Ketika terjadi perselisihan antara Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum, Kaisar Romawi melihat hal itu sebagai peluang untuk ikut campur, berharap bisa meraih keuntungan dari konflik dua tokoh besar umat Islam.
Namun, Kaisar lupa bahwa mereka para sahabat Nabi ﷺ adalah manusia terbaik yang hatinya bersih, jauh dari ambisi dunia, dan tetap menjunjung tinggi kehormatan satu sama lain meskipun sedang berselisih.
Berikut surat dari Kaisar Romawi Heraklius kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan:
"Kami telah mendengar tentang perselisihan antara engkau dan Ali bin Abi Thalib. Menurut pandangan kami, engkaulah yang lebih berhak atas kekhalifahan. Jika engkau menghendaki, akan kukirimkan pasukan yang akan membawakan kepadamu kepala Ali."
Balasan Mu’awiyah bin Abi Sufyan kepada Heraklius:
"Ini urusan dua saudara yang sedang berselisih, untuk apa kamu ikut campur?! Jika kamu tidak bisa diam, akan kukirimkan pasukan yang barisan depannya sudah sampai di negerimu, sementara barisan belakangnya masih bersamaku, dan mereka akan membawakan kepalamu untuk kuhadiahkan kepada Ali!"
(Sumber: Al-Bidayah Wan-Nihayah)
Sebuah kenangan indah, meskipun umat Islam berselisih hebat dengan saudarnya, tapi tetap menjaga marwah persaudaraan mereka dari campur tangan asing. Inilah potret zaman keemasan, ketika musuh pun takut saat kaum muslimin bicara, bukan hanya dari segi kekuatan pasukan, tapi pada wibawa dan ketegasan pemimpinnya, serta kejayaan umat yang disegani dunia.
Ustsdz sucipto hadi