Senin, 22 September 2025

Qodariyah Majusi Ummat

Qodariyah Majusi Ummat

وَقَوْلُهُ: (وَالِاعْتِرَافُ بِتَوْحِيدِ اللَّهِ وَرُبُوبِيَّتِهِ) أَيْ لَا يَتِمُّ التَّوْحِيدُ وَالِاعْتِرَافُ بِالرُّبُوبِيَّةِ إِلَّا بِالْإِيمَانِ بِصِفَاتِهِ تَعَالَى، فَإِنَّ مَنْ زَعَمَ خَالِقًا غَيْرَ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ، فَكَيْفَ بِمَنْ يَزْعُمُ أَنَّ كُلَّ أَحَدٍ يَخْلُقُ فِعْلَهُ؟ ! وَلِهَذَا كَانَتِ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، وَأَحَادِيثُهُمْ فِي السُّنَنِ

Dan perkataannya: (Dan pengakuan akan keesaan Allah dan ke-Tuhan-an-Nya -rububiyah) artinya, keesaan dan pengakuan akan ke-Tuhan-an-Nya tidak akan sempurna kecuali dengan iman kepada sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi, Siapa yang mengklaim ada pencipta selain Allah, maka dia telah menyekutukan-Nya. Maka bagaimana dengan orang yang mengklaim bahwa setiap orang menciptakan perbuatannya sendiri? ! Oleh karena itu, Qodariyah adalah majusi dari umat ini, dan hadits-hadits mengenai mereka terdapat dalam kitab-kitab Sunnan.

(Syarah Aqidah Thohawiyah, Ibnu Abi Izz, Juz II/16, Muasasah Risalah, 1442H/2021M)

لَكِنَّ كُلَّ أَحَادِيثِ الْقَدَرِيَّةِ الْمَرْفُوعَةِ ضَعِيفَةٌ. وَإِنَّمَا يَصِحُّ الْمَوْقُوفُ مِنْهَا: فَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: الْقَدَرُ نِظَامُ التَّوْحِيدِ، فَمَنْ وَحَّدَ اللَّهَ وَكَذَّبَ بِالْقَدَرِ نَقَضَ تَكْذِيبُهُ تَوْحِيدَهُ. وَهَذَا لِأَنَّ الْإِيمَانَ بِالْقَدَرِ يَتَضَمَّنُ الْإِيمَانَ بِعِلْمِ اللَّهِ الْقَدِيمِ وَمَا أَظْهَرَ مِنْ عِلْمِهِ بِخِطَابِهِ وَكِتَابِهِ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ. وَقَدْ ضَلَّ فِي هَذَا الْمَوْضِعِ خَلَائِقُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَالصَّابِئِينَ وَالْفَلَاسِفَةِ وَغَيْرِهِمْ، مِمَّنْ يُنْكِرُ عِلْمَهُ بِالْجُزْئِيَّاتِ أَوْ بِغَيْرِ ذَلِكَ، فَإِنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ مِمَّا يَدْخُلُ فِي التَّكْذِيبِ بِالْقَدَرِ.

Namun, semua hadis tentang takdir yang diriwayatkan 𝐥𝐞𝐦𝐚𝐡. Sedangkan yang sah hanyalah yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, semoga Allah meridhai keduanya, yang berkata: Takdir adalah bagian dari (sistem) tauhid, maka siapa yang menyembah Allah dan mengingkari takdir, maka mengingkarinya berarti mengingkari tauhidnya. Hal ini karena iman kepada takdir mencakup iman kepada ilmu Allah yang qodim dan apa yang ditunjukkan dari ilmu-Nya dalam firman-Nya dan kitab-Nya tentang takdir makhluk-makhluk-Nya. Dan dalam hal ini, banyak makhluk dari kalangan musyrik, sabi'in, filsuf, dan lainnya yang sesat, yang menyangkal ilmu-Nya tentang hal-hal kecil atau lainnya, karena semua itu termasuk dalam kategori mengingkari takdir.

(Syarah Aqidah Thohawiyah, Ibnu Abi Izz, Juz II/17-18, Muasasah Risalah, 1442H/2021M)
Ustadz prasetyo