(Penumpang Gelap)
Dakwah Salafiyyah saat ini Alhamdulillah berkembang pesat di penjuru negeri ini. Ini termasuk hal yg sangat patut disyukuri. Bisa kita lihat dgn maraknya kajian Islam yg diisi oleh para da'i bermanhaj salaf, ramainya masjid-masjid dgn kegiatan ibadah dan jg sosial, pondok pesantren yg mjd trend tidak lagi dipandang sebelah mata dan sebagainya. Sekali lagi, Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Namun...
Dibalik hal diatas, ada yg perlu diwaspadai, yaitu adanya penumpang gelap. Siapa mrk? Berbagai macam. Intinya mrk bukanlah org yg tulus dan murni membawa misi dakwah salafiyyah. Ada yg motifnya bisnis, market yg besar, penglaris usaha dgn embel-embel sunnah. Ada jg demi tempat ibadah, sekolah, markaz dll yg diisi oleh kalangan Ahlussunnah, setelah fasilitasnya rapi semuanya lalu mrk didepak. Krn memang tidak sedikit mrk yg sdh simpati dgn sunnah akan meningkat ghirah perjuangannya dlm mendermakan harta dan membangun fasilitas dakwah.
Ada jg penumpang gelap berupa da'i yg berjubah salafiyyah namun ilmu yg diajarkan tdk bernafaskan salafiyyah, sering menyudutkan nilai-nilai fundamental dlm aqidah dan manhaj, suka mencibir para da'inya, dan suka duduk bersama mrk yg dikenal bermasalah. Juga ada fenomena dmn ada da'i yg konon katanya salafi tetapi selalu mjd 'pembela' pihak yg dikritik oleh da'i salafi yg jelas kesalafiannya. Intinya asal kontra dgn para da'i salafi. Titik. Dan ia diam seribu bahasa atas penyimpangan aqidah meski separah apapun dan seterang-benderang apapun dr pihak yg ia 'bekingi'.
Intinya...
Berhati-hatilah dgn para penumpang gelap itu. Mrk terkadang tidak nampak bagi yg belum berpengalaman dan blm kenal betul dgn jagad dakwah salafiyyah. Perlu kiranya bagi yg masih awwam untuk bincang-bincang dgn da'i yg dikenal lurus manhajnya dan kuat aqidahnya. Krn agama ini amanah yg mesti kita jaga. Bukan untuk sekedar coba-coba, permainan dan candaan belaka. Perhatikan dr mn mengambil ilmu.
Al-Imam Muhammad bin Ahmad As-Safarini (w: 1188 H) -Rahimahullah- berkata: “Yang dimaksud dengan madzhab Salaf ialah apa yang dipegang teguh oleh Sahabat yang mulia -Ridhwanallahu ‘Alaihim-, orang yang mengikuti mereka (sahabat) dengan baik, dan yang mengikuti mereka (tabi’in) dengan baik, dan para imam agama yang telah dipersaksikan keimamannya, diketahui besar perkaranya dalam agama, dan manusia telah mendapatkan kalam mereka secara estafet, bukan yang dituduh dengan kebid’ahan atau dikenal dengan gelar yang tidak diridhai, seperti khawarij, rafidhah, qadariyyah, murji’ah, jabariyyah, jahmiyyah, mu’tazilah, karramiyyah dan yang semisal mereka”. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah 1/20).
Al-Imam As-Sam’aniy (w: 489 H) -Rahimahullah- berkata: “Diantara apa yang menunjukkan bahwa ahli hadits berada dalam kebenaran adalah jikalau engkau teliti semua kitab mereka yang telah ditulis, awal sampai akhir, yang dulu dan sekarang, meski berbeda negeri mereka, zamannya dan saling berjauhan kediaman mereka, menetapnya mereka di berbagai ujung-ujung dunia, niscaya engkau dapati mereka dalam menjelaskan aqidah layaknya satu tali yang sama...”. (Al-Hujjah Fii Bayani Al-Mahajjah oleh Al-Ashfahaniy 2/239).
Ustadz agung budiardi
Di share ulang oleh ustadz lutfi setiawan