Rabu, 30 Juli 2025

Mintalah Hanya Kepada Allah

📝 Mintalah Hanya Kepada Allah
_____________________

Dalam kehidupan seorang mukmin, sikap bergantung hanya kepada Allah adalah bagian penting dari tauhid yang murni. Di saat menghadapi kesulitan, kebutuhan, atau harapan, seorang hamba diperintahkan untuk mengarahkan doa dan permohonannya hanya kepada Allah semata. Sebab, permohonan bukan hanya tindakan lisan atau kebutuhan praktis, tetapi bentuk ibadah yang paling agung.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā, Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ.

“Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” [HR. At-Tirmidzi (2516)].

Hadis ini menunjukkan dengan jelas bahwa permintaan dan pengharapan seyogianya hanya ditujukan kepada Allah, karena Dialah satu-satunya Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak untuk memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.

Ibnu Rajab al-Hanbalī rahimahullāh berkata:

واعلم أن سؤالَ اللهِ تعالى دونَ خلقه هو المتعين، لأن السؤال فيه إظهار الذلِّ من السائل والمسكنة والحاجة والافتقار، وفيه الاعترافُ بقدرةِ المسؤول على دفع هذا الضَّرر، ونيل المطلوب، وجلبِ المنافع، ودرء المضارِّ، ولا يصلح الذلُّ والافتقار إلَّا لله وحدَه، لأنه حقيقة العَبادة.

Ketahuilah bahwa memohon kepada Allah Ta‘ālā, bukan kepada makhluk-Nya, adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Sebab, dalam permohonan itu terdapat pengakuan kehinaan dari si peminta, serta menunjukkan sikap rendah diri, kebutuhan, dan kefakiran.
Di dalamnya juga terdapat pengakuan terhadap kekuasaan pihak yang dimintai untuk menghilangkan bahaya, memenuhi kebutuhan, mendatangkan manfaat, dan menolak mudarat.
Dan tidaklah pantas kehinaan serta rasa membutuhkan itu ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, karena hal itu adalah hakikat ibadah.”
(Jāmi‘ al-‘Ulūm wa al-Ḥikam, 1/481).

Penjelasan Ibnu Rajab ini menegaskan bahwa permohonan kepada selain Allah—dalam bentuk apa pun yang mencerminkan ketundukan dan harapan hati—dapat menyimpang dari makna ibadah yang sejati. Ketika seseorang mengarahkan permintaannya kepada makhluk dengan pengharapan hati, sesungguhnya ia telah memalingkan sebagian dari ibadah kepada selain Allah.

Senada dengan itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullāh juga menjelaskan bahwa meminta kepada manusia mengandung tiga bentuk kerusakan. Beliau berkata:

فإن سؤال المخلوقين فيه ثلاث مفاسد: مفسدة الافتقار إلى غير الله وهي من نوع الشرك. ومفسدة إيذاء المسؤول وهي من نوع ظلم الخلق. وفيه ذل لغير الله وهو ظلم النفس.

“Sesungguhnya meminta kepada makhluk itu mengandung tiga bentuk kerusakan (mafsadat):

1. Kerusakan berupa bergantung kepada selain Allah, dan ini termasuk jenis kesyirikan.

2. Kerusakan berupa menyakiti pihak yang dimintai, dan ini termasuk bentuk kezaliman terhadap makhluk.

3. Dan di dalamnya terdapat sikap merendahkan diri kepada selain Allah, dan ini adalah kezaliman terhadap diri sendiri.”
(Qā‘idah Jalīlah fī at-Tawassul wa al-Wasīlah, 74).

Melalui penjelasan kedua ulama besar ini, tampak dengan jelas bahwa permohonan dan permintaan adalah bagian dari tauhid. Hati seorang hamba tidak semestinya bergantung kepada makhluk yang lemah, karena seluruh makhluk pada hakikatnya juga bergantung kepada Allah. Maka, permohonan, pengharapan, dan mohon pertolongan hanya pantas diarahkan kepada Allah semata, Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

✍️ Khairullah Tekko