Syaikh Masyhur ditanya : Syaikh, mungkin pertanyaan agak pribadi... tapi bermanfaat... Apakah himmah (semangat) Anda dalam menuntut ilmu berbeda (setelah) menikah atau... memiliki keturunan?
Syaikh Masyhur menjawab : Tentu. Dulu saya (pernah) berkata, "Saya tidak akan menikah." Ini adalah kesalahan. Syahwat tidak bisa dilawan...
Saya dulu membayangkan... saya harus menikahi seorang muhadditsah (ahli hadits wanita)...
Paman istri saya... berkata... "Dia (istri saya) punya agama..."
Ayah mertua saya rahimahullah... beliau orang awam tapi... shahib bashirah (punya firasat yang tajam)
Saya ingat beliau pernah mengumpulkan saya dengan Umar Mahmud (dia kemudian hari terkenal dgn namaAbu Qatadah Al-Filisthini, dan dia tinggal di Yordania)... Ayah mertua saya berkata... "Ya Umar, kamu suka ri'asah (kepemimpinan), dan saya lihat... kamu akan menghancurkan rumahmu."... Dan itu terjadi 20 tahun kemudian..(Dia menjadi gembong takfiri dan Syaikh Abdul Malik Romadhoni menulis kitab khusus utk memperingatkan ttg org ini, 'Takhlishul 'ibad min Wakhsyiyyati Abil Qottad ad Da' i ila Qotlin Niswan wa Faladzatil akbad,_pent)
Istri saya... jazaahallahu khairan... dia punya andil besar... dalam menjaga waktu saya... Dia menyiapkan makanan (bahkan) sebelum saya duduk... Dia memahami saya... Dia menanggung semua urusan rumah. Saya tidak tahu apa-apa di rumah. Saya tidak ikut campur... Saya tidak tahu harga roti... saya tidak tahu harga gula... Saya tidak pernah masuk toko kelontong. Saya tidak membeli apa-apa...
Pernikahan saya... adalah (sesuatu) yang sukses dan sangat membantu saya menuntut ilmu. Ini adalah karunia dari Allah...
(Terkait) doa... ayah istri saya (punya 10 anak perempuan)... beliau berkata, "Setiap kali saya dikaruniai anak perempuan, saya tidak pernah sujud kecuali saya mendoakan mereka agar mendapat suami yang saleh."... Mungkin Allah mengabulkan doa itu.
Ustadz abu hilya asri
