Minggu, 23 November 2025

Tujuan pernikahan di sisi Salaf

Tujuan pernikahan di sisi Salaf

Dari  Asmâ' bintu Abiy Bakr radhiyallâhu 'anhumâ, ia berkata: 

"Az-Zubair menikahiku dan beliau tidak memiliki apa-apa di bumi ini, tidak harta, tidak budak, dan tidak ada apa-apa selain onta pengairan, dan kudanya.

[Shahîh Al-Bukhâriy 5224]

Al-Imâm Al-Qurthubiy rahimahullâh berkata: 

"Ini menunjukkan kepada bahwasanya yang dianggap sekufu di sisi mereka (para salaf) sungguh hanyalah agama, dan keutamaan, bukan harta dan kekayaan, sebagaimana nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam sabdakan: 

"Dan wajib atasmu memilih yang beragama maka kamu beruntung". 

Dan sesungguhnya itu terjadi karena qaum salaf itu tujuan mereka dalam pernikahan adalah tolong menolong di atas agama dan memperbanyak ummat Muhammad sebagai penutup para nabi, sebab mereka telah mengetahui bahwasanya harta itu adalah bayangan yang akan sirna, dan awan yang akan berlalu, sementara keutamaan itu akan tetap ada sampai hari pertemuan (kiamat), dan adapun hari ini sungguh keadaan telah terbalik, dan orang-orang telah mengubah (tujuan pernikahan) dari perkara wâjib menjadi perkara yang muhâl (mustahil atau tidak mungkin)."

[Al-Mufhim Limâ Asykala Min Talkhîsh Kitâbi Muslim 5/516]

Kekeliruan, kritik, dan saran terkait terjemahan sampaikan pada penerjemah

FB Penerjemah: Dihyah Abdussalam 
IG Penerjemah: @mencari_jalan_hidayah‏

Penerjemah berkata: 

"Asmâ' bintu Abiy Bakr ini adalah putri orang kaya raya yang ternama, sahabat terbaik nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam, punya kedudukan terpandang di tengah masyarakat, namun ia mau dinikahi oleh pria miskin, tidak memiliki apa-apa kecuali agama yang baik, hanya karena agama yang ia punya inilah menjadi pertimbangan menerimanya, inilah teladan yang harus kita tanamkan pada qaum muslimât hari ini, dan nasehat kepada para pemateri kajian agar jangan banyak membangun angan-angan qaum bertulang bengkok dengan didongengkan dinikahi pangeran berkuda putih, hidup serba bahagia, dimanjakan bak putri raja, karena ini impian yang melalaikan dan membinasakan yang menyimpangkan dari tujuan kehidupan, kalau didongengkan dengan yang indah-indah naluri manusia manapun pasti akan menerima tanpa penolakan meski tanpa harus hadir kajian, adapun kalau digambarkan kesulitan dalam pernikahan dan kenyataan hidup, hidup ini pahit, maka inilah yang seharusnya ada di dalam pelajaran pada qaum wanita, jadikan peran mereka hadir kajian itu agar bisa menerima fakta bahwa dunia ini adalah dipenuhi ujian yang akan datang silih berganti yang dengan itu disisipkan ilmu agar bisa istiqâmah dan cinta karena Allâh di tengah berbagai kesulitan yang ada."