MEREKA YANG BERUBAH HALUAN DI JALAN DAKWAH*
✒️oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu
Telah jelas sekali apa yang kita lihat di zaman ini dari krisis manhaj salafi yang menimpa para dai yang menisbatkan dirinya kepada dakwah salafiyah dan tersingkapnya kedok kebanyakan dari mereka serta terbongkarnya hakikat jati diri mereka yang diselimuti oleh asap (syubhat).
Tidak diragukan lagi, bahwa hal ini membuat jiwa gelisah dan membuat sedih orang yang ikhlas dalam dakwah ini, yang mencintai tersebarnya kebaikan dan yang membenci bergentanyangannya kebathilan. Ahlussunnah adalah orang yang mencintai sunnah dan para pengikutnya serta membela sunnah dan para pengibar benderanya. Sekuat-kuat tali keimanan adalah cinta dan benci karena Allah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ. Apa yang kita lihat sekarang dari terpengaruhnya kebanyakan para dai yang menisbatkan dirinya kepada dakwah salafiyah dengan sebagian manhaj asing, pada hakikatnya merupakan penyakit jiwa yang menyeru kepada kejelekan (membolehkan perayaan Maulid nabi, menghalalkan musik dan ulang tahun).
Jika kita perhatikan, sebab kebanyakan orang yang menisbatkan diri sebagai para pengibar dakwah ini berguguran di tengah jalan (mencla-mencle) dan tidak kembali lagi adalah rasa berat diri untuk bertaubat (kembali kepada manhaj salafi yang sejati). Aku ingin menyebutkan suatu hal yang penting sekali, yaitu tentang generasi salafi yang telah berlalu yang kebanyakan mereka telah meninggal dunia [1] . Kami melihat mereka di atas kejernihan dan kemurnian (manhaj salafi dan aqidah salafiyah) [2].
Dan sungguh telah nampak sekali barakah dakwah mereka yang tidak tersembunyi bagi siapapun juga -insya Allah-. Mereka telah berlalu dan meninggalkan dakwah ini dalam keadaan tegak dan tegar, alhamdulillah. Sehingga banyak orang-orang asing (ahlu bid’ah/haraki hizbi) yang menyelinap ke dalamnya dan berpura-pura menjadi bagian dari pengikut dakwah salafiyah. Maka muncullah istilah Quthbiyah (fans Sayyid Quthub) Salafiyah, Sururiyah (fans Muhammad bin Surur Zainal Abidin) Salafiyah, Bannaiyah (fans Hasan Al-Banna) Salafiyah [3]. Ini adalah suatu hal yang sangat aneh tapi nyata. Ketika Allah menampakkan (kejayaan) dakwah salafiyah, maka mereka pun tidak ada jalan lain, kecuali berpura-pura atau mengaku-ngaku sebagai bagian darinya [4].
Keberhasilan (menyebarnya) dakwah salafiyah di zaman ini adalah karena karunia dari Allah, kemudian karena jerih payah para ulama tersebut. Aku yakin bahwa seseorang yang tegar langkahnya dan kokoh jalannya (tidak mencla-mencle) serta kuat dakwahnya di atas dakwah yang diberkahi ini disebabkan karena keikhlasannya untuk dakwah ini. Dia tidak menyeru kepada dirinya sendiri dan dia tidak pernah berpikir sama sekali untuk meraup keuntungan (dunia) dari dakwah salafiyah. Bahkan dia yang memikul beban dakwah ini dan yang memperjuangkannya.
Akan tetapi ada orang-orang yang menjadikan dakwah ini sebagai sarana meraih keuntungan (pribadi) dan untuk mempopulerkan dirinya dengan mendompleng dakwah ini, maka Allah pun membongkar kedok mereka. Terus terang, ini yang aku bisa katakan, -subhanallah- dan ini jelas sekali. Sesungguhnya dakwah salafiyah adalah dakwah yang paling jelas dan terang benderang serta yang paling kokoh. Selain dakwah salafiyah, maka beraneka ragam metodenya meski menisbatkan kepada satu nama. Akan tetapi dalam waktu yang cepat nampak perpecahan di antara mereka dan sebagian mereka melaknat sebagian yang lain. Dakwah-dakwah yang lain terus berganti metode. Setiap hari mereka berganti aqidah dan berloyalitas serta memusuhi di atasnya.
Adapun dakwah salafiyah sejak Allah menciptakan para pengibar benderanya -alhamdulillah- tetap kokoh dan istiqamah. Tentunya disini bukan dilihat dari kebenaran dan kesalahan para individunya, akan tetapi barometernya adalah konsistennya (manhaj) dakwah dan kekokohan para pembawa benderanya (di atas manhaj salafi) serta para masyayikhnya yang mereka berjuang keras dalam mengibarkan benderanya serta memperbaharuinya.
Mereka yang berguguran dan tersingkap kedok mereka pada hakikatnya sebab utamanya adalah ketidak adanya keikhlasan mereka terhadap agama ini, dan kita telah menyaksikan kebanyakan dari mereka. Sebagian mereka mengatakan: Bagaimana orang-orang itu bertanya kepada ulama yang di luar sana, sedangkan aku adalah syaikh (atau Doktor) Dakwah Salafiyah di tengah mereka. Bagaimana dikatakan dia mukhlis, sedangkan dia mengatakan seperti ini? Yang aneh dia mengatakan ucapan yang mungkar dan dusta ini di siang bolong. Ini yang menunjukkan bahwa timbangan mereka telah terbalik.
Ini orang yang merana dan tidak selayaknya dia mengatakan seperti itu. Seandainya bukan karena mabuk kekuasaan, aku kira dia tidak akan mengatakan seperti itu. Akan tetapi -subhanallah- orang bisa mabuk kekuasaan seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al-Fawaid. Gila kekuasaan adalah musibah besar. Oleh karenanya, selayaknya seorang manusia hendaknya mengoreksi apa yang ada dalam jiwanya dari berbagai macam penyakit. Jika tidak, maka itu dapat membinasakan dan membunuhnya sedangkan dia tidak menyadarinya. Golongan orang seperti ini bisa kita saksikan.
Adapun golongan yang lain adalah (yang berguguran di tengah jalan) karena sebab (tidak) mutaba’ah. Bisa jadi ada keikhlasan dalam dirinya, akan tetapi dia tidak mutaba’ah kepada Nabi ﷺ.
---------------------------
[*] Diringkas dan diterjemahkan dari makalah yang berjudul Al-Mutasaqithuna fi Thariqi Ad-Dakwah oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu. Lihat web Kulalsalafiyeen[dot]com.
[1] Seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Al-Albani dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahumullah.
[2] Tidak ada satupun dari mereka yg mencla-mencle pendapatnya tentang bid'ahnya perayaan Maulid Nabi ataupun haramnya musik.. Sang oknum dai yang mencla-mencle mengutip ucapan Syaikh Al-Albani bahwa ilmu tidak menerima jumud... Padahal maksud beliau bukan mencla-mencle seperti sang oknum dai tersebut, buktinya beliau tidak pernah mencla-mencle dalam membid'ahkan perayaan Maulid Nabi dan mengharamkan musik.
[3] Allah berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 42)
[4] Inilah manhaj bunglon, inilah manusia berwajah dua, inilah serigala berbulu domba/sapi, inilah pengikut jejak orang munafikin, inilah orang-orang yang plin-plan. Nas-alullah As-Salamah wal ‘Afiyah.