kejahatan itu sebagai maharnya.

Si Qothom inilah yang membantu siasat strategi untuk rencana jahat tersebut. Maka si Ibnu Muljim ini merencakan pembunuhan terhadap Ali Ibn Abi Thalib di fajar menjelang sholat Shubuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. 

Apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini?

1) Menjelaskan kepada kita, bahwa ketika sebuah kebencian mendalam, dengki bercampur dengan gaya pemikiran dan pemahaman yang rusak. Terkadang membuat orang itu terdorong untuk melakukan tindak kejahatan yang paling jelek, sedangkan dia menyangka diatas kebenaran.

2) Cinta dan permainan perasaan menjadikan seorang terfitnah dan terdorong untuk membela akan yang dia cinta, sehingga membutakan pandangan dan gaya berfikir yang sehat.

3) hati itu kalau sudah menyatu antara dengki dan tersakiti, dia akan menimbulkan daya rusak yang besar.

----------------------
Kisah diatas disadur dan di ikhtisarkan dari berbagai referensi, diantaranya:

1) Tarikh At Thobari, karya Ibnu Jarir Ath Thobari.
2) Al Bidayah Wan Nihayah, Karya Ibnu Katsir
3) Al Kamil fit Tarikh, karya Ibnul Atsir
4) Usdul Ghobah fi Ma'rifatis Shohabah, karya Ibnul Atisr.
5) siyar A'lam An Nubala', Karya Adz Dzahabi.
6) Al Akhbar Ath Thiwal, karya Ad Dainawari.
Ustadz ainuriza abu sa'dy

meninggalkan sunnah demi ucapan manusia

Ustadz fikri abul hasan

JADIKAN DUNIA UNTUK MENCARI AKHIRAT

JADIKAN DUNIA UNTUK MENCARI AKHIRAT

'Utsman Bin 'Affan رضي الله عنه mengatakan : "Sesungguhnya kalian itu diberikan dunia agar dengannya kalian dapat mencari kehidupan akhirat, bukan untuk menjadi sandaran dan bergantung padanya" [al Bidayah wa an Nihayah : 7/241]
ustadz miftah indy

Setiap kali zaman mendidikku, ia perlihatkan kepadaku kurangnya akalku. Dan setiap kali ilmuku bertambah, ia justru menambah kesadaranku akan kebodohanku"

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata:

"Setiap kali zaman mendidikku, ia perlihatkan kepadaku kurangnya akalku. Dan setiap kali ilmuku bertambah, ia justru menambah kesadaranku akan kebodohanku" [Diwan Asy-Syafi'i, halaman 117]
ustadz miftah indy nugroho

Selasa, 16 September 2025

TAMTHID DAN TALHIN

TAMTHID DAN TALHIN

“Mayoritas ulama memakruhkan pemanjangan bacaan yang berlebihan dan lagu azan yang dibuat-buat, meskipun mereka tetap menyatakan azannya sah, karena ia telah melakukannya sesuai urutan yang benar sehingga sah. Namun, sebagian ulama Hanabilah dalam salah satu pendapat mereka berpendapat bahwa azannya tidak sah. Berdasarkan hal ini, sepatutnya bagi muazin untuk menjauhi pemanjangan dan lagu yang berlebihan dalam azan.”
ustadz didik suyadi

meninggalkan dunia demi akhirat

Seorang wanita bercerita kpd Ustadz Badru via telepon :

Ya Ustadz, sesungguhnya saya bekerja di sebuah Bank di Belanda & menempati posisi tertinggi, kemudian saya minta pindah ke Indonesia & menempati jabatan yang tinggi pula. 

Lalu pada suatu saat saya mendengar kajian dimana seorang Ustadz menyampaikan firman Allah : 👇

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” 
(📖Al Baqarah: 278-279)

Maka sayapun berkata bahwa saya tidak sanggup berperang dgn Allah & Rasul-Nya. Akhirnya sayapun mengundurkan diri saat itu juga.

Ustadz Badru: Lihatlah wanita tsb dimana keimanannya, rasa takutnya kpd Allah, mengalahkan yg lainnya, sehingga diapun meninggalkan berbagai kenyamanan & fasilitas yg dia nikmati utk mendapatkan Ridha Allah.

(Interaktif RodjaTV)
-Repost-2014

🖊Nurkholid Ashari hafizhahullah
⁣⁣___________⁣⁣___________⁣⁣___________
⁣⁣___________⁣⁣___________⁣⁣___________

🔰
KISAH IMAM MALIK DAN RIBA_✍

Di Zaman Imam Malik, Ada Orang yang Melihat Kejadian Aneh Hingga Membuat Dia Mengucapkan Sumpah Untuk Menceraikan Istrinya. Orang Ini Melihat Ada Orang Minum Khamr Sampai Mabuk. Lalu Dia Menyiramkan Khamr Itu Di Kepalanya. Dia Ingin Menggapai Bulan.

Orang Ini Merasa, Betapa Buruknya Khamr, Sampai Bisa Membuat Orang Jadi Hilang Akal, Alias Gila Beneran. Seketika Itu Dia Langsung Bersumpah,

امرأتي طالق إن كان يدخل جوف ابن آدم أشد من الخمر

Istriku Tertalak, Jika Ada Benda yang Masuk Ke Perut Manusia, yang Lebih Jelek Daripada Khamr.

Lelaki Ini Menganggap, Khamr Adalah Barang Haram Terjelek yang Masuk Ke Perut manusia.

Selesai Mengucapkan Ini, Dia pun Konsultasi Kepada Imam Malik. Dia Bingung, Apakah Sumpahnya Terlaksana Atau Batal. Jika Ada Benda Haram yang Lebih Jelek Daripada Khamr, Maka Sumpahnya Terlaksana.

Untuk Kedatangan yang Pertama, Imam Malik Meminta Waktu Untuk Mempelajarinya,

ارجع حتى أنظر في مسألتك

Pulanglah, Saya Akan Pelajari Dulu Masalahmu.

Bagi Imam Malik, Ini Masalah Besar. Butuh Belajar dan Perenungan.

Keesokan Harinya, Orang Ini Datang Lagi. Begitu Ketemu, Imam Malik Langsung Mengatakan,

امرأتك طالق، إني تصفحت كتاب الله، وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم، فلم أر شيئاً أشد من الربا؛ لأن الله أذن فيه بالحرب

Istrimu Tertalak. Saya Telah Membuka-buka al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Aku Tidak Menjumpai Ada Barang Haram yang Lebih Buruk Daripada RIBA. Karena Allah Mengumumkan Perang Menentang RIBA. 

(📚Tafsir Al-Qurthubi, 4/405).

والله أعلم بالصواب

🖊Ditulis Oleh Ustadz Ammi Nur Baits حفظه الله تعالى

BATASAN TAMYIZ

BATASAN TAMYIZ

Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan tamyiz dalam dua pendapat:

Pendapat pertama: batasan tamyiz adalah jika seorang anak dapat memahami perkataan dan mampu memberi jawaban. Ini adalah pendapat Malikiyah.

Pendapat kedua: batasan tamyiz adalah apabila seorang anak telah genap berusia tujuh tahun. Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) dari Hanafiyah dan Syafi‘iyah.

Adapun pendapat pertama tidak dapat dijadikan ukuran secara pasti, karena banyak anak-anak yang berusia tiga atau empat tahun sudah dapat memahami perkataan dan memberi jawaban, padahal mereka belum bisa disebut mumayyiz pada usia tersebut. Maka ukuran ini bermasalah.

Oleh karena itu, yang lebih kuat –wallahua’lam– adalah pendapat kedua: bahwa batasan tamyiz adalah apabila seorang anak telah genap berusia tujuh tahun dan masuk ke tahun kedelapan. Inilah yang disebut mumayyiz.

Dan hal ini diperkuat dengan sabda Nabi ﷺ:

«مُروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع سنين»

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun.”

Karena sebelum usia itu, ia belum memahami hakikat shalat dan belum menyadari banyak perkara.

Lihat: As-Salsabil fī Sharḥ Ad-Dalīl karya Syaikh Sa‘d bin Turki al-Khatslan, (2/16-17)
Ustadz didik suyadi

al fa'lu ( optimis ) huznudzon berprasangka baik

KECANTIKAN SEORANG WANITA

KECANTIKAN SEORANG WANITA

Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali  حفظه الله  berkata,

" Seorang wanita kecantikannya itu ada pada kesopanannya,  berpegang Teguhnya ia dengan adab syar'i,  dan dirinya berada diatas tuntunan salafus shalih karena ini merupakan segala kebaikan " [Syarhu Risalah Fadhlu Ilmi As Salaf 4]
ustadz miftah indy

Kelalaian hati ketika salat dari bermunajat tidak ada hal yang menyebabkan hal itu kecuali pikiran-pikiran yang timbul dari cinta dunia."

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam rahimahullah berkata,

"وغفلة القلب في الصلاة عن المناجاة ما لها سبب إلا الخواطر الناشئة عن حب الدنيا."

"Kelalaian hati ketika salat dari bermunajat tidak ada hal yang menyebabkan hal itu kecuali pikiran-pikiran yang timbul dari cinta dunia."

Taisirul Alam 1/113
Ustadz abahnya muhammad 

Kapan saja engkau memandang bahwa kalbumu tidak hadir (khusyu') ketika salat, maka ketahuilah bahwa penyebabnya adalah keimanan yang lemah. Sehingga berupayalah sekuat tenaga untuk mengokohkan keimanannya kembali

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

"متى رأيت قلبك لا يحضر في الصَّلاة، فاعلم أن سببه ضعف الإيمان، فاجتهد في تقويته."

"Kapan saja engkau memandang bahwa kalbumu tidak hadir (khusyu') ketika salat, maka ketahuilah bahwa penyebabnya adalah keimanan yang lemah. Sehingga berupayalah sekuat tenaga untuk mengokohkan keimanannya kembali."

Mukhtasar Minhaj Al-Qashidin (39)
Ustadz abahnya muhammad 

Senin, 15 September 2025

Mauqif ahlissunnah terhadap seorang 'âlim jika ia berbuat salah adalah bahwasanya ia diberi udzur dan tidak dibid'ahkan, dan tidak pula dihajr

As-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbâd hafizhahullâh berkata:

"Mauqif ahlissunnah terhadap seorang 'âlim jika ia berbuat salah adalah bahwasanya ia diberi udzur dan tidak dibid'ahkan, dan tidak pula dihajr."

[Rifqan Ahlas sunnah bi ahlissunnah 1/31]

Kekeliruan, kritik, dan saran terkait terjemahan sampaikan pada penerjemah

FB Penerjemah: Dihyah Abdussalam 
IG Penerjemah: @mencari_jalan_hidayah

Perbanyak Hadir di Majelis Ilmu di Zaman Penuh Fitnah

Perbanyak Hadir di Majelis Ilmu di Zaman Penuh Fitnah

Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani hafizhahullah berkata:

الفتن هدامة وفاتكة كثيرة، ولا سيما في هذا العصر. فحافظوا على حلقات العلم أينما تجدون في بلادكم خاصة، وفي غيرها حيثما كنتم: عالما، أو طالب علم، أو شيخا يعلم، فاثبتوا، لا تتخلفوا يومين، ثلاثة، أكثر، أقل في الأسبوع، كما أنك تبحث عن دنياك، عن طعامك وشرابك في كل وقت، فابحث عن غذاء قلبك واجلس تتعلم، ولا تشغل نفسك بمشاغل الدنيا لأنها لا تنتهي

“Fitnah-fitnah (ujian, cobaan, syubhat, syahwat) itu sangat merusak dan membinasakan, terlebih lagi pada zaman ini. 

Maka jagalah (terus hadirilah) majelis-majelis ilmu di mana saja kalian mendapatinya, baik di negeri kalian khususnya, maupun di tempat lain, dan di mana pun kalian berada.

Jika kalian temui ada seorang alim, penuntut ilmu, atau seorang Syaikh yang mengajarkan ilmu agama, maka tetaplah istiqamah dalam menghadirinya, jangan sampai kalian meninggalkan (majelis ilmu) dua hari, tiga hari, lebih banyak atau lebih sedikit dalam sepekan. 

Sebagaimana engkau mencari kebutuhan duniamu, mencari makanan dan minumanmu setiap waktu, maka carilah juga gizi bagi hatimu, duduklah untuk belajar ilmu agama. 

Dan jangan sibukkan terus menerus dirimu dengan urusan dunia, karena urusan dunia tidak ada habisnya.”

(Nasihat disampaikan oleh beliau di akhir sesi kajian yang bertema “Sebab-Sebab Kokoh di Atas Kebenaran” yang disampaikan di Masjid PUSDAI Bandung, 22 Rabiul Awwal 1447 / 15 September 2025)
Ustadz muadz mukhadasin

Demi Allah tidak halal bagimu menyakiti anjing dan tidak pula babi dengan tanpa hak. Maka bagaimana kamu bisa menyakiti seorang muslim

Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata :
"Demi Allah tidak halal bagimu menyakiti anjing dan tidak pula babi dengan tanpa hak. Maka bagaimana kamu bisa menyakiti seorang muslim."
(Siyar a'lam An Nubala 8/327)
ustadz enggar suprantara

hukum mempelajari sihir dan mengajarkannya

Ustadz abu musa 


jarak safar

BEBERAPA JENIS OLAHRAGA

BEBERAPA JENIS OLAHRAGA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah menjelaskan, 
Olahraga raga itu ada tiga macam:
1. Olahraga pisik, yaitu dengan banyak bergerak dan berjalan. 
2. Olahraga raga hati, yaitu melalui akhlak yang baik serta adab yang terpuji. 
3. Olahraga raga pikiran, yaitu dengan mempelajari ilmu-ilmu secara detail serta melakukan pembahasan ilmiah. 
(Ar Raddu 'Alal Manthiqiyyiin hal. 255) 
أنواع الرياضة
 قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله
"الـرياضة ثلاثة:
❶رياضة الأبدان بالحركة والمشي،
❷ رياضة النفوس بالأخلاق الحسنة والآداب المحمودة،
❸رياضة الأذهان بمعرفة دقيق العلم والبحث"
 الرد على المنطقيين (صـ٢٥٥)
Ustadz kang umar bogor

Seorang guru diambil ilmu nya dg 2 sifat

Seorang guru diambil ilmu nya dg 2 sifat
1. Memberi manfaat (al-Ifadah) – yaitu memiliki kelayakan dalam ilmu, sehingga ia adalah orang yang dikenal dengan menuntut ilmu, mempelajarinya sampai ia meraihnya, sehingga menjadi miliknya suatu kemampuan yang kuat dalam bidang tersebut.
2. Memberi nasihat (an-Nashihah) – yang mencakup dua makna: Kelayakan syaikh untuk dijadikan teladan, diikuti petunjuk dan perilakunya, serta akhlaknya. Dan Pengetahuannya tentang metode pengajaran, sehingga ia mampu mengajar penuntut ilmu dengan baik, mengetahui apa yang bermanfaat baginya dan apa yang berbahaya baginya, sesuai dengan pola pendidikan ilmiah (Al-'Ushoimi - Ta'Dzimul Ilmi)

dari Ibnu ‘Abbas  bahwa Nabi ﷺ bersabda:
تَسْمَعُونَ، وَيُسْمَعُ مِنْكُمْ، وَيُسْمَعُ مِمَّنْ يَسْمَعُ مِنْكُمْ

 "Kalian mendengar (dariku), lalu akan didengar dari kalian, dan akan didengar dari orang yang mendengar dari kalian." 

Maka senantiasa menjadi salah satu tanda ilmu di tengah umat ini, bahwa yang datang kemudian mengambil ilmu dari yang terdahulu.

#catatanmar
ustadz maryono abdul muhsin

📌 Kesimpulan:Menurut Ahlus Sunnah, legitimasi waliyul amr tetap sah selama penguasa Muslim, tidak terjatuh ke dalam kufur nyata, meski sistem dan tata pemerintahannya rusak.

شرعية الولاية الاضطرارية بين المنهج السلفي والطرح السروري 

من أبرز القضايا الخلافية المعاصرة والتي ظهرت جليا بعد أحداث الخليج: مسألة مناط إسقاط شرعية الولاية الاضطرارية: أهو كفر الحاكم عينا أم فساد النظام والمنظومة التي يدير بها الدولة؟ 

1-ثبوت الولاية الشرعية الاضطرارية عند أهل السنة مرتبط أولاً وأساسًا بإسلام الحاكم، لا بمجرد عدله أو النظر إلى نظام حكمه وفساد منظومته، ما لم يصل ظلمه أو نظامه إلى الكفر البواح الموجب للكفر (العيني) الذي يخرج من الملة. ولهذا جاء في الأحاديث: «إلا أن تروا كفرًا بواحًا عندكم فيه من الله برهان».
فالعبرة بتحقق الكفر العيني في الحاكم، لا بمجرد فساد النظام أو انحراف المنظومة، وأما جَوْر الحاكم وظلمه وفساد نظامه يُعَدّ منكرًا، لكنه يُعالج عند أهل السنة بالوسائل الشرعية:، لا بإسقاط الشرعية بالكلية ما دام الحاكم مسلمًا.
ومعنى قوله : « مَا أَقَامُوا الصَّلاَةَ فِيكُم » : أي ما داموا على حكم أهل القبلة والصلاة، ولم يرتدوا ويبدلوا الدين، وهو معنى حديث : « إلاَّ أن تَرَوْا كُفْراً بَوَاحاً ». 

2-جَعْل معيار الشرعية قائما على النظر إلى عدالة النظام أو صورة الحكم مع التغاضي عن إسلام الحاكم نفسه = منهج تبناه التيارات ذات النزعة #القطبية و #السرورية، التي ركزت على النظام وبنيته ورفض الظلم المتعدي وجعلته كمعيار 
وأسقطت به شرعية الحاكم حتى لو بقي في دائرة الإسلام 

3-إذا نظرنا في النصوص الشرعية:  وجدنا أنها علقت نزع أصل الولاية الشرعية على تحقق الكفر البواح العيني في الحاكم الذي توفرت فيه شروط المكلف من حبث هو مكلف، لا على مجرد فساد النظام ومنظومته التي يدير بها الدولة ما لم يصل الأمر إلى الكفر العيني........وهذا ما فهمه الأئمة 
ففي عهد الواثق والمعتصم فُرض القول بخلق القرآن، واعتُبر من خالفه مجرمًا يُقتل أو يُسجن. وسُفك الدم الحرام بسبب ذلك، وحوربَ المصلحونَ ...
ومع ذلك لم يرَ الأئمة إسقاط شرعية هؤلاء الخلفاء، لأن مناط الشرعية عندهم هو إسلام الحاكم، لا فساد النظام واشتماله على الكفر الأكبر 
بغض النظر عن كون هؤلاء الخلفاء كانوا يعتقدون أن هذا هو الدين أو لا، فالعبرة بحقيقة الأمر لا بظنهم...
أرأيتم لو أن حاكما ظن أن فصل الدين عن السياسة هو ما دل عليه الشرع، فهل سيبرأ نظامه من الفساد لظنه؟!! 

4-تعليق شرعية الولاية على إسلام الحاكم نفسه ليس هو من الظاهرية والجمود على ظاهر النص كما توهمه المتوهمون، بل هو عين فقه المقاصد الذي يوازن بين النصوص والمآلات.وبين حفظ الدين واستقرار الأمة.... 

فإبقاء ولاية الحاكم المسلم ولو فسد نظامه يضمن بقاء أصل الإسلام في الأمة ويحافظ على بقاء الشرائع ظاهرة في المجتمع، كما أن الحاكم المسلم يبقى قائمًا بالشهادة وأحكام الإسلام، فلا يزول حكمه إلا إذا وقع في كفر بواح ظاهر..
أضف إلى ذلك أن الشريعة جاءت باجتماع الكلمة وهو مقصد كلي، ولو تحت إمام جائر ونظامه فاسد، على أن يُعالج الظلم بالوسائل الشرعية، لا بتمزيق الصف.
وحتى مع ظلم الحاكم وفساد نظامه، تبقى هناك مصالح عامة لا تتحقق إلا بالولاية: الأمن، القضاء، إقامة الشعائر. 
وفي المقاصد ينظر إلى مجموع المصلحة لا إلى جانب واحد فقط. 

5-الطرح القطبي/السروري الذي ينظر إلى بنية النظام دون مراعاة إسلام الحاكم هو في الحقيقة يمثل نظرة ظاهرية، إذ تعلّق الأحكام على مظاهر النظام دون مراعاة لمآلات إسقاط الشرعية. 

6- الغريب أنك ترى تناقضا بين التنظير والتنزيل على الواقع، فإذا ما سألتهم عن حاكم تركيا أو حكم الإخوان قالوا ولايتهم شرعية....
فإن قلت لهم: على أصولكم لا تكون الولاية شرعية؛ لأن نظام الحكم إما علماني وإما دستور فيه من الكفريات ما فيه
وها هي سوريا اليوم تدخل تحت النظام الدولي وووو
قالوا: هم حكام مسلمون يريدون الإصلاح
قلنا لهم: إذن نظرتكم اختلفتم فأصبحتم تنظرون إلى إسلام الحاكم وصلاحه في إثبات الولاية بغضّ النظر عن طبيعة النظام الذي يحكم به !!!وهذا من تناقضكم

كتب د. أحمد محمد الصادق النجار 

https://abuasmaa12.blogspot.com/2025/09/blog-post_14.html
Selama pemerintahannya muslim, meskipun sistem dan undang - undang nya rusak dan tidak islami, maka dia adalah pemerintah yang sah dan wajib ditaati selama dlm kebaikan 

--------------------

Prompt Chat GPT : Ringkaslah dengan jelas dan singkat tulisan berikut: 

Baik, berikut ringkasan tulisan tersebut dalam beberapa poin jelas:

1. Maqam (syarat) sahnya waliyul amr menurut Ahlus Sunnah

Tolok ukur utama adalah Islamnya penguasa, bukan adil atau rusaknya sistem pemerintahannya.

Selama penguasa masih Muslim dan tidak jatuh pada kufur bawaḥ (nyata, jelas, dengan dalil), maka waliyah tetap sah.

Kezaliman, penindasan, atau kerusakan sistem tetap dihukumi sebagai munkar, tapi ditangani dengan cara syar’i, bukan dengan menggugurkan keabsahan kekuasaan.

2. Pandangan kelompok Quthbi–Sururi

Menjadikan keadilan sistem dan bebasnya dari kezhaliman sebagai syarat sahnya kekuasaan.

Menggugurkan legitimasi penguasa hanya karena sistem atau tata pemerintahannya rusak, walau penguasanya masih Muslim.

3. Dalil dan contoh sejarah

Teks-teks syariat menegaskan bahwa pencabutan legitimasi hanya terjadi bila penguasa jatuh pada kufur nyata.

Contoh: masa khalifah al-Mu‘taṣim dan al-Wāthiq yang memaksakan bid‘ah “khalq al-Qur’ān” hingga menumpahkan darah, tetapi para ulama tetap tidak mengkafirkan penguasa atau mencabut legitimasi kekuasaannya.

4. Hikmah dan maqāṣid syar‘iyyah

Menjaga Islamnya penguasa berarti menjaga eksistensi agama dalam masyarakat, sekalipun ada penyimpangan sistem.

Syariat mengedepankan persatuan umat di bawah seorang pemimpin Muslim, walau zalim, dibanding perpecahan.

Ada maslahat besar yang tetap terjaga melalui keberadaan penguasa Muslim: keamanan, qadha (peradilan), pelaksanaan syiar agama.

5. Kritik pada Sururiyyah–Quthbiyyah

Menjadikan rusaknya sistem sebagai tolok ukur dianggap pandangan zhāhiriyyah (hanya melihat kulit, tidak melihat akibat).

Dalam praktiknya, mereka kontradiktif: ketika menilai penguasa Turki atau Ikhwan, mereka tetap menganggap sah, padahal menurut kaidah mereka seharusnya tidak sah karena sistemnya sekuler.

📌 Kesimpulan:
Menurut Ahlus Sunnah, legitimasi waliyul amr tetap sah selama penguasa Muslim, tidak terjatuh ke dalam kufur nyata, meski sistem dan tata pemerintahannya rusak. Sebaliknya, kelompok Sururi-Quthbi salah karena menggugurkan legitimasi hanya dengan alasan sistem, yang menimbulkan kontradiksi dalam penerapannya.
Ustadz lutfi setiawan

SEMANGAT_ULAMA

#SEMANGAT_ULAMA

قال ابن القيم رحمه الله [روضة المحبين (٧٠)]: "حدثني أخو شيخنا -عبد الرحمن بن عبد الحليم بن تيمية-، عن أبيه، قال: كان الجد -مجد الدين أبو البركات- إذا دخل الخلاء يقول لي: اقرأ في هذا الكتاب، وارفع صوتك حتى أسمع".

Ibnul Qayyim رحمه الله: "Telah menceritakan kepadaku saudara guru kami (saudaranya Ahmad ibnu Taimiyyah) Abdurrahman bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Taimiyyah dari ayahnya (Abdul Halim) ia berkata: Abul Barakat -sang kakek- apabila masuk WC untuk buang hajat,  menyuruhku membacakan kitab dengan suara keras supaya beliau mendengarnya". 

Begitu mahal waktu dan umur bagi para ulama رحمهم الله

Pengakuan Palsu yang Merusak Akidah Salaf"

"Pengakuan Palsu yang Merusak Akidah Salaf"

Syaikh Shalih Al-Ushaimi -hafidzahullah- berkata :

دعاة المرجئة والخوارج يُفسدون اعتقاد السَّلف بالانتساب إليه، وادِّعاء الانتصار له، وقد أبقى الله لهم حماة السُّنَّة، يرشقونهم بسهامٍ منبَّلةٍ: علومٍ فاضلة وعقولٍ كاملة، فلا رفع الله للمرجئة والخوارج رايةً، ولا بلَّغهم بُغيةً وغايةً.

Para da'i dari kelompok Murji'ah dan Khawarij merusak akidah salaf dengan cara mengaku-ngaku sebagai pengikut salaf dan mengklaim membela ajarannya.
Namun Allah masih menjaga para pembela sunnah, yang membantah mereka dengan hujjah yang tajam: ilmu yang dalam dan akal yang lurus. Semoga Allah tidak mengangkat kejayaan Murji'ah dan Khawarij, dan tidak menyampaikan mereka pada apa yang mereka inginkan dan cita-citakan.
ustadz nurhadi nugroho