BEDA, ANTARA MENGAJAR DAN MEMILIH PENDAPAT YANG DIANGGAP ROJIH.
Dua tahun lalu, diadakan dauroh fiqih syafi'iyyah selama 4 hari.
Pemateri, SYAIKH DR. LABIB NAJIB AL YAMANI.
Kitab: AN NUBZAH FIL FIQH, karya Al Allamah Abdurrahman Al Masyhur.
Di pertemuan ke 5.
Ketika masuk ke pembahasan tayammum.
Di Mazhab Syafi'i, ada keadaan di mana sholat yang dilaksanakan dg ber tayammum harus diulangi lagi ketika nanti sdh dapat air. Walaupun sholat yg pertama itu sah hukumnya.
Salah satu keadaannya adalah yg disebut: tayammum krn tidak ada air tapi pada Al 'udzru An Nadir.
Ketika sesi tanya-jawab.
Seseorang bertanya tentang perihal ini.
Merasa agak janggal kenapa sholat yg sudah ditunaikan sesuai perintah, sudah sah, kok masih diulang lagi. Harusnya tidak perlu diulang.
Syaikh menjawab.
Bahwa hal itulah yg mu'tamad di Mazhab Syafi'i.
Akan tetapi, di sana ada beberapa ulama Mazhab Syafi'i yg berpendapat di luar mu'tamad Mazhab, mereka mengatakan sholat yg sdh sah tersebut tidak perlu diulang lagi. Karena, unt menyuruh ngulang, perlu ada dalil. Tapi, tdk ada dalil yang memerintahkan unt mengulangi sholat yg sdh sah ditunaikan tsd.
Syaikh melanjutkan "Wa ana ma'aka fi hadza" (Dan saya sependapat dg anda (penanya)dalam kasus ini)", sambil beliau tersenyum, dan disambut ucapan "masyaAllah" Oleh penanya.
MasyaAllah.
Bukan sikap Syaikh Labib yang ana herankan.
Krn, sikap seperti itu pernah ana jumpai pada diri seorang Syaikh di Universitas Islam Madinah.
Ketika beliau mengajar, beliau fokuskan agar para Thullab paham maksud ucapan ulama dalam kitab. Ketika beliau ditanya yang rojih menurut beliau, beliau jawab, "kalau yang menurut saya, tanyakan di luar kelas"
Tapi, yang ana herankan sikap para mahasiswa STDIIS yg hadir dauroh tsb.
Mereka tdk ada yg mencela Syaikh.
Tidak ada yg mengatakan:
"ngajarin kita mu'tamad Mazhab tapi dia sendiri merojihkan yg lain, dan ketika ngajar gak menyebutkan yg dirojihkan"
Tidak juga ada yg mencela,
"siapa anda, kok berani merojihkan yg berbeda dg para Raksasa Syafi'iyyah".
Tidak ada yg menghina,
"Kok berani bilang pendapat mu'tamad tdk berlandaskan dalil"
Dan tidak ada juga yg ghuluw,
"Oh, beliau kan Doktor semazhab dg kita, boleh merojihkan, kalau Doktor-doktor lain belum pantas"
Atau ucapan lain senada yg dilontarkan netizen kepada pihak yg memilih pendapat yg dianggap rojih tapi keluar dari Mazhab mu'tamad.
Anda mau punya sikap seperti itu.
Silahkan daftar di:
https://pmb.stdiis.ac.id