Syaikh Abdul Karim Al-Khudhair — semoga Allah menjaganya — berkata:
“Di zaman ini, bahkan juga di masa-masa sebelumnya, sering terlihat bahwa standar sebagian penuntut ilmu dalam menilai seseorang itu ‘alim, ‘thalibul ilmi’, atau bahkan sampai disebut ‘allamah’, seringkali muncul hanya karena kagum. Mereka kagum pada seseorang, lalu langsung memberinya gelar-gelar yang sebenarnya tidak pantas untuknya. Ini hal yang nyata terjadi.”
“Sebaliknya, ketika berhadapan dengan orang yang sebenarnya lebih layak mendapat gelar itu, mereka pelit memberi pujian karena tidak suka saja. Inilah masalahnya, yaitu ketidakadilan.”
“Kalau seorang penuntut ilmu pernah tergelincir, salah, terpeleset, atau menyendiri dalam satu-dua pendapat yang kecil, selama niatnya memang untuk membela kebenaran, maka dia tetap dihitung sebagai seorang alim. Tidak serta-merta hilang gelarnya hanya karena itu.”
