Kamis, 31 Juli 2025

Sebab-sebab yang mendatangkan rezeki

Sebab-sebab yang mendatangkan rezeki

Berkata Imam al-Hafiz Ibn al-Qayyim رحمه الله تعالى:

Empat perkara yang mendatangkan rezeki:

1. Qiyamullail (bangun beribadah di waktu malam),

2. Banyak beristighfar pada waktu sahur (sebelum subuh),

3. Sentiasa menjaga amalan bersedekah, dan

4. Berzikir pada awal dan akhir siang hari.

Rujukan: Zad al-Ma‘ad, jilid 4, halaman 278.
ustadz ibnu salam 

azab dr Allah

Maka Rabb Subhānahu wa Taʿālā akan menjadi Dzat Yang Paling Dermawan terhadapmu saat engkau dalam kondisi sangat membutuhkan-Nya dan bergantung kepada-Nya.Sedangkan makhluk (manusia), justru akan semakin meremehkanmu saat engkau sangat membutuhkan mereka

“Maka Rabb Subhānahu wa Taʿālā akan menjadi Dzat Yang Paling Dermawan terhadapmu saat engkau dalam kondisi sangat membutuhkan-Nya dan bergantung kepada-Nya.
Sedangkan makhluk (manusia), justru akan semakin meremehkanmu saat engkau sangat membutuhkan mereka.”

📚 Majmūʿ al Fatāwā, vol. 1, halaman 39.
Ustadz abu razin taufiq

tawadhu'

Nasehat utk mereka yg tetlalu banyak menghabiskan waktu di medsos

Nasehat utk mereka yg tetlalu banyak menghabiskan waktu di medsos

• Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata:

"Maka aku nasihatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin, hendaknya mereka menjaga agama mereka, menjaga waktu-waktu mereka, dan jangan menyia-nyiakan umur yang sangat, sangat, sangat berharga ini. Demi Allah, satu menit saja itu lebih berharga daripada seribu dirham!

Coba bayangkan jika ajal datang, lalu seseorang ditawari: 'Berikan seluruh harta dunia, dan kami akan menunda kematianmu satu menit saja', tentu dia akan berkata: 'Ya, saya setuju!'.

 Karena itu Allah Ta’ala berfirman:
"Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, ia berkata: 'Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang ia ucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu’minun: 99–100)

Aku memohon kepada Allah untuk kita semua agar diberi akhir hayat yang baik (husnul khatimah). Karena dalam hadits disebutkan:
“Tidaklah seorang yang meninggal dunia kecuali ia akan menyesal. Jika ia adalah orang yang baik, ia menyesal mengapa tidak menambah (amal kebaikannya), dan jika ia adalah orang yang buruk, ia menyesal mengapa tidak bertobat.”

Jagalah umurmu, wahai saudaraku! Demi Allah, umur itu lebih berharga daripada emas dan perak. Jika seseorang tidak ingin menyia-nyiakan satu dirham pun dari hartanya, lalu bagaimana bisa ia menyia-nyiakan umur yang padanya tergantung kebahagiaan atau kesengsaraan hidup?

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia, wahai Rabb semesta alam".

(Disampaikan dalam Al-Liqa’ asy-Syahri (Pertemuan Bulanan), pertemuan ke-82, hlm. 17.)
Ustadz lutfi setiawan 

Tujuan dari menikah adalah bersenang - senang, dan membentuk keluarga yang sholeh, serta masyarakat yang lurus, sebagaimana yang kami katakan dahulu.

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata :

Tujuan dari menikah adalah bersenang - senang, dan membentuk keluarga yang sholeh, serta masyarakat yang lurus, sebagaimana yang kami katakan dahulu.

Berdasarkan ini, maka seorang wanita yang selayaknya dinikahi adalah ia yang terwujud padanya kesempurnaan dua tujuan tersebut, dia adalah wanita yang memiliki keindahan hissiyah serta maknawi.

Keindahan hissiyah adalah kesempurnaan pembawaan, karena seorang wanita setiap kali ia cantik ( enak ) dipandang serta bagus dalam tutur kata, matapun akan senang memandangnya, dan kedua telinga akan mendengar ucapannya, sehingga dada akan lapang, jiwapun akan tenang, dan akan terwujud padanya firman Allah ta'ala :

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. ( QS Annur 21 )

Dan keindahan maknawi adalah : kesempurnaan agama dan akhlak, maka setiap kali seorang wanita itu semakin sempurna agama dan akhlaknya, jiwapun akan semakin menyukai dan lebih selamat kesudahannya.

Maka seorang wanita yang bagus agamanya, ia akan melaksanakan perintah Allah, akan menjaga hak - hak suaminya dan kemaluannya serta anak-anak dan hartanya, ia akan membantu suaminya untuk mentaati Allah, apabila suaminya lupa ( berbuat salah .. pent ) ia akan mengingatkannya, dan apabila suaminya berat melaksanakan perintah Allah, iapun menyemangatinya, dan apabila ia ( suami ) marah, iapun berusaha mencari keridhoannya.

 Seorang wanita yang terdidik ( agamanya .. pent ) akan mencintai suaminya dan menghormatinya, ia tidak akan menunda dari sesuatu yang suaminya suka kalau ia berikan dengan segera, dan ia tidak akan menyegerakan sesuatu yang suaminya suka kalau itu diakhirkan.

Dan Nabi صلى الله عليه وسلم pernah ditanya :

Istri manakah yang paling baik ? Beliau menjawab :

Istri yang membuatmu gembira, apabila engkau memandangnya, dan mentaatinya apabila ia perintah, dan ia tidak menyelisihinya, dan tidak harta dengan sesuatu yang ia tidak suka ...

Maka apabila bisa mendapatkan seorang istri yang terdapat padanya kecantikan zhohir dan batin, maka ini merupakan kesempurnaan serta kebahagiaan bitaufiqillah.

Diterjemahkan dan sedikit diringkas oleh Saudaramu La Ode Abu Hanafi dari kitab Azzawaj hal 19 - 20 karya Muhammad Bin Sholeh Utsaimin. Cetakan Madaarul Wathon.

______________________________________________

https://t.me/joinchat/-vI7te0yyQFkZDJl

https://t.me/joinchat/TBy3LmAjigbiQgtF

Rabu, 30 Juli 2025

Kalau ingin mengikuti gaya dan prinsip hidup maka ikutilah ulama salaf. Jalan mereka telah direkomendasi oleh Allah Subhana wa ta'ala dan Rasul-Nya

Umar bin Khattab (w. 23 H)
"Umar membawa kantong air di pundaknya. Ketika ditanya, beliau menjawab: 'Jiwaku membuatku bangga, maka aku ingin merendahkannya.'"

📚 Tarikh ath-Thabari (Jilid 4, hlm. 196) karya Imam ath-Thabari (w. 310 H)
📚 Hilyatul Auliya (Jilid 1, hlm. 47) karya Abu Nu'aim al-Ashbahani (w. 430 H)

---

Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H)
"Lampu Umar padam saat ada tamu. Tamu menawarkan bantuan, tetapi beliau menolak: 'Bukan kemuliaan jika tamu jadi pelayan.' Beliau sendiri yang menyalakannya."

📚 Siyar A'lam an-Nubala (Jilid 5, hlm. 125) karya Imam adz-Dzahabi (w. 748 H)
📚 Hilyatul Auliya (Jilid 5, hlm. 279)

---

Abu Bakar ash-Shiddiq (w. 13 H)
"Abu Bakar biasa memerah susu untuk janda. Saat jadi khalifah, seorang anak berkata: 'Kini dia tak akan memerah untuk kita.' Abu Bakar menjawab: 'Aku akan tetap melakukannya.'"

📚 Siyar A'lam an-Nubala (Jilid 1, hlm. 30)
📚 Hilyatul Auliya (Jilid 1, hlm. 31)

---

Ali bin Abi Thalib (w. 40 H)
"Ali membeli kurma dan membawanya sendiri. Ketika ditawari bantuan, beliau berkata: 'Ayah lebih berhak membawa kebutuhan keluarganya.'"

📚 Al-Bidayah wa an-Nihayah (Jilid 7, hlm. 327) karya Ibnu Katsir (w. 774 H)
📚 Natsr ad-Durr (Jilid 1, hlm. 167) karya al-Abi (w. 421 H)

---

Muhammad bin Wasi' (w. 123 H)
"Beliau berkata: 'Seandainya dosa berbau, takkan ada yang mau duduk dekatku.'"

📚 Hilyatul Auliya (Jilid 2, hlm. 347)

---

Abdullah bin al-Mubarak (w. 181 H)
"Ditanya tentang ujub, beliau menjawab: 'Menganggap dirimu lebih unggul dari orang lain.'"

📚 Siyar A'lam an-Nubala (Jilid 8, hlm. 387)

---

Al-Fudhail bin Iyadh (w. 187 H)
"Beliau berkata: 'Siapa menganggap dirinya bernilai, maka dia tidak rendah hati.'"

📚 Tadzkirat al-Huffazh (Jilid 1, hlm. 272) karya Imam adz-Dzahabi

---

Imam asy-Syafi'i (w. 204 H)
"Beliau berkata: 'Aku ingin semua orang belajar ilmu ini, asalkan tak satu huruf pun dinisbatkan padaku.'"

📚 Hilyatul Auliya (Jilid 9, hlm. 119)

---

Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)
"Ketika dipuji, beliau berkata: 'Jika kalian tahu dosaku, kalian akan menaburkan tanah di kepalaku.'"

📚 Manaqib al-Imam Ahmad (hlm. 205) karya Ibnu al-Jauzi (w. 597 H)

---

Ibrahim al-Harbi (w. 285 H)
"Ketika ada yang berkata: 'Seolah Allah hanya menciptakanmu di Baghdad,' beliau menjawab: 'Mungkin ibuku mendoakanku saat aku kecil.'"

📚 Tarikh Baghdad (Jilid 6, hlm. 36) karya al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H)
Ustadz ibnu zulkifli

Maksud meninggalkan (berhubungan dengan) ahli bid‘ah Iaitu menjauhkan diri daripada mereka dan meninggalkan mencintai mereka, serta meninggalkan untuk berwala' (berkasih sayang/loyal) dengan mereka, memberi salam kepada mereka, menziarahi mereka, menziarahi ketika sakit dan seumpamanya.

Maksud meninggalkan (berhubungan dengan) ahli bid‘ah Iaitu menjauhkan diri daripada mereka dan meninggalkan mencintai mereka, serta meninggalkan untuk berwala' (berkasih sayang/loyal) dengan mereka, memberi salam kepada mereka, menziarahi mereka, menziarahi ketika sakit dan seumpamanya.

Dan menjauhi ahli bid‘ah adalah wajib, berdasarkan firman Allah Ta‘ala:
"Engkau tidak akan mendapati satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, mencintai orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya..." [Surah al-Mujadilah: 22]

Dan kerana Nabi ﷺ telah memulau (menghukum dengan tidak bergaul) Ka‘ab bin Malik dan dua sahabatnya ketika mereka tidak menyertai peperangan Tabuk.

– Al-‘Allamah Ibn ‘Uthaymin رحمه الله
Syarh Lum‘atul I‘tiqad (halaman 110)
Ustadz ibnu salam 

Ulama Dikenang Walau Telah Tiada

Ulama Dikenang Walau Telah Tiada

قَالَ هَارُونُ الرَّشِيدُ لِأَحَدِ تَلَامِيذَتِهِ: مَنْ أَنْبَلُ النَّاسِ؟ قَالَ: مَا أَنْتَ فِيهِ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، فَقَالَ: بَلَى، رَجُلٌ جَالِسٌ فِي حَلْقَةٍ يَقُولُ: حَدَّثَنَا فُلَانٌ، عَنْ فُلَانٍ، عَنْ فُلَانٍ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: هَذَا اسْمُهُ مُرْتَبِطٌ بِاسْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ حَلْقَةٌ فِي سِلْسِلَةٍ أَعْلَاهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،ثُمَّ قَالَ: نَحْنُ نَمُوتُ – أَيِ: الْمُلُوكُ يَمُوتُونَ – أَمَّا هَؤُلَاءِ الْعُلَمَاءُ فَلَا يَمُوتُونَ. ثُمَّ قَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ، وَأَمْثَالُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ

Hārūn ar-Rasyīd berkata kepada salah satu muridnya: “Siapakah manusia yang paling mulia?”
Murid itu menjawab, “Yang sedang engkau berada di dalamnya, wahai Amīrul-Mu’minīn.”
Ia (Hārūn) berkata: “Bukan, tetapi seseorang yang duduk dalam sebuah majelis, lalu berkata:
‘Telah menceritakan kepada kami Fulan, dari Fulan, dari Fulan, dari Rasulullah ﷺ.’ Orang ini namanya terikat dengan nama Nabi ﷺ. Ia adalah satu mata rantai dalam sebuah rantai yang puncaknya adalah Rasulullah ﷺ.” Kemudian ia berkata: “Kami akan mati” maksudnya: para raja akan mati, “Adapun para ulama, mereka tidak mati.” Lalu beliau berkata: “Jasad mereka tidak lagi ada, tetapi sosok mereka masih hidup di dalam hati.”
Ustadz didik suyadi 

Mengolok² (mengejek/mencandai) para pemimpin dan (meremehkan) merendahkan keadaan mereka merupakan madzhabnya khawarij

Syaikh Sholih Al Fauzan حفظه الله berkata:

"Mengolok² (mengejek/mencandai) para pemimpin dan (meremehkan) merendahkan keadaan mereka merupakan madzhabnya khawarij.
ustadz abu yahya tomy

Khurafat yang Menghancurkan Umat

📝 Khurafat yang Menghancurkan Umat
_________________

Syaikh Rasyīd Ridhā rahimahullāh menceritakan tentang penduduk Bukhārā, bahwa ketika mereka telah diperingatkan akan serangan Rusia terhadap negeri mereka, mereka tidak mempersiapkan diri dengan kekuatan yang semestinya. Bahkan mereka malah mengejek dan memperolok hal itu seraya berkata: “Negeri kami berada dalam perlindungan ‘Syāh Naqsyaband’ (yakni wali yang dinisbatkan kepadanya Thariqah Naqsyabandiyah).” Namun ketika tentara Rusia menyerbu mereka, tidak ada satupun pertolongan dari wali tersebut yang bisa mereka dapatkan. Justru mereka berbalik dalam keadaan kalah, kehilangan kemerdekaan mereka, dan status mereka tidak dianggap lagi.
 
Diceritakan juga bahwa ketika penduduk Maroko paling barat (Maroko bagian barat jauh) diperingatkan akan penjajahan Prancis atas negeri mereka, dan bahwa kewajiban mereka adalah menyusun barisan serta mempersiapkan kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi pasukan Prancis, para pengikut tharīqah (tarekat) menghalangi mereka dengan alasan bahwa kota Fes dilindungi oleh ‘Maulāya Idrīs’, dan bahwa orang-orang Prancis tidak akan mampu mendudukinya. Hasil yang wajar dari kelalaian itu adalah bahwa Prancis berhasil menguasai negeri mereka. Bahkan terbukti bahwa para “syaikh tharīqah” yang paling berpengaruh dan paling banyak mengaku-aku karamah secara batil, seperti tharīqah Tījāniyyah, adalah orang-orang yangmenjadi pelayan Prancis dan membantu mereka dalam menaklukkan negeri, memperbudak penduduknya, atau menjerumuskan mereka keluar dari agama Islam menuju ateisme atau Nasrani, baik mereka sadari ataupun tidak. (Limāżā lā Naqbal Karāmāt aṣ-Ṣūfiyyah, 3).
 
Dari kedua kisah diatas, kita bisa melihat bagaimana khurafat bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan umat. Ketika orang-orang lebih percaya pada cerita-cerita karamah yang tidak jelas asal-usulnya, seperti yang berasal dari mimpi, khayalan, atau kisah tanpa sanad yang kuat, maka perlahan mereka mulai meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Padahal, Islam mengajarkan untuk berusaha, berpikir, dan bertawakal secara seimbang, bukan sekadar berharap keajaiban tanpa ikhtiar.
 
Contoh terbaik tentu saja Rasulullah ﷺ sendiri. Saat beliau hijrah, beliau tidak hanya berdoa atau menunggu pertolongan, tetapi menyusun strategi, menyewa penunjuk jalan, dan memilih waktu serta rute yang aman. Itu bukti bahwa Islam menuntun untuk bersikap realistis dan cerdas dalam bertindak.

Maka sangat keliru jika seseorang menganggap cukup dengan kisah karamah untuk menghadapi persoalan besar, lalu meninggalkan usaha nyata yang diperintahkan oleh Allah.
 
Masalah muncul ketika khurafat mulai dianggap sebagai bagian dari agama. Umat jadi mudah percaya pada cerita yang belum tentu benar, dan mengabaikan pentingnya belajar, berpikir, dan bekerja keras.

Lebih dari itu, khurafat juga bisa menggeser tauhid. Ketika seseorang lebih menggantungkan harapan kepada tokoh yang sudah wafat, bahkan meyakini mereka bisa menolong dalam segala keadaan, maka itu adalah bentuk penyimpangan yang berbahaya. Semua pertolongan sejatinya hanya datang dari Allah, bukan dari makhluk, apalagi yang sudah meninggal. Lama-kelamaan, keyakinan semacam ini membuat umat menjadi pasif. Mereka enggan berjuang, tidak
tertarik menuntut ilmu, dan merasa cukup dengan cerita-cerita lama yang bersifat menghibur tapi tidak mendidik. Akhirnya, mereka tertinggal dalam berbagai bidang dan mudah dijajah—bukan hanya secara fisik, tapi juga secara pemikiran.
 
Perlu ditegaskan bahwa Ahlus Sunnah mengimani adanya karamah bagi para wali, karena karamah adalah bagian dari keajaiban yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang bertakwa. 
 
Al-Imām Abū Ja’far aṭ-Ṭaḥāwī rahimahullāh berkata: 
 
وَنُؤْمِنُ بِمَا جَاءَ مِنْ كَرَامَاتِهِمْ، وَصَحَّ عَنِ الثِّقَاتِ مِنْ رِوَايَاتِهِمْ.
 
“Dan kami mengimani karamah-karamah para wali yang diriwayatkan secara shahih oleh perawi-perawi yang terpercaya.” (Al-‘Aqīdah aṭ-Ṭaḥāwiyyah, 31).
 
Maka jelaslah, bahwa Ahlus Sunnah menetapkan karamah dengan ilmu, dan sanad yang sahih, bukan dengan khayalan dan klaim tanpa bukti.

Di sinilah pentingnya menjaga kemurnian akidah dan menjauhi segala bentuk khurafat yang menyesatkan umat dari ajaran Islam yang sebenarnya.
 
Dengan memahami batasan ini, semoga kita termasuk golongan yang mencintai para wali karena ketakwaannya, bukan karena cerita-cerita yang menyesatkan.
ustadz khairullah tekko

Mintalah Hanya Kepada Allah

📝 Mintalah Hanya Kepada Allah
_____________________

Dalam kehidupan seorang mukmin, sikap bergantung hanya kepada Allah adalah bagian penting dari tauhid yang murni. Di saat menghadapi kesulitan, kebutuhan, atau harapan, seorang hamba diperintahkan untuk mengarahkan doa dan permohonannya hanya kepada Allah semata. Sebab, permohonan bukan hanya tindakan lisan atau kebutuhan praktis, tetapi bentuk ibadah yang paling agung.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā, Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ.

“Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” [HR. At-Tirmidzi (2516)].

Hadis ini menunjukkan dengan jelas bahwa permintaan dan pengharapan seyogianya hanya ditujukan kepada Allah, karena Dialah satu-satunya Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak untuk memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.

Ibnu Rajab al-Hanbalī rahimahullāh berkata:

واعلم أن سؤالَ اللهِ تعالى دونَ خلقه هو المتعين، لأن السؤال فيه إظهار الذلِّ من السائل والمسكنة والحاجة والافتقار، وفيه الاعترافُ بقدرةِ المسؤول على دفع هذا الضَّرر، ونيل المطلوب، وجلبِ المنافع، ودرء المضارِّ، ولا يصلح الذلُّ والافتقار إلَّا لله وحدَه، لأنه حقيقة العَبادة.

Ketahuilah bahwa memohon kepada Allah Ta‘ālā, bukan kepada makhluk-Nya, adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Sebab, dalam permohonan itu terdapat pengakuan kehinaan dari si peminta, serta menunjukkan sikap rendah diri, kebutuhan, dan kefakiran.
Di dalamnya juga terdapat pengakuan terhadap kekuasaan pihak yang dimintai untuk menghilangkan bahaya, memenuhi kebutuhan, mendatangkan manfaat, dan menolak mudarat.
Dan tidaklah pantas kehinaan serta rasa membutuhkan itu ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, karena hal itu adalah hakikat ibadah.”
(Jāmi‘ al-‘Ulūm wa al-Ḥikam, 1/481).

Penjelasan Ibnu Rajab ini menegaskan bahwa permohonan kepada selain Allah—dalam bentuk apa pun yang mencerminkan ketundukan dan harapan hati—dapat menyimpang dari makna ibadah yang sejati. Ketika seseorang mengarahkan permintaannya kepada makhluk dengan pengharapan hati, sesungguhnya ia telah memalingkan sebagian dari ibadah kepada selain Allah.

Senada dengan itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullāh juga menjelaskan bahwa meminta kepada manusia mengandung tiga bentuk kerusakan. Beliau berkata:

فإن سؤال المخلوقين فيه ثلاث مفاسد: مفسدة الافتقار إلى غير الله وهي من نوع الشرك. ومفسدة إيذاء المسؤول وهي من نوع ظلم الخلق. وفيه ذل لغير الله وهو ظلم النفس.

“Sesungguhnya meminta kepada makhluk itu mengandung tiga bentuk kerusakan (mafsadat):

1. Kerusakan berupa bergantung kepada selain Allah, dan ini termasuk jenis kesyirikan.

2. Kerusakan berupa menyakiti pihak yang dimintai, dan ini termasuk bentuk kezaliman terhadap makhluk.

3. Dan di dalamnya terdapat sikap merendahkan diri kepada selain Allah, dan ini adalah kezaliman terhadap diri sendiri.”
(Qā‘idah Jalīlah fī at-Tawassul wa al-Wasīlah, 74).

Melalui penjelasan kedua ulama besar ini, tampak dengan jelas bahwa permohonan dan permintaan adalah bagian dari tauhid. Hati seorang hamba tidak semestinya bergantung kepada makhluk yang lemah, karena seluruh makhluk pada hakikatnya juga bergantung kepada Allah. Maka, permohonan, pengharapan, dan mohon pertolongan hanya pantas diarahkan kepada Allah semata, Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

✍️ Khairullah Tekko

Pencari dunia itu seperti peminum air laut; semakin banyak dia minum, semakin bertambah dahaganya, sehinggalah akhirnya air itu membunuhnya

Nabi Isa bin Maryam عليه السلام berkata:

"Pencari dunia itu seperti peminum air laut; semakin banyak dia minum, semakin bertambah dahaganya, sehinggalah akhirnya air itu membunuhnya."

(Mausu‘ah Ibn Abi al-Dunya, jilid 5, halaman 152)
Ustadz ibnu salam 

Dua ibadah agung yang tidak sepatutnya hilang dari hati seorang mukmin:

🔖 Dua ibadah agung yang tidak sepatutnya hilang dari hati seorang mukmin:
[Syukur dan Istighfar]

📌 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

Syukur menyebabkan bertambahnya nikmat.

Sedangkan istighfar menolak bala (musibah).

📚 Majmū‘ al-Fatāwā (28/48)
Ustadz lutfi setiawan

bentuk adab

Salafi seringnya dituduh sebagai orang yang tidak beradab dan berakhlak karena: ga nunduk2 sama kiai,  suka mengkritisi amaliyah orang atau kelompok lain, kurang toleransi, tidak mengagungkan budaya dan norma masyarakat, anti bergaul, ga hormati orang yang sdh meninggal, dll

Padahal sejati nya salafi adalah orang yang paling beradab, karena salafi sangat ta'dhim kpd tauhid, pemurnian aqidah, dan menjunjung tinggi berpegang teguh kpd sunnah

adab tertinggi adalah adab thd sang Khaliq, kepada Allah dg bertauhid, beraqidah yang lurus, dan sama sekali tidak berbuat kesyirikan 

Mereka juga adalah golongan yang paling beradab kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, karena mereka berusaha menjaga dan mengamalkan sunnah nabi, dan menjauhi segala bentuk bidah, inilah bentuk adab tertinggi

Adab kpd Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang harus kita agungkan dan utamakan diatas adab kpd manusia , dan inilah bentuk adab dan akhlak yang luhur

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:

Sesungguhnya kewajiban bagi seluruh mukallaf (orang yang dibebani syariat) adalah beradab kepada Allah, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya, beriman kepada-Nya serta kepada seluruh yang diberitakan-Nya dalam Kitab-Nya yang agung, melalui lisan Rasul-Nya Muhammad ﷺ, baik mengenai nama-nama dan sifat-sifat-Nya, maupun perkara akhirat, surga dan neraka, hisab, balasan, dan selainnya.

Setiap mukallaf wajib beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dalam ibadah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Maka bentuk adab yang paling agung adalah mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Sedangkan seburuk-buruk adab adalah berbuat syirik kepada Allah dan memalingkan sebagian ibadah kepada selain-Nya.

📚 Majmū‘ Fatāwā wa Maqālāt Syaikh Ibn Bāz (28/194)
ustadz lutfi setiawan

Syirik dalam Ibadah kepada Allah

الشرك في عبادة الله
Syirik dalam Ibadah kepada Allah

قال الله تعالى:
Firman Allah Taala:
"إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ" (النساء: ٤٨)
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.”
(Surah an-Nisa’: 48)

ومن ذلك دعاء الأموات والاستغاثة بهم والنذر والذبح لهم
Termasuk dalam perbuatan syirik itu ialah: berdoa kepada orang-orang mati, meminta pertolongan daripada mereka, bernazar untuk mereka, dan menyembelih korban untuk mereka.
ustadz ibnu salam 



Selasa, 29 Juli 2025

Antara tanda-tanda kiamat ialah seorang lelaki diutamakan menjadi imam hanya kerana merdu suaranya.

"Antara tanda-tanda kiamat ialah seorang lelaki diutamakan menjadi imam hanya kerana merdu suaranya."

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Bersegeralah kamu melakukan amal-amal (soleh) sebelum datang enam perkara:

1. Pemerintahan orang-orang dungu,

2. Ramainya polis (yang zalim),

3. Hukum dijual beli,

4. Terputusnya hubungan silaturrahim,

5. Menganggap remeh pertumpahan darah,

6. Munculnya generasi yang menjadikan al-Quran sebagai nyanyian (semata-mata). Mereka mendahulukan (menjadikan imam atau memuliakan) seseorang bukan kerana dia paling utama di kalangan mereka, bukan kerana dia paling berilmu, dan bukan juga kerana dia paling faqih, tetapi mereka mendahulukannya hanya kerana dia pandai menyanyi (membaca dengan suara merdu)."

(Riwayat al-Albani dalam al-Silsilah al-Sahihah, no. 979)
Ustadz ibnu salam 

Catatan Dauroh Surabaya: KENALILAH AHLI ILMU SALAFI DI NEGRIMU

#Catatan Dauroh Surabaya: KENALILAH AHLI ILMU SALAFI DI NEGRIMU 

Ketika Syaikh Abdussalam Barjas رحمه الله menyebutkan nama² Ulama Salafi di abad ini satu persatu dalam kitabnya Ushul Dakwah Salafiyyah, maka Syaikh Muhammad Hisyam Thahiri حفظه الله memberikan komentar padanya:

"Tentu yang beliau sebutkan adalah ulama salafiyyin ahli hadits wal atsar di negrinya, adapun kalian wajib mengetahui siapa saja ulama ahli hadits di negri kalian ini -semoga Allah menjaga negri kalian ini dan melanggengkan kestabilannya-, wajib kalian mengenal mereka para ahli ilmu yang mengawali perjuangan dalam menyebarkan dakwah salafiyyah di negri ini untuk kemudian menunaikan hak-hak mereka dan menghormati serta memuliakan mereka dan menyayangi mereka serta menghidupkan atsar perjuangan mereka, adapun kesalahan-kesalahannya maka kita mendoakan ampunan untuk mereka karena tidak ada yang ma'shum. Sungguh di negri ini juga terdapat ulama ahli hadits (ahlussunnah) sebagaimana di India dan negri-negri lainnya, yang tidak ada yang mengetahui berapa jumlahnya kecuali hanya Allah".
Ustadz amir al kadiry stai ali bin abi tholib surabaya

surat abasa

Sesungguhnya ilmu (agama) ini adalah daging dan darahmu (-darah dagingmu-). Kamu akan ditanya tentangnya pada hari kiamat kelak. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya

Al Imam Malik bin Anas rahimahulloh didalam al kifayah berkata :
"Sesungguhnya ilmu (agama) ini adalah daging dan darahmu (-darah dagingmu-). Kamu akan ditanya tentangnya pada hari kiamat kelak. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya. "
(Al Kifayah 21)
ustadz enggar 

Harun Ar-Rasyid

Ketika Harun Ar-Rasyid melihat banyak mujahid dalam pasukannya menolak mencatatkan nama mereka di daftar gaji dan tunjangan tentara karena ingin jihad mereka semata-mata lillahi ta'ala, ia menyadari bahwa para pejuang mulia ini memiliki ayah, ibu, istri, dan anak-anak yang membutuhkan nafkah dan perhatian selama mereka pergi berjuang. Maka Harun Ar-Rasyid pun memikirkan sebuah langkah mulia.

Para mujahid biasanya berjihad dalam satu waktu dan bekerja di waktu lain untuk menghidupi diri dan keluarga mereka. Namun Harun Ar-Rasyid melihat bahwa hal itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan bahkan bisa membuat mereka teralihkan oleh urusan keluarga di tengah jihad.

Maka ia memerintahkan kepada para gubernur dan pejabatnya untuk mencari siapa saja dari keluarga para mujahid yang membutuhkan bantuan. Ia juga memerintahkan agar informasi itu dikumpulkan secara diam-diam melalui panglima perangnya, Hamid bin Ma'yuf.

Karena keinginannya untuk ikut langsung melayani para pejuang dan keluarga mereka, Harun Ar-Rasyid turun sendiri pada malam hari ke rumah-rumah keluarga para mujahid dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Ia memberikan bantuan, hadiah, dan bingkisan kepada mereka. Hingga ia kemudian dikenal di kalangan rakyat dengan sebutan "Khadim al-Mujahidin" (Pelayan para Mujahid). Ia juga mewasiatkan kepada para pejabatnya agar menjaga dan merawat keluarga para mujahid sebaik-baiknya selama mereka berada di medan jihad dan kehormatan.

Suatu kali, ketika Harun mengunjungi beberapa keluarga para pejuang secara terbuka, ia bertanya:
"Apakah kalian kekurangan sesuatu yang bisa kami bantu?"
Mereka menjawab:
"Telah datang kepada kami seorang lelaki saleh yang kami panggil "Pelayan para Mujahid", ia memberikan segala yang kami butuhkan, bahkan sampai minyak wangi pun dihadiahkannya kepada kami."

Harun Ar-Rasyid tersenyum mendengar gelar itu dan merasa bangga. Lalu ia berkata kepada panglima perangnya, Ma’yuf:
"Itulah gelar paling mulia yang pernah disematkan kepadaku dalam hidupku. Aku berdoa kepada Allah agar aku wafat dalam keadaan menyandang gelar itu, dan kelak dipanggil dengannya pada hari kiamat."

Maka di manakah kisah ajaib seperti ini dari Harun Ar-Rasyid dibandingkan dengan citra yang sering digambarkan di media, yang menggambarkannya hanya sebagai lelaki haus wanita?

Sumber:
– Siyar A’lam An-Nubala karya Adz-Dzahabi
– Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir
– Al-Kamil fi At-Tarikh karya Ibnu Al-Atsir
Ustadz zico pratama putra

Yang tetap teguh menuntut ilmu di tengah derasnya fitnah hari-hari ini, adalah termasuk wali di antara wali-wali Allah (yg istimewa

"Yang tetap teguh menuntut ilmu di tengah derasnya fitnah hari-hari ini, adalah termasuk wali di antara wali-wali Allah (yg istimewa)"

(Al-'Allamah Muhammad Ali Adam Al-Ityubi rahimahullah dlm al-Fawaid al-'Ilmiyyah wa al-Durar al-Tarbawiyyah, hlm. 19)
ustadz abu haitsam buldan

Berita dan peristiwa dunia tak pernah ada ujungnya (datang silih berganti). Jika seluruh waktu tersita untuk mengikuti arus berita, maka hari-hari dalam hidup akan sirna tanpa makna, menyisakan kerugian yang tidak tergantikan

Berita dan peristiwa dunia tak pernah ada ujungnya (datang silih berganti). Jika seluruh waktu tersita untuk mengikuti arus berita, maka hari-hari dalam hidup akan sirna tanpa makna, menyisakan kerugian yang tidak tergantikan. 
Sedangkan Nabi telah mewanti-wanti dalam hadits, “Kelak, manusia akan ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan?”

(Syaikh Dr. Abdul Malik Al-Qâsim)
ustadz abu haitsam buldan 

TEKUN DI CELAH YANG SEMPIT, PANTAS MEREKA BERILMU LUAS

TEKUN DI CELAH YANG SEMPIT, PANTAS MEREKA BERILMU LUAS

Dr. Abdul ‘Aziz Al-Syâyi’ berkata:
Di usia dua puluhan, Anda menghabiskan tiga hari untuk membaca sebuah buku, namun yang melekat di ingatanmu hanya tiga halaman saja. Kelak di usia empat puluhan, Anda hanya butuh tiga jam untuk membaca buku itu, dan Anda telah memahami seluruh isinya, kecuali tiga halaman saja.

Imam az-Zuhri berkata: 
“Di awal menuntut ilmu, hati seseorang laksana celah sempit di pegunungan. Tak berselang lama, ia menjadi lembah luas yang melahap setiap ilmu yang diletakkan di sana."
Ustadz abu haitsam buldan

darut taarud aql wa naql

bahwa seorang lelaki muslim atau perempuan muslimah bisa saja berada pada tingkat kesalehan dalam ibadah, namun mereka menyakiti orang-orang di sekitarnya dengan lisannya dan perbuatannya.

Terlintas dalam benakku...
Sebuah peringatan tentang satu hal: bahwa seorang lelaki muslim atau perempuan muslimah bisa saja berada pada tingkat kesalehan dalam ibadah, namun mereka menyakiti orang-orang di sekitarnya dengan lisannya dan perbuatannya.
Lelaki menyakiti istri dan anak-anaknya dengan lisannya — dengan makian, cercaan, dan doa-doa keburukan — hanya karena sebab-sebab sepele.
Demikian pula wanita menyakiti suaminya dan anak-anaknya dengan lisannya — dengan kata-kata kasar, makian, dan doa-doa buruk — hanya karena hal-hal ringan.

Padahal keduanya rajin shalat, berpuasa, dan bangun malam!

Kenyataan seperti ini membuat seseorang bingung menghadapi si lelaki ataupun si wanita tersebut.

Saya temukan sebuah hadits yang mengingatkan akan bahaya keadaan ini dan memperingatkan seorang muslim agar tidak menyakiti orang-orang di sekitarnya.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh para peneliti Musnad Ahmad,
dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:

"Ada seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah disebut-sebut karena banyaknya shalat, puasa, dan sedekahnya, namun ia menyakiti tetangganya dengan lisannya.”
Beliau bersabda: “Dia di neraka.”
Lelaki itu berkata lagi: “Wahai Rasulullah, ada pula si fulanah yang disebut-sebut karena sedikit shalat, puasa, dan sedekahnya, namun ia bersedekah dengan potongan kecil keju kering dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.”
Beliau bersabda: “Dia di surga.”

Hadits ini menunjukkan bahwa perkara menyakiti dengan lisan adalah bahaya besar, bahkan meskipun seseorang rajin beribadah.

Ingatlah, wanita adalah saudara kembar lelaki dalam hukum. Maka apa yang berlaku bagi lelaki juga berlaku bagi wanita, kecuali jika ada dalil yang mengecualikan.

Dan jika hadits ini berbicara tentang menyakiti tetangga, maka tentu lebih utama lagi berlaku terhadap keluarga sendiri — mereka adalah tetangga terdekat bagi seorang lelaki maupun perempuan.

Maka wahai Muslim, jangan engkau remehkan perbuatan menyakiti keluargamu — baik dengan lisan maupun tindakanmu. Bertakwalah kepada Allah dan waspadalah agar jangan sampai engkau menjadi penghuni neraka hanya karena hal itu, kecuali jika Allah mengampunimu.

Wallahul muwaffiq.

Prof. Dr. Muhammad Baazmul
03 Shafar 1447 H
Makkah
Ustadz ibnu zulkifli
https://www.facebook.com/share/p/1CvEVfxq1E/

خطر في بالي 

التنبيه على أمر؛ أن الرجل المسلم أو المرأة المسلمة؛ يكونان على درجة من الصلاح في العبادة؛ لكنهما يؤذيان من حولهما بلسانهما وبتصرفاتهما؛ 

فالرجل يؤذي زوجته وأولاده بلسانه، بالسباب والشتائم والدعاء، لأي سبب.

والمرأة تؤذي زوجها ، وأولادها بلسانها شتائم وسباب ودعاء، لأي سبب.

هذا مع صلاحهما في الصلاة والصوم وقيام الليل!

هذا الواقع يجعل الإنسان في حيرة مع هذا الرجل أو مع هذه المرأة.

وجدت حديثا ينبه على خطورة هذا الحال ويحذر المسلم من إيذاء من حوله.

أخرجه أحمد وحسن إسناده محققو المسند؛ 

عن أبي هريرة قال: قال رجل : يا رسول الله ان فلانة يذكر من كثرة صلاتها وصيامها وصدقتها غير أنها تؤذي جيرانها بلسانها 

قال: هي في النار.

 قال: يا رسول الله فان فلانة يذكر من قلة صيامها وصدقتها وصلاتها وإنها تصدق بالأتوار من الأقط ولا تؤذي جيرانها بلسانها.

قال: هي في الجنة". 

تذكر أن النساء شقائق الرجال، فما ثبت في حق الرجل يثبت في حق المرأة، والعكس صحيح، ما لم يستثنه الدليل.

وإذا كان الحديث في إيذاء الجار، فأقرب جار للرجل وللمرأة أهل بيته من باب أولى.

ولذلك يا مسلم لا تستهن بإيذاء أهل بيتك بلسانك أو بتصرفاتك، اتق الله واحذر أن تكون بسبب ذلك في النار إلا أن يشاء الله.

والله الموفق.

محمد بازمول
03 صفر 1447هـ
مكة

Imam Masbuq?

Imam Masbuq?

Meskipun saya tidak meyakini keabsahan hal ini, tapi akan saya bawakan pendapat mereka yang membolehkan.

Zainuddin Al Malibari (w. 987H) mengatakan,
"tidak bermakmum pada makmum". (Quratul Ain).

Kemudian beliau jelaskan,
"dan tidak termasuk orang yang bermakmum adalah orang yang selesai bermakmumnya. Apabila imam telah salam, kemudian makmum berdiri (untuk menggenapi kekurangan), kemudian orang masbuq lain bermakmum kepadanya, maka sah (kemakmuman masbuq tadi), atau orang-orang masbuq berdiri (untuk menggenapi kekurangan), lalu sebagian menjadikan sebagian lain sebagai imam, maka sah juga, menurut pendapat muktamad, akan tetapi hal ini makruh. (Fathul Muin, h. 189. Cet Dar Ibnu Hazm, t. 1424H/2004M)

Kemudian Abu Bakar Muhammad Syatha (w. 1310H)
memberikan penjelasan,
"perkataannya (tidak mengikuti-bermakmum kepada makmum) yakni tidak sah bermakmum pada pada makmum saat dia menjadi makmum, sebab mustahil menggabungkan dua keadaannya yang mengikuti (menjadi makmum) sekaligus diikuti (menjadi imam).... (I'anah  Thalibin, h. 800, cet. Darus Salam, th 1442H/2021M)

Kemudian beliau melanjutkan penjelasan,
"perkataannya: (Imam telah selesai salam) sebagai permisalan bagi orang yang selesai bermakmum. Dan perkataannya: (kemudian orang masbuq tersebut berdiri), yakni: untuk menyelesaikan yang tersisa baginya (kekurangan rokaat). Dan perkataannya: (kemudian - orang lain - bermakmum padanya), yakni kepada masbuq tersebut, setelah ia berdiri untuk menggenapi kekurangannya. Perkataannya: (sah - perbuatan orang yang mengikuti masbuq tadi), pada keadaan ini (kasus pertama), dan dalam kasus kedua sah selama hal itu bukan shalat jum'at. Sedangkan kedua keadaan tersebut tidak sah kemakmuman (masbuq lain tadi) menurut pendapat Al Jamal (Abu Dawud Sulaiman Al Jamal Asy Syafi'i, w. 1204H) dan Ar Ramli (Syihabuddin Abul Abbas Ahmad bin Ahmad bin Hamzah Ar Ramli Asy Syafi'i, w. 957), sedangkan keadaan kedua (dalam shalat jum'at) tidak sah menurut Ibnu Hajar (saya tidak tahu apakah yang dimaksudkan Al Astqolani, w. 852H atau Al Haitami, w. 973H). Sedangkan keadaan pertama adalah sah menurut beliau (Al Malibari), akan tetapi dihukumi makruh. Al Kurdi (Muhammad bin Sulaiman Al Kurdi, w1194H) mengambil faidah darinya (yakni mengikuti pendapat Al Malibari ini). (Hasyiah I'anah Ath Thalibin, h. 801, cet. Darus Salam, th. 1442H/2021M).

Kesimpulannya, tata cara tersebut masih diperselisihkan di dalam Syafi'yah. Sedangkan apa yang saya pahami, menggunakan pemahaman Hanabilah, maka hal itu tidak benar semuanya, sebagaimana pendapat Ar Ramli dan Al Jamal. Allahua'lam.

#kangstadz #kajianfiqhjogja
Ustadz prasetyo j hertanto

kematian

Pentingnya Mempelajari al-Tadmuriyyah

Pentingnya Mempelajari al-Tadmuriyyah

1. Berisi bantahan dan metode membantah terhadap kelompok yang menyimpang dalam asma wa sifat dan syara wa qadar.
2. Memuat istilah-istilah ilmu kalam & mantiq yang akan kita dapati di kitab-kitab akidah lanjutan.
3. Menjadi pengantar untuk memahami kitab-kitab tebal Ibn Taimiyah.
4. Membahas tema penting yang sering diperdebatkan dalam ilmu akidah.
5. Meski termasuk kitab klasik, tetapi tetap perlu dipelajari penuntut ilmu saat ini dan tidak ada kitab kontemporer yang bisa menggeserkan kedudukannya.

Karakter al-Risalah al-Tadmuriyah

1. Bukan matan, akan tetapi jawaban terhadap pertanyaan mengenai suatu tema dalam ilmu akidah.
2. Berisi bantahan terhadap orang yang menyimpang pada tema tersebut.
3. Karena berisi bantahan maka istilah yang digunakan termasuk sulit.
4. Ibn Taimiyah tidak merevisi penulisan al-Tadmuriyah, beliau hanya menulisnya sekali sehingga bisa didapati pengulangan mengenai beberapa hal dalam al-Tadmuriyah.

Cara memahami al-Tadmuriyah

1. Mempelajari akidah secara berjenjang, mulai dari al-Wasithiyah, al-Hamawiyah, al-Qawa'id al-Mutsla, al-Thahawiyah baru masuk ke al-Tadmuriyah.
2. Memahami istilah yang Ibn Taimiyah gunakan dalam al-Tadmuriyah, bisa mempelajari mantik terlebih dahulu karena banyak istilah-istilah ilmu mantik digunakan di al-Tadmuriyah.
3. Mengikuti darasnya di YouTube dan membaca beberapa syarahnya, seperti:
~ al-Tuhfah al-Mahdiyah
~ al-Taudhihat al-Atsariyah
~ Syarah al-Risalah al-Tadmuriyah Syeikh Muhammad al-Khamis.

Wallahu a'lam

___________________
Sumber: https://youtu.be/86ZP54eCLoU

#تغريدات_الحنبلي
ustadz erlangga 

Bergadang (Tidak bermanfaat) Setelah Isya

Bergadang (Tidak bermanfaat) Setelah Isya

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ، وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا.

رواه البخاري (568) ومسلم (647).

Dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

"Nabi ﷺ menyukai untuk mengakhirkan shalat Isya, dan beliau membenci tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya."

(HR. Al-Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647)

وكان عمر بن الخطاب يضرب الناس على ذلك ويقول: أسمرا أول الليل ونوما آخره؟

Dan dahulu Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu memukul orang-orang karena hal itu (yakni begadang setelah Isya) dan berkata:

"Bergadang di awal malam, lalu tidur di akhir malam?"

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullahu

~~🌿🌿~~

1. Imam Malik bin Anas (wafat 179 H)

"Berbincang-bincang setelah Isya adalah makruh karena dapat menyibukkan dari shalat wajib atau shalat sunnah di akhir malam, dan karena hal itu akan menyebabkan begadang yang tidak ada manfaatnya."

Referensi: Al-Muwaththa’ karya Imam Malik, Kitab Shalat, Bab: Apa yang Diriwayatkan Tentang Tidur Sebelum Isya dan Berbincang Setelahnya.

2. Imam Abdurrahman bin Mahdi (wafat 198 H)

Ibnu Mahdi biasa membenci begadang setelah shalat Isya.

Siyar A‘lamin Nubala’ karya Adz-Dzahabi, Biografi Abdurrahman bin Mahdi.

3. Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H)

Beliau membenci begadang setelah shalat Isya kecuali untuk suatu kemaslahatan.

Terdapat dalam kitab-kitab fikih Hanbali seperti Al-Mughni karya Ibnu Qudamah, Kitab Shalat, Bab Waktu-Waktu Shalat.

4. Imam al-Bukhari (wafat 256 H)

Bab: Dibencinya begadang setelah shalat Isya.

Shahih al-Bukhari, Kitab Waktu-Waktu Shalat. (Ini adalah judul bab yang diletakkan oleh Imam al-Bukhari, dan menunjukkan pendapatnya dalam masalah ini.)

5. Imam an-Nawawi (wafat 676 H)

"Berbincang-bincang setelah shalat Isya adalah makruh karena dapat menyebabkan seseorang tidur dan meninggalkan shalat malam atau shalat Subuh."

Syarh Shahih Muslim karya Imam an-Nawawi, Kitab Masjid dan Tempat-Tempat Shalat, Bab Makruhnya Berbicara Setelah Shalat Isya.

6. Ibnu Hajar al-Asqalani (wafat 852 H)

"Sebab dibencinya begadang setelah shalat Isya adalah karena dikhawatirkan akan menyebabkan seseorang tertidur sehingga meninggalkan shalat malam atau tidak melaksanakan shalat Subuh di waktunya yang utama, atau lalai dalam menunaikan kewajiban-kewajiban syar‘i lainnya."

Fathul Bari, Syarah Shahih al-Bukhari

7. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (wafat 1421 H)

"Sabda beliau: 'Berbincang-bincang setelahnya' yaitu setelah shalat Isya. Yang dimaksud dengan perbincangan di sini adalah yang tidak mengandung manfaat. Adapun jika mengandung manfaat seperti ilmu, muraja‘ah Al-Qur’an, berbicara dengan tamu, dan semisalnya, maka tidak mengapa."

Syarh Riyadhus Shalihin

8. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz (wafat 1420 H)

"Seorang Muslim seharusnya menjaga tidur yang cukup yang bisa membantunya dalam menunaikan kewajibannya, dan menghindari begadang yang berbahaya yang bisa menyebabkan ia menyia-nyiakan shalat atau lalai dalam menunaikannya."
Ustadz ibnu zulkifli

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pada khutbah terakhirnya sebelum ia wafat

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pada khutbah terakhirnya sebelum ia wafat, mengingatkan manusia tentang kematian, negeri akhirat, surga dan neraka lalu beliau mengatakan bahwa ia tidak mengetahui orang yang dosanya lebih banyak dari dirinya, sehingga ia memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Lalu beliau turun dari mimbar sambil menangis tersedu-sedu. ("Lathaif Al-Ma'arif", Imam Ibnu Rajab).

Subhanallah, betapa tawadhunya seorang Umar bin Abdul Aziz. Beliau mengatakan tidak ada orang yang lebih banyak dosanya ketimbang dirinya. Hal itu karena setiap saat beliau mengintrospeksi dosa-dosanya. Adapun kita setiap saat juga mengintrospeksi dosa-dosa, tapi bukan dosa-dosa kita, tapi dosa-dosa orang lain.

Kitalah yang sepatutnya menangis tersedu-sedu karena banyaknya dosa kita, bukan berbangga dengan banyaknya amal yang belum tentu diterima.

Astaghfirullah wa atubu ilaih..
ustadz al mizzi

suuzan Allah tidak mengabulkan doa, maka justru dengan suuzan itu pengabulan doa yang mestinya hampir diberikan akan ditarik kembali

Misalnya suuzan Allah tidak mengabulkan doa, maka justru dengan suuzan itu pengabulan doa yang mestinya hampir diberikan akan ditarik kembali. Rasulullah ﷺ bersabda,

عَنْ ‌أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ ‌مَا ‌لَمْ ‌يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي.». «صحيح البخاري» (8/ 74 ط السلطانية)
Ustadz muafa 

sebagian salaf dahulu bahagia karena musibah

Ustadz risa bin wiradarman

Bergadang Setelah Isya

Bergadang Setelah Isya

وكان عمر بن الخطاب يضرب الناس على ذلك ويقول: أسمرا أول الليل ونوما آخره؟

Dan dahulu Umar bin al-Khaththab Rhadiyallahu anhu memukul orang-orang karena hal itu (yakni begadang setelah Isya) dan berkata:
"Bergadang di awal malam, lalu tidur di akhir malam?"

📚  Fathul Bari' , Ibnu Hajar Al-Asqalaniy Rahimahullahu,
Ustadz ibnu zulkifli

Apabila seseorang "merusak hubungan" istri orang dengan suaminya, agar suaminya menceraikannya. Kemudian orang yang "merusak hubungan" tersebut menikahi wanita tersebut, maka tidak halal pernikahannya".

Dalam Hanabilah, kata Syaikh Manshur Al Sho'qub:

"Apabila seseorang "merusak hubungan" istri orang dengan suaminya, agar suaminya menceraikannya. Kemudian orang yang "merusak hubungan" tersebut menikahi wanita tersebut, maka tidak halal pernikahannya".

 Syarah Mandhumah Qowaidul Fiqhiyah, h. 135.

#kangstadz
Ustadz prasetyo j hertanto 

Rincian hukum mengucapkan salam pada lawan jenis

Rincian hukum mengucapkan salam pada lawan jenis 

Hukum memberi salam
1️⃣Perempuan mengucapkan salam pada laki-laki mahramnya atau suaminya, hukumnya sunnah.
2️⃣Perempuan tua yang sudah tidak menimbulkan syahwat bagi laki-laki, mengucapkan salam pada laki-laki non mahram, hukumnya sunnah.
3️⃣Perempuan yang masih bisa menimbulkan syahwat bagi laki-laki, mengucapkan salam pada laki-laki non mahram, hukumnya haram.
4️⃣Laki-laki mengucapkan salam pada perempuan tua yang tidak menimbulkan syahwat bagi laki-laki, hukumnya sunnah.
4️⃣Laki-laki mengucapkan salam pada beberapa perempuan, hukumnya sunnah 
5️⃣Laki-laki mengucapkan salam pada perempuan non maharam yang masih bisa menimbulkan syahwat, hukumnya makruh

Hukum menjawab salam 
1️⃣Perempuan tua, yang sudah tidak menimbulkan syahwat bagi laki-laki, menjawab salam dari laki-laki, hukumnya wajib.
2️⃣Perempuan yang masih bisa menimbulkan syahwat bagi laki-laki, menjawab salam dari laki-laki non mahram, hukumnya haram.
3️⃣Beberapa perempuan menjawab salam dari laki-laki non mahram, hukumnya fardhu kifayah, karena tidak ada kekhawatiran timbulnya fitnah.

Haramnya perempuan mengucapkan salam pada laki-laki non mahram, demikian pula menjawabnya jika terpenuhi empat syarat:
1️⃣Perempuan dalam keadaan sendiri.
2️⃣Perempuan masih bisa menimbulkan syahwat bagi laki-laki.
3️⃣laki-laki dalam keadaan sendiri.
4️⃣tidak ada hubungan kemhraman atau suami istri.

Mengapa perempuan yang mengucapkan salam pada laki-laki dan menjawab salamnya laki-laki dihukumi haram, sedangkan ucapan salam dari laki-laki pada perempuan dan laki-laki menjawab salamnya perempuan dihukumi makruh saja tidak sampai haram?, karena ucapan dan jawaban  salam dari perempuan menimbulkan keinginan besar bagi laki-laki terhadap perempuan. Berbeda ucapan dan jawaban salam laki-laki, meskipun menimbulkan keinginan bagi perempuan terhadap laki-laki akan tetapi tidak sebesar keinginan laki-laki terhadap perempuan.

Rincian diambil dari Fathul Mu'in beserta I'anatut Thalibin,

ودخل في قولي مسنون سلام امرأة  على امرأة أو نحو محرم أو سيد أو زوج وكذا على أجنبي وهي عجوز لا تشتهى ويلزمها في هذه الصورة رد سلام الرجل أما مشتهاة ليس معها امرأة أخرى فيحرم عليها رد سلام أجنبي ومثله ابتداؤه. 
ويكره رد سلامها ومثله ابتداؤه أيضا. 
والفرق أن ردها وابتداءها يطمعه لطمعه فيها أكثر بخلاف ابتدائه ورده قاله شيخنا. 
ولو سلم على جمع نسوة وجب رد إحداهن إذ لا يخشى فتنة حينئذ. 
 (فتح المعين: ٢/٦٣٢)

Jika mengucapkan salam yang merupakan salah satu syi'ar Islam dan doa kebaikan sesama muslim saja dihukumi haram dalam kondisi di atas, maka bagaimana pula jika hanya berupa perkataan perempuan yang tidak mengandung unsur doa, hanya sekedar bertanya kabar akan tetapi menunjukkan perhatian seorang perempuan pada laki-laki? atau bahkan terjadi obrolan berulang-ulang? 
Dari uraian di atas bisa kita tarik kesimpulan, bahwa tidak diperbolehkan bagi perempuan melakukan satu tindakan yang menimbulkan ketertarikan dan keinginan laki-laki untuk mendapatkan perempuan tersebut.

Hendaknya perempuan lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan laki-laki non mahram agar perbuatannya tidak menimbulkan kemaksiatan dari laki-laki.

Semoga Allah jaga kira dari fitnah perempuan.

Semoga bermanfaat.
Ustadz agus waluyo 

Memaknai Hadits Kesialan ada pada Tiga Hal(Oleh : Al-Utsaimin, ibnu Baaz, Al-Albani dan al-Wadi'iy Rahimahumullah)

Memaknai Hadits Kesialan ada pada Tiga Hal
(Oleh : Al-Utsaimin, ibnu Baaz, Al-Albani dan al-Wadi'iy Rahimahumullah) 

📚📚📚

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

"Seandainya ada kesialan pada sesuatu, maka ia berada pada rumah, wanita, dan kuda."

(HR. Bukhari - Muslim)

••••❄️❄️••••

Penjelasan Ulama:

🎙️ Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (wafat 1421 H)

"Adapun sabda Nabi ﷺ: 'Sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal: pada kuda, wanita, dan rumah.' Dalam riwayat lain: 'Jika ada kesialan pada sesuatu, maka pada tiga hal ini.'
Ini bukan termasuk tathayyur (menganggap sial tanpa dasar), melainkan kabar dari Nabi ﷺ bahwa kesialan bisa terjadi pada tiga hal ini.
Sebagian wanita membawa sial bagi suaminya, sehingga tidak harmonis bersamanya. Begitu pula sebagian rumah membawa sial bagi penghuninya, dan sebagian kendaraan juga demikian. Jika seseorang melihat hal ini, tidak mengapa ia menjual rumah itu, menceraikan istri tersebut, atau menjual kuda atau mobil itu.
Ini bukan termasuk tathayyur yang dilarang, melainkan upaya menolak sesuatu yang Allah jadikan pembawa sial.
Jika ada yang bertanya: 'Apa bedanya dengan tathayyur?'
Jawabannya: Tathayyur adalah menganggap sial sesuatu sebelum dampaknya terjadi, sedangkan ini adalah kenyataan yang sudah dirasakan.
Misalnya, seseorang tinggal di rumah lalu terus mendapat bahaya, menikahi wanita lalu terus menderita, atau memiliki kuda lalu selalu celaka. Ini adalah fakta nyata. Maka jika ia meninggalkannya, tidaklah mengapa."
Sumber:
📼 Syarh Riyadhus Shalihin, jilid 6, halaman 17-18.

🎙️ Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani Rahimahullah (wafat 1420 H)

"Hadits ini diriwayatkan dengan dua lafaz, salah satunya: 'Kesialan (asy-syuum).' Ada juga lafaz dengan makna serupa: 'Sesungguhnya kesialan.' Namun lafaz yang benar adalah: 'Seandainya ada kesialan pada sesuatu, niscaya pada tiga hal ini.' Inilah riwayat yang harus dipegang karena riwayat lain lemah dan bertentangan dengan nash-nash jelas yang menyatakan: 'Tidak ada kesialan dalam Islam, tidak ada tathayyur dalam Islam.'
Rasulullah ﷺ melarang tathayyur, bagaimana mungkin beliau menetapkannya pada rumah, wanita, dan kuda? Riwayat lain itu syadz (menyimpang), sedangkan riwayat shahih yang terjaga adalah: 'Seandainya ada kesialan pada sesuatu, niscaya pada wanita, rumah, dan kuda.'
Makna hadis dengan lafaz shahih ini adalah menolak keyakinan kesialan yang dipegang orang Jahiliyah."

📼 Silsilah al-Huda wa an-Nur, kaset no. 668.

🎙️ Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullahu  (wafat 1420 H)

"Hadits ini shahih. Nabi ﷺ bersabda: 'Kesialan ada pada tiga hal: wanita, rumah, dan hewan tunggangan.'
Dalam riwayat lain: 'Jika ada kesialan pada sesuatu, maka pada tiga hal...'
Ini dipahami secara zhahir oleh mayoritas ulama.
Bukan tathayyur, tetapi jika seseorang melihat pada tiga hal (atau salah satunya) sesuatu yang tidak disukai, disyariatkan baginya untuk meninggalkannya. Jika istri tidak cocok, sering berbuat jahat, atau lisannya kasar hingga menyakiti suami, disunahkan menceraikannya. Demikian pula rumah jika tidak nyaman, merasa gelisah, atau ada hal-hal yang mengganggu, disunahkan menjual atau menyewa rumah lain.
Begitu pula hewan tunggangan seperti kuda, unta, atau mobil jika sering celaka atau rusak, disunahkan menjualnya.
Inilah makna hadis menurut mayoritas ulama.
Ini bukan tathayyur, karena tathayyur adalah prasangka buruk dalam hati, sedangkan ini kenyataan yang nyata. Meninggalkan sesuatu yang mendatangkan bahaya atau gangguan bukan tathayyur, melainkan sebab syar'i dan alami untuk mencari keselamatan dan ketenangan."

📼 FataAwa Nur 'alad d-Darb, jilid 1, halaman 323.
(Juga tersedia di situs resmi beliau dalam fatwa berjudul: "الجمع بين النهي عن التشاؤم و «الشؤم في ثلاث»).

🎙️ Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'iy Rahimahullahu (wafat 1422 H)

"Adapun hadits 'Kesialan ada pada tiga hal: rumah, wanita, dan kuda,'
ini hadits sahih.
Yang dimaksud kesialan bukan tathayyur seperti keyakinan Jahiliyah, melainkan jika engkau menikahi wanita yang tidak cocok, atau rumah yang tidak nyaman, atau kuda yang tidak sesuai, engkau boleh menjual atau menggantinya. Hadits lain menafsirkannya: 'Seandainya ada kesialan pada sesuatu, niscaya pada rumah, wanita, dan kuda.'
Ini bukan penetapan pasti bahwa kesialan pasti ada pada tiga hal ini, tetapi hadits ini memberi keringanan jika engkau mendapat ujian berupa wanita yang kasar dan mengganggu tetangga, engkau boleh menceraikannya. Demikian pula rumah yang mendatangkan gangguan, engkau boleh menjual dan pindah. Inilah makna hadis."

📼 Gharatul Asyrithah 'ala Ahlil Jahli was Safsathah, jilid 2, halaman 488.
Ustadz ibnu zulkifli

Mempelajari akidah yang benar akan menguatkan iman dan menghubungkan dirimu dengan Allah. Jika engkau tidak punya perhatian belajar akidah maka itu akan menjadi sebab lemahnya iman,

Syaikh Al-'Allamah Muhammad Aman Al-Jami rahimahullah berkata, 

"Mempelajari akidah yang benar akan menguatkan iman dan menghubungkan dirimu dengan Allah. 

Jika engkau tidak punya perhatian belajar akidah maka itu akan menjadi sebab lemahnya iman,

Bahkan boleh jadi imanmu hilang sedang engkau tidak menyadarinya."

📚 Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyyah (hlm. 293) #manhajulhaq
Ustadz fikri abul hasan 

"Di tengah manusia, jadilah engkau orang yg tuli yg mendengar, yg buta yg melihat, yg diam yg berbicara"-Mudārōtun Nās 1/24~

Ustadz agus suranto

𝗦𝗶 𝗛𝗮𝗳𝗶𝗱𝘇𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗝𝗼𝗺𝗹𝗼𝘄𝗮𝘁𝗶

𝗦𝗶 𝗛𝗮𝗳𝗶𝗱𝘇𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗝𝗼𝗺𝗹𝗼𝘄𝗮𝘁𝗶

Tadi pagi, kami melanjutkan kajian online yang diadakan ibu-ibu Indonesia/asal Indonesia yang tinggal di Australia. Di sesi tanya jawab, seorang ibu bertanya bhw beliau memiliki rekan muslimah penghafal Al-qur'an sekaligus pengajar bahasa Arab di sebuah sekolah islami. Ternyata dari kecil kakak ini, rekan penanya, mengalami gangguan jin nasab. Demikian ungkap penanya.

Sudah banyak ikhtiar yang dilakukan berupa ruqyah, menghadiri majelis ilmu, pelaksanaan sunnah harian, tilawah, dan lain-lain. Mendengar sudah banyak yang dilakukan, tapi masih mengalami gangguan bahkan ketika tengah hadir di majelis ilmu gangguan itu pun ada, saya mulai menangkap bahwa pertanyaan akan mengarah pada solusinya. Dan benar saja, pertanyaannya memang demikian.

Saya sedikit bertanya dalam hati, kira-kira apa yang masih tersisa sehingga gangguan masih ada.

Hingga datanglah tambahan keterangan dari penanya yang saya pandang sebagai salah satu solusi tepat.

"𝗝𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗰𝗮𝗺, 𝗮𝗸𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝘁𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘂𝗸𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗮. 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗸𝗲𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮." Kata penanya menceritakan ancaman si jin yang dengan itu membuat si hafizah memilih tidak mau menikah karena khawatir akan memudharatkan dia dan anak-anak serta suami jika berkeluarga.

Saya serasa mendapatkan jawaban dan solusi.

Saya mengungkapkan kepada penanya bahwa banyak kasus gangguan jin pada muslimah lajang tuntas atau memberikan pengaruh positif setelah menikah. Okelah dengan semua usaha yang telah dilakukan si hafizah guna menyelesaikan kasus gangguan jin yang ia alami, namun ia harus ingat bahwa belum menikah artinya masih ada ruang kosong dan hampa di sudut hatinya yang menjadi tempat bersemayam jin pengganggu. Dengan menikah yang disertai niat baik guna mengikuti perintah Allah menggenapkan separuh agama yang kurang, mereka yang mengalami gangguan jin akan merasakan kebahagiaan yang itulah penawar yang belum ia raih.

Saya pernah membaca sebuah kitab bagus tentang gangguan syaitan pada anak adam setebal 900-an halaman berbahasa Arab yang merupakan disertasi penulisnya. Di situ disingkap semua gangguan jin pada anak Adam dalam berbagai lini kehidupan. Uniknya, salah satu solusi yang penulisnya sampaikan adalah menikah. Ketika membaca bagian ini, lebih unik lagi, penulisnya tidak mengungkapkan hubungan pernikahan dengan gangguan jin dan hanya mencantumkan dalil keutaman menikah serta keterangan ulama terkait itu.

Sebenarnya keterkaitannya sederhana. Yaitu semua perintah Allah untuk anak Adam adalah maslahat. Maslahat inilah menjadi solusi untuk gangguan jin, termasuk menikah bagi yang belum menikah.

Kembali ke tentang si hafizah. Wanita yang belum menikah dan terkena gangguan jin akan mengalami level was-was yang luar biasa terkait tentang dirinya. Jiwanya sedang digoreng oleh jin. Ibarat bola takraw, hatinya sedang ditendang-tendang ke atas dan ke arah lawan main. Mereka tidak mudah mencapai kestabilan hati. Mereka ditikam oleh was-was.

Saya bilang ke penanya, memang terlihat wajar dan logis jika ia si hafizah memilih tidak menikah karena khawatir akan keluarga kecilnya nanti jika menikah, namun sebenarnya itu adalah kekalahan si hafizah di hadapan ancaman dan gertakan jin pengganggu. Jin itu hanya bisa menggertak dan mengancam, tapi harus diingat jin itu tak punya kuasa atas apa yang ia ungkapkan. Betapa banyak gertakan jin yang hanya gertakan dan ancaman. 

"𝗗𝗶𝗮 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗸𝗮𝗵." Ungkap saya ke penanya. 

Ingat bahwa dalam setiap perintah Allah ada maslahat. Akan banyak mudharat jika si hafizah tidak menikah. 

Semoga ada ikhwan yang berkenan menikahinya dengan kondisi demikian. Dan saya yakin, gangguan tsb akan mengalami banyak perubahan positif setelah menikah.
____
Btw, kalau menganalisis bahasa yang diungkap jinnya, sepertinya itu bukan jin nasab. Jin nasab tidak menyerang dengan bahasa demikian. Lebih ke bahasa menjaga keturunan. Jika ada bahasa ingin menyerang, ingin membuat mati si korban gangguan, itu lebih ke sihir. Catatan ini tidak bermakna bhw yang sudah menikah tidak akan diganggu oleh jin.

Wallahu a'lam.

Senin, 28 Juli 2025

Tabdii' MLM

✒️Tabdii' MLM

Tabdii' MLM itu bukanlah warisan para Ulama Salaf, jikalau kamu tidak mentabdii' maka kamu ahli bid'ah seperti dia yang telah divonis oleh SAYA atau GURU SAYA.

Imam Al-Bukhariy dalam 'Khalq Af'alil-'Ibad' tidak terhitung menukil kalam para Ulama Salaf yang mengkafirkan Jahm bin Shafwan berikut Jahmiyyah secara umum namun bagaimana perkataan beliau terhadap ulama kalau ada yang tidak mentakfir Jahmiyyah, beliau berkata :

"Aku melihat kalam orang Yahudi, orang Nasrani, orang Majusi, maka aku tidak melihat ada yang lebih sesat dari kekufuran mereka (orang-orang kafir tsb) dibandingkan mereka (Jahmiyyah) dan sungguh aku 'menganggap bodoh' orang-orang yang tidak mengkafirkan mereka kecuali barangsiapa yang tidak mengetahui kekufuran mereka (Jahmiyyah)"

(Khalq Af'alil Ibad : hal. 32 cet Dar-Ibnul-Qayyim)

Imam Al-Bukhariy hanya sampai istijhal=menganggap bodoh saja jikalau ada yang tidak mentakfir Jahmiyyah tidak sampai tabdii' MLM atau takfir MLM. Sangat jauh para Ulama Salaf dari ghulat tabdii' yang main tabdii' MLM.
Ustadz varian ghani 

Ghulat tabdii' dan tajriih

✒️Ghulat tabdii' dan tajriih

Di antara sebab 'tersesat' nya ghulat tabdii' dan tajriih adalah menyamakan kadar masâil ilmiah. Masalah khilafiyyah ijtihadiyyah dianggap bak masalah Ushul Aqidah Ahlussunnah, lantas mengangkat wala dan bara' di atas masail tsb.

Ditambah lagi mereka punya kaidah tabdii' MLM : Barangsiapa yg tidak mentabdii' orang yang telah SAYA tabdii' maka ia jg mubtadi' semisal. Padahal dia mentabdi' bukan dengan sebab tabdi' mu'tabar dalam hukum syar'iy, Wallahul-musta'an.

DUA PERKARA YANG MERUSAK PEMUDA DI ZAMAN INI

DUA PERKARA YANG MERUSAK PEMUDA DI ZAMAN INI

✍️ Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah mengatakan :

آفـة الشبـاب المسلـم فـي العصـر الحاضـر هـو أنهـم لمجـرد أن يشعـروا بأنهـم عرفـوا شيـئا مـن العلـم لـم يكونـوا مـن قبـل علـى علـم بـه رفعـوا بـه رؤوسهـم وظنـوا أنهـم قـد أحاطـوا بكـل شـئ علمـا فتسلـط عليهـم الغـرور والعجـب
ونخشـى أن يشملهـم قـول الرسـول صلـى اللـه عليـه وسلـم: ثـلاث مهلكـات: شـح مطـاع وهـوى متبـع واعجـاب كـل ذي رأي برأيه

``PENYEBAB rusaknya para pemuda muslim di zaman ini, karena sekadar merasa telah mengetahui sesuatu dari ilmu yang sebelumnya tidak diketahuinya,

Mereka pun mengangkat kepalanya [ sombong ], dan mengira ilmunya telah meliputi segala sesuatu,

Akhirnya mereka terjerumus ke dalam ghurur¹ dan 'ujub²,

Saya khawatir mereka termasuk dalam sabda Nabi Sallalahu alaihi wassalam, 3 perkara yang membinasakan :

Kikir \ pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, takjubnya seseorang dengan pemikirannya.``

📚 Silsilatul Huda wan Nur 861

Note :

[¹] Keadaan seseorang yang tertipu, sehingga memandang yang buruk adalah baik, dan yang baik adalah buruk,

[²] Kagum, bangga, takjub dengan kemampuan dan kelebihannya.
Ustadz miftah indy nugroho

Paket hemat komplit dauroh manhaj

Paket hemat komplit dauroh manhaj

Di sela2 kunjungan ana ke ma'had jamilurrohman jogja kemarin, ana diminta utk mengisi kajian dan dauroh utk santri2 disana, sebuah kehormatan besar yg ana sendiri merasa sangat tdk layak krn disana ada ustadz2 senior yg harusnya ana istifadah dr mereka, terlebih bbrp asatidzah dsna adalah alumni alFurqon Gresik alumni2 thn 95 an, yg ana sendiri saat itu msh TK mngkin ketika mrk menuntut ilmu di alFurqon 

Salah satu civitas ma'had meminta agar tema kajian dan dauroh nya : penguatan terkait prinsip2 manhaj salafi 

Mengingat mahad jamilurrohman jogja adalah salah satu mahad salafi yg fokus dan konsisten dlm mengajarkan prinsip2 manhaj salafi

Maka ana pilih utk membahas 2 kitab berikut sbg ta'shil dan tasqif terkait prinsip2 salafi 

1. Ringkasan ushul dakwah salafiyah syaikh abdus salam barjas: sebagai pedoman dasar dlm bermanhaj, krn kajian dr maghrib sampai malam utk umum (santri dan non santri) shg ta'shil nya cocok pakai ini, dan bila antm2 ingin jadikan kajian rutin maka ana sarankan pakai kitab aslinya (yg bkn ringkasan)

2. Manahij wa ushul ahlil bida' : sebuah pembahasan manhaj tingkat lanjut, krn ini membedah prinsip2 nya ahlu bidah dalam beragama, dan materi ini krn cukup berat (judul materi ini adalah matkul yg ana pelajari di s3 sekarang) shg dauroh khusus santri2 senior, alhamdulillah kita adakan majlis khotam wat ta'liq (membaca dan mengkhatamkan sampai tuntas) dari subuh sampe jm 10 pagi

Sehingga ibarat paket lengkap: setelah ta'shil dlm pembekalan dlm bermanhaj, maka langsung praktik mengkritisi manhaj2 menyimpang dr ahlu sunnah wal jamaah 

--------------

Kedua kitab ini bsa dijadikan muqorror manhaj di pesantren, tp ana sarankan utk santri2 yg sdh senior (kelas 3 atau mahad ali) dan sudah atau sedang mempelajari kitab aqidah tohawiyah, sehingga bisa nyambung 

Semoga bermanfaat
ustadz lutfi setiawan 

Quote Emas bagi pengelola lembaga atau manajemen lembaga yang disampaikan beliau ustads Wahab Rajasam Hafidzahullah.

Quote Emas bagi pengelola lembaga atau manajemen lembaga yang disampaikan beliau ustads Wahab Rajasam Hafidzahullah.
di acara kemarin 6 Bekal bagi pendidik dan Pengasuh.

Dalam proses tersampaikannya pendidikan ke santri atau siswa :

“Ilmu itu penting..
Tapi metode dalam menyampaikan jauh lebih penting…
Dan Guru (sdm lembaga ) itu jauh lebih penting dari metode pengajaran..
Dan Ruh Guru ( dalam mendidik) jauh lebih penting dari guru itu sendiri”

Ungkapan yang langsung saya ingat ingat dan mencoba melihat rekaman ingatan perjalanan selama mendidik. Bagaimana sering terjadi guru guru yang kehilangan semagat, datang dan pulang bagai robot. Bahkan hanya berkerja jika ada perintah saja,dll.

Semua terjadi ketika ruh mendidik itu hilang.

Betapa pentingnya seorang guru memilki 
“ RUH “  dalam pendidikan muridnya. 

Ruh Bagai bahan bakar yang menjadikan dia semangat,berjuang,menahan letih, bersabar akan pahitnya dunia pendidikan. Menahan egonya untuk maslahat yang lebih besar.
Bahkan tak sedikit kita dapati mereka berkorban tanpa diketahui orang lain.

Oleh karenanya, pada para pengelola lembaga berikan perhatian pada guru guru atau asatids yang berjuang. 

Perhatian tidak melulu dengan naiknya gaji.
Bahkan Gaji adalah nomor sekian dari penyebab seorang guru keluar.

Ciptakan hubungan kekeluargaan dalam lembaga. Selesaikan masalah dengan komunikasi yang baik. Jadilah leader yang memberikan teladan bukan bossy (tukang perintah saja )

Dan itulah yang selama ini coba kami terapkan pada team kami. Membangun hubungan harmoni antar guru santri dan wali santri.

Mengkomunikasikan masalah dengan baik menjadi kunci mendapatkan solusi.

Tentunya tidak lupa memohon pertolongan ilahi, menjadi kunci utama penyelesaian masalah.

Catatan si fakiir
Berikut cuplikan rekaman tentang guru yang memiliki ruh dan cinta pada pendidikannya

Jazakallah khoir ustads atas ilmu dan nasehatnya Wahab Rajasam. Semoga menjadi keberkahan untuk banyak lembaga
Ustadz ali muyassar rosyid 

Sabtu, 26 Juli 2025

SENANTIASA BERSIKAP SAKINAH, HILM, DAN TAWADHU..

Bismillah..

SENANTIASA BERSIKAP SAKINAH, HILM, DAN TAWADHU..

Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu 'anhu berkata,

تعلموا العلم وتعلموا للعلم السكينة والحلم وتواضعوا لمن تعلموا تواضعوا لمن تعلموا منه ولا تكونوا جبارة العلماء ولا يقوم علمكم بجهلكم

"Pelajarilah ilmu dan pelajarilah bersama ilmu itu sakinah (sikap tenang) dan hilm (menahan amarah), dan berlakulah tawadhu (rendah hati) dengan orang yang belajar kepadamu dan tawadhulah kepada orang yang engkau belajar darinya, dan janganlah menjadi orang berilmu yang sombong sehingga ilmumu tidak bisa tegak disebabkan kebodohan."

(Al-Jami' li Akhlaqir Rawi 1/45, karya Al-Imam Al-Khathib Al-Baghdadi)

Wallaahu ta’ala a’lam.

SYARIAT_dan_KHILAFAH

#SYARIAT_dan_KHILAFAH

"Islam adalah solusi dan jalan keluar", "Tegakkan syariat", "Kembalikan Khilafah"

Begitulah dalam teriakan dan yel-yel indah kaum harokiyyun Ikhwanul Muslimun dan yang satu barisan manhajnya dengan mereka.

Tapi ketika sudah sampai puncak kekuasaan dan berhasil dalam pesta demokrasi mereka lalai semuanya.. berubah dengan lantang teriakannya "Syariat Islam nanti dulu", "Hukum Islam tidak relevan zaman ini", "Demokrasi harus dijunjung tinggi"..dll

Buktinya?? Lihat bagaimana ketika IM berkuasa di Tunis dengan Pemimpin Rasyid Gannusyi dari Ikhwanul Muslimin, lihat di Mesir ketika Mohammed Mursi memegang tampuk kekuasaan, dan sebelumnya di Sudan ketika IM berkuasa... dan sekarang di Turki mereka berkuasa.. mana Khilafah dan Syariat Islam yang selalu mereka teriak-teriakkan??! 

Bagaimana mereka mau menegakkan syariat Islam di Suatu Negeri sedangkan syariat Islam saja mereka tidak diterapkan dalam jamaah mereka, bahkan syariat Islam yang paling utama adalah menjaga Aqidah dan Tauhid yang shahih. ternyata ini tidak menjadi perhatian utama mereka,. sehingga tidak heran jika dalam jamaah Ikhwanul Muslimin berbagai macam aqidah : IM beraqidah Asyairah, IM beraqidah Mu'tazilah, IM beraqidah Mufawwidhah, IM beraqidah Khawarij, IM beraqidah Murjiah, IM beraqidah Syiah Rafidhah dll,. 

As Syaikh Al Muhaddits Nashiruddin Al Albani rahimahullah pernah mengatakan :

يُرِيدُ المُسْلمُونَ إِقَامَةَ الدَّولَةِ المُسْلِمَة وَلَا يسْتَطيْعُونَ إِقَامةَ مَسْجدٍ عَلَى السُّنّةِ

"Kaum Muslimin ingin menegakkan Daulah Muslimah tetapi mereka tidak mampu menegakkan masjid sesuai sunnah".

💻Silsilah Al Huda wa An Nur no. 1068,.

#JAGA_MASJID
#HANYA_UNTUK_BERIBADAH
#KEPADA_ALLAH
#BERSIHKAN_DARI_KESYIRIKAN_BID'AH

وفق الله ولاة أمور المسلمين لتحكيم الشريعة ونشر التوحيد والسنة وحفظ الله سائر بلاد المسلمين،.

Semoga Allah memberi Taufiq dan memperbaiki para pemimpin kaum muslimin dan menjadikan mereka pembela agama Allah,.
Ustadz alif el qibty

Jumat, 25 Juli 2025

Beberapa Fawaid Dari Kajian Syaikh Dr. Ibrahim bin Ibrahim At-Turkiy di Masjid Nabawi

*Beberapa Fawaid Dari Kajian Syaikh Dr. Ibrahim bin Ibrahim At-Turkiy di Masjid Nabawi*

* Abud Darda’ radhiallahu’anhu mengatakan:

الذين لا تزال ألسنتهم رطبة من ذكر الله عز وجل يدخل أحدهم الجنة وهو يضحك

“Orang yang senantiasa lisannya basah dengan dzikir akan masuk surga dalam keadaan tertawa bahagia”. (Mushonnaf Ibnu Abu Syaibah no.12).

* Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma:

أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ نَهى عن بيعِ الثِّمارِ حتَّى يبدوَ صلاحُها، نَهى البائعَ والمشتري

Sesungguhnya Rasulullah ﷺ melarang jual beli buah-buahan sebelum tampak baiknya (siap dipanen). Beliau melarang penjual dan pembeli (dari transaksi tersebut).
(HR. Al Bukhari no. 2194, Muslim no.1534).

Tanda صلاحها adalah:

اللون والطعام

“Dilihat dari warna dan rasanya”

* Beliau mengatakan:

السواك له أكثر من ثلاثين فائدة

“Siwak memiliki lebih dari 30 manfaat”

* Orang yang datang shalat Jum’at paling awal ia mendapatkan pahala seperti menyembelih al-badanah.

Al-badanah (البدنة) artinya unta yang besar.

* Para ulama berbeda pendapat tentang kapan waktu mustajab di hari Jum’at dalam 44 pendapat 

* Beliau mengatakan:

تكرار العمرة ليس بمحمود

“mengulang umroh dalam sekali safar itu kurang terpuji”

Namun demikian andaikan dilakukan tetap sah. Tapi memperbanyak ibadah di Masjidil Haram itu lebih utama.

* Beliau mengatakan:

النظر إلى الكعبة أو إلى مكان السجود لا بأس به

“Melihat ke Ka’bah atau ke tempat sujud ketika shalat di depan Ka’bah, dua-duanya tidak mengapa”

Namun carilah yang paling membuat hati khyusuk.

* Beliau juga ditanya, “Apakah mandi Jumat harus setelah fajar?”. Beliau menjawab tidak harus, sebagian tabiin mengatakan batasannya adalah pertengahan malam. Namun intinya adalah mengusahakan kebersihan dan keindahan untuk shalat Jumat.

* Beliau juga ditanya, “Jika shalat di hotel-hotel di Madinah apakah dapat pahala 1000x ?”. Beliau jawab, “Kalau hotelnya jauh maka tidak dapat pahala 1000x. Tapi kalau hotelnya dekat dan Masjid Nabawi penuh atau ditutup maka dapat pahala 1000x jika shalat di hotel sekitar Masjid Nabawi”.

Madinah an-Nabawiyah
Jum’at 30 Muharram 1447
Ustadz yulian purnama

Kamis, 24 Juli 2025

Semakin kuat iman seseorang akan semakin kokoh pula kesabaran nya

Semakin kuat iman seseorang akan semakin kokoh pula kesabaran nya

Baik dalam menghadapi ujian, cobaan, musibah, bahkan bersabar dalam menghidari kemaksiatan 

Imam ibnul Qayyim berkata: 
ﻓﺼﺒﺮ اﻟﻌﺒﺪ ﻋﻦ اﻟﻤﻌﺎصي ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺑﺤﺴﺐ ﻗﻮﺓ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ، ﻓﻜﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ﺃﻗﻮﻯ ﻛﺎﻥ ﺻﺒﺮﻩ ﺃﺗﻢ ﻭﺇﺫا ﺿﻌﻒ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺿﻌﻒ اﻟﺼﺒﺮ .. ﻭﻣﻦ ﻇﻦ ﺃﻧﻪ ﻳﻘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺎﺕ ﻭاﻟﻤﻌﺎصي ﺑﺪﻭﻥ اﻹﻳﻤﺎﻥ اﻟﺮاﺳﺦ اﻟﺜﺎﺑﺖ ﻓﻘﺪ ﻏﻠﻂ .
طريق الهجرتين (ص٢٧٥)

" Maka kesabaran seorang hamba dalam meninggalkan maksiat itu tergantung pada kekuatan imannya. Semakin kuat imannya, maka semakin sempurna kesabarannya. Namun apabila iman itu melemah, maka kesabaran pun akan ikut melemah. Dan barang siapa yang mengira bahwa dia mampu meninggalkan berbagai pelanggaran dan maksiat tanpa iman yang kokoh dan teguh, maka sungguh dia telah keliru.

— Tharīq al-Hijratayn, hlm. 275

Maka bagi orang yang merasa memiliki kesabaran setipis tisu, perlu memperkuat imannya
Dan iman akan semakin kokoh dan kuat bila dipupuk dengan ilmu syar'i, serimg hadir di kajian, mendalami ilmu aqidah dan tauhid yang shahih

Sehingga kesabaran yg merupakan buah dari iman akan semakin kuat pula

Jangan sandarkan keburukan kepada Allah

Jangan sandarkan keburukan kepada Allah

Untuk itu tidak sepantasnya mengucapkan 
• × "Allah menciptakan keburukan"
√ Tetapi ucapkan secara umum "Allah yang menciptakan segala sesuatu" yaitu mencakup kebaikan dan keburukan

•× Bukan "Allahlah pemberi madhorot"
•√ Tetapi "Allahlah pemberi manfaat dan madhorot"

•× Bukan juga "Allah menginginkannya keburukan"
• √ Tetapi ungkapkan dengan "Fulan diinginkan keburukan" dalam bahasa arab dibuat "Al-Bina lilmaf'ul"

Ringkasan Faidah dari Syaikh Abdurrahman Al-Barrak -hafidzahullah-

Baca selengkapnya 

والشرُّ الذي في المخلوقات لا يُضافُ إلى الله مفردًا أبدًا؛ بل إمَّا يدخل في عموم المخلوقات، كقوله تعالى: قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ [النساء:78]، وكقوله: اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ [الرعد:16]، يعني: الخيرَ والشرَّ. وإمّا بصيغةِ البناءِ للمفعول، كقولِه تعالى عن الجن: وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأَرْضِ [الجن:10]. وإمَّا أن يُضافَ إلى خلقِه سبحانه، كقوله تعالى: قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ * مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ [الفلق:2]. [10]
هذه الوجوهُ التي يُعبَّرُ بها في إضافةِ الشرِّ المخلوقِ.
وعلى هذا فلا ينبغي أن تقول: اللهُ خالقُ الشرِّ، لكنْ قل: اللهُ خالقُ كلِّ شيءٍ، وهذا معنى التعبير بالعموم، وقل: فلانٌ أُريدَ به السُّوءُ، ولا تقل: أرادَ اللهُ به.
وهكذا في النفعِ والضرِّ؛ فلا تقل: اللهُ هو الضارُّ؛ بل قل: اللهُ هو النافعُ الضارُّ

https://sh-albarrak.com/scientific-researches/5117
Ustadz nurhadi nugroho