📚Ibnu Arabi dan Ibnul Faridh merupakan dua tokoh ghulat (ekstrim) shufi yang hidup pada era invasi pasukan Salib atas dunia Islam. Namun tidak ada satupun dari orang-orang seperti mereka ini yang menyerukan kepada jihad melawan orang-orang kuffar.
📝Salah satu faktor paling kuat yang mendorong sikap mereka ini tidak lain adalah aqidah hululiyah dan wihdatul wujud yang mereka yakini. Mereka berpikir bahwa Allah juga menjelma di dalam tubuh pasukan Salib. Jika kita memerangi mereka sama saja dengan kita memerangi Allah, begitu kata mereka.
✒️Salah satu bait syair terkenal Ibnu Arabi قبحه الله ini:
وما الكلب والخنزير إلا إلهنا ... وما الله إلا راهب في كنيسة
"Tidaklah anjing dan babi kecuali ia adalah sesembahan kami...
Dan bukanlah Allah kecuali seorang pendeta di gereja."
📖Lalu si Ibnu Arabi ini membuat-buat alasan agar bisa diterima oleh masyarakat: "Sesungguhnya jika Allah menguasakan orang zhalim atas suatu kaum, maka tidak wajib bagi mereka untuk melawannya. Karena itu merupakan hukuman Allah atas mereka."
Ia juga beralasan jihad melawan hawa nafsu lebih penting dibanding jihad menggunakan pedang, karena ini lah jihad yang hakiki, dan alasan-alasan picik lainnya.
📕Jadi tak heran jika para penjajah memanfaatkan tarekat-tarekat sufi ini untuk melemahkan kaum muslimin dari dalam. Sehingga mereka malas berjihad dan lebih memilih menyerahkan diri kepada musuh. Atau lebih parahnya lagi mereka menjadi pion untuk memata-matai pasukan muslim lalu membeberkannya ke pihak musuh.
Ustadz muhammad taufiq