Ketika Syaikh Abdullah, ayah dari Yang Mulia Mufti Syaikh Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh rahimahullah wafat, beliau masih kecil sehingga tidak begitu mengingat kehidupannya bersama sang ayah. Seolah-olah itu seperti mimpi karena usianya yang masih sangat muda.
Ibunya, wanita shalihah yang bertakwa, Sarah binti Ibrahim Al-Juhaimi rahimahallah, merawatnya dengan penuh perhatian. Awalnya, Syaikh Abdul Aziz hanya bisa melihat dengan mata kanannya dengan penglihatan yang sangat lemah. Ibunya selalu mengawasinya dan menemaninya, membawanya ke masjid setiap hari, terutama untuk shalat Subuh, lalu menunggu hingga shalat selesai dan mengantarnya pulang ke rumah.
Ketika Syaikh menjalani operasi pada mata yang masih bisa melihatnya pada tahun 1381 H (1961 M), ibunya rahimahallah mendampinginya di rumah sakit. Saat itu, Syaikh berada di kamar bersama lima pasien lain. Ibunya merasa malu karena banyaknya orang yang datang mengunjungi, sehingga ia terpaksa berada di luar kamar dan tidur di lorong rumah sakit. Hingga akhirnya Syaikh dipindahkan ke kamar pribadi, barulah ibunya bisa tidur bersamanya di kamar tersebut. Ketika operasi itu tidak berhasil, ibunya sangat bersedih dan berkata kepada dokter yang berkunjung, seorang dokter dari Swiss, bahwa jika memungkinkan, ia rela matanya diambil untuk ditransplantasikan kepada anaknya.
Mantan Mufti Agung Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata kepadanya, “Wahai saudariku, ini adalah takdir dan ketentuan Allah. Terimalah ketentuan Allah, kita semua sama.” Ibunya menjawab, “Wahai Syaikh Muhammad, jika saya tahu mata saya bisa diambil, saya akan memerintahkan agar diambil untuknya.”
Ibunya rahimahallah selalu mendampingi Syaikh Abdul Aziz setiap tahun saat menunaikan ibadah haji, dan jumlah haji yang ia lakukan bersamanya mencapai 40 kali. Ia wafat pada tahun 1436 H (2015 M) dalam usia sekitar seratus tahun. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
عندما توفِّي الشيخُ عبد الله والدُ سماحة المفتي الشيخ عبد العزيز آل الشيخ رحمه الله ، كان صغيرًا فلا يتذكّر حياتَه معه، فكأنّها كالحلم لصِغَر سِنّه، فاعتنت به والدتُه المرأةُ الصالحة التقيّة سارة بنت إبراهيم الجهيمي رحمها الله أشدّ الاعتناء، حيث كان أوّل أمِره يرى بعينه اليُمنى رؤية ضعيفة جدًّا، فكانت ترقُبُه وترافقه، وتذهب به للمسجد كلّ يوم، وبخاصّة صلاة الفجر، وتنتظر حتى تنقضي الصلاة ثم تعود به إلى البيت ..
لمّا أجرى الشيخ عمليةً في عَينه التي يُبصِر بها عام 1381هـ 1961م كانت رحمها الله تُرافِقُه في المستشفى، وكان الشيخُ في غرفةٍ مشتركة مع خمسة مرضى، وكانت تخجل مِن كثرة مَن يدخل عليه، مما يضطرها أنْ تبقى خارج الغرفة، وتنام في المَمَرّ، حتى نُقِل إلى غرفةٍ مستقلّة فصارت تنام معه في الغرفة .. وعندما لمْ تنجح العملية حزنت حزنًا شديدًا وقالت للطبيب الزائر وكان سويسريًّا: إنْ كان يستطيع أنْ يأخذ إحدى عَينيْها ويزرعها له ...
قال لها سماحة المفتي الأسبق الشيخ محمد بن إبراهيم رحمه الله: يا أختي! هذا أمرٌ قضاه الله وقَدّرَه، وارضي عن الله، نحن كلُّنا أكِفّاء .. فقالت: يا شيخ محمد! لو أعلم أنّ عيني تُؤخَذ لأمرتُ بأَخْذِها له ..
كانت رحمها الله ملازمةً للشيخ عبد العزيز في الحجّ كل سنة، وكان عددُ حَجّاتها معه 40 حجّة ..
توفيت عام 1436هـ 2015م عن عُمرٍ ناهزَ المئة، رحمها الله رحمة واسعة..
📝 Alih bahasa: Hamka Ridwan Jr.
📌 Sumber: https://www.facebook.com/share/p/16vuimLzuo/
