Senin, 10 November 2025

Bahaya "kemiskinan" bagi seorang Ustadz atau dai menurut ibnul jauzi dari kitab shoidul khotir

*Bahaya "kemiskinan" bagi seorang Ustadz atau dai menurut ibnul jauzi dari kitab shoidul khotir.*

 copas terjemahkan dari ustadz adesta :

Dan aku telah memperhatikan keadaan kebanyakan orang beragama dan para penuntut ilmu; aku mendapati bahwa ilmu sering kali menyibukkan mereka dari mencari penghidupan pada masa awalnya. Namun ketika kemudian mereka membutuhkan sesuatu untuk menegakkan kehidupan mereka, mereka pun menjadi hina — padahal merekalah yang paling layak untuk dimuliakan.

Dahulu, kebutuhan mereka tercukupi dari Baitul Mal dan dari kelebihan rezeki para saudara seiman. Akan tetapi, ketika dua sumber itu telah tiada di masa kini, maka hampir tidak ada seorang pun yang menempuh jalan agama kecuali harus menukar sebagian dari agamanya untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Dan celakanya, sering kali agamanya rusak, sementara harta yang diinginkan pun tak didapatkan.

Maka sudah sepantasnya bagi orang berakal untuk menjaga apa yang ia miliki dan berusaha mencari penghasilan, agar ia tidak terpaksa menjilat penguasa yang zalim atau menyanjung orang bodoh demi kebutuhan. Ia tidak perlu memedulikan omongan kosong para sufi palsu yang mengaku-aku derajat tinggi dalam kefakiran.

Sebab kefakiran pada hakikatnya adalah penyakit orang yang lemah. Bagi orang yang bersabar atas kefakiran, pahalanya sama dengan orang yang bersabar atas penyakit. Kecuali bila seseorang memang berhati lemah dalam berusaha dan merasa cukup dengan sekadar kebutuhan pokok, maka itu bukanlah derajat para pemberani, melainkan kedudukan para zahid yang penakut.

Adapun orang yang bekerja dan berusaha agar menjadi pihak yang memberi, bukan yang diberi; yang bersedekah, bukan yang disedekahi — maka ia termasuk golongan orang-orang mulia yang pemberani. Siapa yang memahami hal ini dengan benar, akan tahu betapa agungnya kedudukan kekayaan yang terhormat dan betapa berisikonya kefakiran.

*Fb : Fabrian Fariyansyah*

Semoga Para Da'i Salafi Allah Berikan Kecukupan dan Kekayaan yang Berkah, sehingga tidak mengandalkan kebutuhan hidupnya dengan Amplop Kajian.