SORBAN DAN TONGKAT
Ada suatu kelompok yang memiliki ciri khas yang membedakan dengan mayoritas kaum muslimin yang lainnya. Yakni senantiasa memakai sorban yang melilit melingkar dikepalanya dan kemana-mana membawa tongkat. Dan mereka menyakini bahwa itu adalah sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Betulkah klaim mereka tentang memakai sorban dan memakai tongkat kemana-mana adalah sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam?
PERTAMA, Tentang Memakai Tongkat.
Kalau memakai tongkat ketika khutbah, ini ada perbedaan pendapat para ulama. Namun memakai tongkat kemana-mana, tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang perkara ini dan juga tidak ada riwayat para sahabat yang mengamalkannya.
Ada sebuah hadits, yang para ulama menghukuminya sebagai hadits maudhu' (hadits palsu) .
Berkata Anas radhiyallahu anhu,
حمل العصا علامة المؤمن، وسنة الأنبياء.
Membawa tongkat adalah ciri seorang mukmin dan sunnah para Nabi.” [Riwayat al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus Silsilah al-Da’ifah]. Silahkan buka link ini (https://dorar.net/h/92QGD5jB).
Di dalam Fatawa Syabakah Al Islamiyyah yang diasuh oleh Syekh Dr. Abdullah Al-Faqih hafizhahullah, ada pertanyaan,
هل صحيح أن الرسول صلى الله عليه وسلم كان يحمل عصا؟ وهل ورد حديث صحيح بذلك؟ وفي حالة صحة ذلك فهل حمل العصا يعتبر سنة؟ أي هل يعتبر شيئًا كهذا مما ورد عن الرسول صلى الله عليه وسلم من عمل يجب الاقتداء به؟
Apakah betul Rasulullah shalahu ‘alaihi wasallam selalu membawa tongkat? Apakah ada Hadits shahih mengenai hal ini? Jika betul ada Haditsnya apakah dipahami sebagai amalan sunnah? Apakah setiap yang datang dari Rasulullah contohnya ini, apakah wajib diikuti?
Jawab,
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد: فلم نعثر على حديث يدل على أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يحمل عصا دائمًا، ولو ثبت ذلك لنقله الصحابة الذين حرصوا على تبليغ شرع الله تعالى ونقل سنته صلى الله عليه وسلم، بل ولفعله صحابته الكرام ونقل بالتواتر؛ لأنه من الأمور التي لا يمكن أن تخفى، وإنما ثبت حمله صلى الله عليه وسلم للعصا حال الخطبة في الجمعة، كما هو مذكور في الفتويين التاليتين: 15927، 30293. وعليه فإن حمل العصا دائمًا لا يُعتبر سنة لأنه لم يثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم. والله أعلم.
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد
Alhamdulillah, washolatu wassalamu ala Rusulillahi wa ala alaihi wa shohbihi amma ba'du,
Kami tidak menjumpai Hadits bahwa Nabi shalahu ‘alaihi wasallam selalu membawa tongkat. Jika hal itu tsabit niscaya para Shahabat radhiallahu’anhum telah meriwayatkannya karena mereka itu orang-orang yang sangat gigih dalam menyampaikan syareat Allah ta’ala dan mengambil sunnah beliau shalahu ‘alaihi wasallam. Bahkan mereka telah mengamalkannya dan diriwayatkan secara mutawatir karena ini merupakan perkara yang terlihat bukan tersembunyi. Yang tsabit, beliau membawa tongkat ketika khutbah Jum’at sebagaimana terdapat pada dua fatwa no. 15927 dan no. 30293. Jadi, terus-menerus membawa tongkat tidak dipandang sebagai sunnah karena tidak tsabit dari Rasulullah shalahu ‘alaihi wasallam. Allahu A’lam. Sumber : (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/35774/)
KEDUA, Tentang Memakai Sorban.
Memakai sorban yang melilit melingkar di kepala diyakini oleh mereka sebagai sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdasarkan dalil yang mereka pahami sebagai perintah untuk mengamalkannya. Dalil yang dimaksud adalah hadits-hadits berikut ini.
Dari Amr bin Harits radhiyallahu anhu, dia berkata :
رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم على المنبرِ وَعَلَيهِ عِمَامَة سَوْدَاءُ قَدْ أرخَى طَرفَيهَا بينَ كَتِفَيْهِ
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di atas mimbar dan di atas kepala beliau ada sorban hitam yang kedua ujung sorban tersebut beliau julurkan di antara kedua pundak beliau. (HR. Muslim).
Dan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
دَخَلَ مَكَّة وَعَلَيْهِ عمَامَةٌ سَودَاء
“Beliau memasuki kota Makkah dan diatas kepala beliau ada sorban hitam.” (HR. Muslim).
Mengenai hadits di atas, para ulama memahami bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dahulu memakainya dalam rangka mengikuti adat pakaian yang dikenakan orang setempat pada waktu itu, bukan merupakan sunnah. Disamping itu tidak ada satu hadits pun yang memerintahkan untuk memakai sorban.
Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah :
لبس العمامة ليس من السنن لا المؤكدة ولا غير المؤكدة ، لأن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كان يلبسها اتباعاً للعادة التي كان الناس عليها في ذلك الزمن ، ولهذا لم يأت حرف واحد من السنة يأمر بها ، فهي من الأمور العادية التي إن اعتادها الناس فليلبسها الإنسان لئلا يخرج عن عادة الناس ، فيكون لباسه شهرة ، وإن لم يعتدها الناس فلا يلبسها ، هذا هو القول الراجح في العمامة " انتهى من "فتاوى نور على الدرب".
“Memakai imamah BUKANLAH SUNNAH. Bukan sunnah muakkadah ataupun sunnah ghayru muakkadah. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dahulu memakainya dalam rangka mengikuti adat pakaian yang dikenakan orang setempat pada waktu itu. Oleh karena itu tidak ada satu huruf pun dari hadits yang memerintahkannya. Maka memakai imamah termasuk perkara adat kebiasaan yang biasa dilakukan orang-orang. Seseorang memakainya dalam rangka supaya tidak keluar dari kebiasaan orang setempat, sehingga kalau memakai selain imamah, pakaiannya malah menjadi pakaian syuhrah. Jika orang-orang setempat tidak biasa menggunakan imamah maka jangan memakainya. Inilah pendapat yang rajih dalam masalah imamah” (Fatawa Nurul Ala Ad-Darbi)..
Dan Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah :
"لا ، لباس العمامة ليس بسنة ، لكنه عادة ، والسنة لكل إنسان أن يلبس ما يلبسه الناس ما لم يكن محرماً بذاته ، وإنما قلنا هذا ؛ لأنه لو لبس خلاف ما يعتاده الناس لكان ذلك شهرة ، والنبي صلى الله عليه وسلم نهى عن لباس الشهرة ، فإذا كنا في بلد يلبسون العمائم لبسنا العمائم ، وإذا كنا في بلد لا يلبسونها لم نلبسها ، وأظن أن بلاد المسلمين اليوم تختلف ، ففي بعض البلاد الأكثر فيها لبس العمائم ، وفي بعض البلاد بالعكس ، والنبي صلى الله عليه وسلم كان يلبس العمامة ؛ لأنها معتادة في عهده ، ولهذا لم يأمر بها ، بل نهى عن لباس الشهرة ، مفيداً إلى أن السنة في اللباس أن يتبع الإنسان ما كان الناس يعتادونه ، إلا أن يكون محرماً ، فلو فرضنا أن الناس صاروا يعتادون لباس الحرير وهم رجال قلنا : هذا حرام ولا نوافقهم ، ولو كنا في بلد اعتاد الرجال أن يلبسوا اللباس النازل عن الكعبين قلنا : هذا حرام ولا نوافقهم" انتهى من "لقاء الباب المفتوح" (160/23) .
“Memakai imamah (sorban) bukan sunnah. Akan tetapi ia sebuah adat (kebiasaan). Yang sunnah atas setiap insan, hendaknya dia memakai pakaian yang dipakai oleh manusia (penduduk negerinya) selama tidak termasuk perkara yang diharamkan. Kami mengatakan ini, karena seorang memakai pakaian yang menyelisihi adat manusia (penduduk negerinya), maka hal itu termasuk pakaian syuhroh (pakaian ketenara/tampil beda). Dan nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- telah melarang dari memakai pakaian syuhrah (pakaian ketenaran/tampil beda dari penduduk negerinya). Jika kita tinggal di negeri yang penduduknya memakai imamah (sorban), maka kita pakai imamah. Dan jika kita tinggal di negeri yang penduduknya tidak memakainya, maka kita tidak memakainya. Dan aku menyangka, sesungguhnya negeri-negeri kaum muslimin sekarang berbeda-beda. Ada sebagian negeri yang kebanyakan penduduknya memakai imamah. Dan ada sebagian negeri yang sebaliknya. Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- memakai imamah, karena hal itu merupakan adat waktu itu. Oleh karena itu, beliau –shollallahu ‘alaihi wa sallam- tidak memerintahkan untk memakainya. Bahkan melarang dari memakai pakaian syuhrah (ketenaran/tampil beda) yang memberikan faidah, sesungguhnya yang sunnah dalam berpakaian itu, hendaknya seorang insan mengikuti apa yang telah menjadi adat penduduk negerinya dalam berpakaian, kecuali pakaian yang diharamkan.” [ Liqo’ Babil Maftuh : 24/160 ].
Berkata Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah bersama Lajnah Daimah :
وأما لبس العمامة فهو من المباحات و ليس بسنة كما توهمت. و الأولى أن تبقى على ما يلبس أهل بلدك على رؤوسهم من الغترة و الشماغ و نحوه
“Adapun memakai imamah (sorban), maka ia termasuk dari perkara MUBAH (boleh), dan bukan termasuk perkara SUNNAH sebagaimana yang telah engkau sangka. Dan yang lebih utama, engkau tetap memakai pakaian yang dipakai oleh penduduk negerimu di atas kepala-kepala mereka berupa ghitrah, shimagh, dan yang semisalnya.” [ Fatwa Lajnah Daimah : 24/42
Berkata Syekh Muqbil Al Wadi rahimahullah :
العمامة تعتبر من عادات العرب التي أقرها الإسلام. كتاب تحفة المجيب:
Ai 'Imamah (sorban) adalah salah satu kebiasaan orang Arab yang diadopsi oleh Islam. (Kitab Tuhfatul Mujib).
Ustadz abu fadhel majalengka