Ustadz kok begitu?
Pernah ada seorang yg menyampaikan perihal Ustadz Fulan yg sering olah raga ini itu, ada yg gemar naik gunung, ada yg suka main bola dan update nonton pertandingan sepak bola, dan seterusnya. Fenomena spt ini hendaknya disikapi dgn tidak tergesa-gesa, apalagi disertai suudzhan. Selama perbuatan tersebut masih mubah dan tidak melalaikan dr yg wajib atau tidak menjerumuskan kepada hal yg dosa, maka biarkan saja.
Sobat...
Manusia itu memiliki sisi kehidupan pribadinya sendiri meskipun ia memiliki sejumlah kesibukan yg padat, kedudukan yg mulia, maupun dikenal dlm kebaikan yg banyak. Ia tetaplah manusia biasa yg memiliki hobi, kebiasaan, kesenangan, dan caranya sendiri dlm menikmati hidup. Selama tidak berlebihan hingga melalaikan dirinya atau menjerumuskam kpd perbuatan dosa, biarkan saja. Tidak perlu disikapi dgn keras.
Bukankah itu bisa merusak muruah atau marwah? Jawabannya tergantung dr perbuatan yg dilakukan. Ada sesuatu yg manusia tdk sepakat bahwa hal tersebut dapat merusak muruah dan ada jg yg kebanyakan atau bahkan keseluruhannya menganggap berpotensi merusak muruah. Jadi tergantung, termasuk yg mana nih. Lihat saja efeknya.
Yang unik, perbuatan mubah bisa jadi merupakan hal yg bermanfaat bagi seorang ustadz di tengah kesibukannya. Anggap saja itu upaya refreshing bagi Beliau-Beliau.
Al-Mawardi -Rahimahullah- berkata: “Perlu menyemangati jiwa dengan perkara yang halal sebagai pengalihan, dan memuaskan jiwa dengan yang mubah sebagi gantinya, karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah mengharamkan sesuatu kecuali mencukupkan dengan sesuatu yang mubah dari yang sejenisnya, sebab Allah tahu apa yang dapat menghilangkan syahwat (keinginan) dan mengembalikan kepada fitrohnya agar hal tersebut menolong ketaatan kepada-Nya dan menghalangi menyelisihi-Nya”. (Adab Ad-Dunya wa Ad-Din: 510).
Bagi Ustadz, jangan berlebihan ya...
Ustadz agung budiardi