Selasa, 05 Agustus 2025

๐ƒ๐š๐ซ' ๐“๐š'๐š๐ซ๐ฎ๐ ๐š๐ฅ-๐€๐ช๐ฅ ๐ฐ๐š ๐š๐ฅ-๐๐š๐ช๐ฅ ๐€๐ฎ ๐๐š๐ฒ๐š๐ง ๐Œ๐ฎ๐ฐ๐š๐Ÿ๐š๐ช๐š๐ก ๐’๐ก๐š๐ก๐ข๐ก ๐š๐ฅ-๐Œ๐š๐ง๐ช๐ฎ๐ฅ ๐ฅ๐ข ๐’๐ก๐š๐ซ๐ข๐ก ๐š๐ฅ-๐Œ๐š’๐ช๐ฎ๐ฅ ๐‹๐ข๐ฅ ๐ˆ๐ฆ๐š๐ฆ ๐’๐ฒ๐š๐ข๐ค๐ก๐ฎ๐ฅ ๐ˆ๐ฌ๐ฅ๐š๐ฆ ๐ˆ๐›๐ง๐ฎ ๐“๐š๐ข๐ฆ๐ข๐ฒ๐š๐ก

Judul: 
๐ƒ๐š๐ซ' ๐“๐š'๐š๐ซ๐ฎ๐ ๐š๐ฅ-๐€๐ช๐ฅ ๐ฐ๐š ๐š๐ฅ-๐๐š๐ช๐ฅ ๐€๐ฎ ๐๐š๐ฒ๐š๐ง ๐Œ๐ฎ๐ฐ๐š๐Ÿ๐š๐ช๐š๐ก ๐’๐ก๐š๐ก๐ข๐ก ๐š๐ฅ-๐Œ๐š๐ง๐ช๐ฎ๐ฅ ๐ฅ๐ข ๐’๐ก๐š๐ซ๐ข๐ก ๐š๐ฅ-๐Œ๐š’๐ช๐ฎ๐ฅ ๐‹๐ข๐ฅ ๐ˆ๐ฆ๐š๐ฆ ๐’๐ฒ๐š๐ข๐ค๐ก๐ฎ๐ฅ ๐ˆ๐ฌ๐ฅ๐š๐ฆ ๐ˆ๐›๐ง๐ฎ ๐“๐š๐ข๐ฆ๐ข๐ฒ๐š๐ก

Buku "Dar' Ta'arud al-Aql wa al-Naql Au Bayan Muwafaqah Shahih al-Manqul li Sharih al-Ma’qul" adalah salah satu karya paling terkenal dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah. 

Buku ini ditulis sebagai bantahan terhadap argumen-argumen yang diajukan oleh para filsuf dan ahlul kalam, khususnya perdebatan dengan ar-Razi, dalam sepuluh syubhat terkenalnya yang juga mencakup kritik terhadap dalil-dalil naqli bisa dikatakan tanggapan terhadap buku Fakhruddin ar-Razi yang berjudul "Al-Qanun al-Kulli".

Syaikhul Islam membantah hal tersebut dari 44 sisi dan menyebarkannya dalam kitabnya yang panjang terdiri dari 11 jilid. 

๐‹๐š๐ญ๐š๐ซ ๐๐ž๐ฅ๐š๐ค๐š๐ง๐  ๐๐ž๐ง๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฌ๐š๐ง

Pada masa Ibn Taimiyah, terjadi perdebatan sengit antara berbagai aliran pemikiran dalam Islam, terutama antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dan kelompok-kelompok lain seperti Mu'tazilah dan para filsuf yang terpengaruh oleh pemikiran Yunani. 

Ar-Razi, salah satu tokoh penting dalam teologi Islam dan filsafat, menulis sebuah karya berjudul Al-Qanun al-Kulli di mana dia berpendapat bahwa akal harus diprioritaskan jika terjadi pertentangan dengan dalil-dalil wahyu. 

Maka Ibn Taimiyah menulis Dar' Ta'arud al-Aql wa al-Naql untuk membantah pandangan ini dan membela posisi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Beliau menegaskan bahwa wahyu yang sahih tidak mungkin bertentangan dengan akal sehat. 

Buku ini terdiri dari beberapa jilid dan memuat pembahasan mendalam mengenai bagaimana akal dan wahyu seharusnya dipahami dan dikompromikan. 

Ibn Taimiyah mengemukakan argumen, bahwa tidak ada kontradiksi antara wahyu yang sahih dan akal yang sehat. 

Beliau menegaskan bahwa jika ada yang tampak bertentangan, itu disebabkan oleh kesalahpahaman dalam menafsirkan dalil wahyu atau dalam menggunakan akal.

Buku ini mengangkat permasalahan yang terjadi di antara ahli kalam dan para filsuf, terutama tentang menghindari pertentangan antara akal dan naql/wahyu (al-Qur'an dan Hadis). 

Terjadi perdebatan yang luar biasa antara kaum falasifah pengikut seorang filosof aristoteles (yang ini dikuti oleh kaum filosof yang menisbatkan diri kepada islam seperti Ibnu sina, Al-farabi dan Al-Kindi) dengan kaum mutakallimin seputar Qidam Alam (Alam itu Qodim).

Ditengah pertarungan itu, tampillah seorang pemikir terkemuka bernama Al-Ghazali yang membantah paham Qidaam Alaam dalam kitabnya "Tahaafut Falasifah". 

Di dalam bukunya tersebut beliau memaparkan bahwa paham Qidam Alaam yang dianut kaum falasifah adalah faham kufur sehingga beliau pun mengkafirkan mereka yang mempunyai paham seperti ini. 

Dan akhirnya kaum mutakallimin membuat suatu teori tentang Huduus Alaam (Alaam itu hadiist/ diciptakan) dengan memakai teori dalil a'radh. 

Tapi sangat disayangkan teori ini justru tidak bisa meruntuhkan paham Qidaam 'alam, malah justru mereka terjatuh kedalam kontradiksi.

Kemudian munculah Ibnu rusyd, mengadakan pembelaan kepada kaum falasifah dengan memberikan bantahan kepada kaum ahli kalam secara khusus kepada Al-Ghazali dengan menulis buku "Tahaafut At-tahafuut". 

Dan dengan ditulisnya buku itu akhirnya kaum falasifah memenangi pertarungan tersebut dan dalil-dalil kaum ahli kalam terlihat lemah dan rapuh.

Hingga akhirnya tampillah seorang tokoh Ahlus sunnah yang membantu ahli kalam dalam membantah kaum falasifah, dialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan menulis kitab Dar'u At-ta'arudh bainal Aqliu wa an-naqliy".

Dalam buku tersebut beliau memberikan arahan kepada ahli kalam bagaimana cara untuk mematahkan hujjah-hujjah kaum falasifah, disamping itu beliaupun membantah ahli kalam dalam teori dalil a'radh.

Saat berbicara apa itu akal, Ibnu Taimiyah menjelaskan beberapa pengertian bahwa definisi akal mencakup ilmu-ilmu eksakta dan mengamalkan konsekuensi dari ilmu-ilmu tersebut.

Di samping itu, akal juga dapat bermakna naluri atau insting yang ada pada diri manusia, yang dengannya ia dapat mengetahui dan membedakan serta menghendaki perkara yang bermanfaat, bukan yang berbahaya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad dan al-Harits al-Muhasibi. (Ibn Taimiyah, Majmu’ah al-Fatawa, 5/153).

Menurut Ibnu Taimiyah, akal dan wahyu itu tidak saling bertentangan satu sama lain. Bahkan beliau menyindir sebagian ulama yang mengira bahwa dalil dalam agama hanya dalil naqli tanpa mengindahkan dalil aqli. (Ibn Taimiyah, Dar’u Ta’arudh, 1/199)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berpadangan bahwa pendapat akal yang lurus akan selalu sesuai dengan wahyu yang benar. 

Akal bukanlah dasar untuk menentukan kebenaran wahyu, karena wahyu telah pasti benar dengan sendirinya, baik wahyu itu diketahui oleh akal atau tidak. Wahyu tidak memerlukan pembenaran akal. Wahyu yang menyempurnakan akal. Akal dan wahyu mungkin bisa bertentangan, tetapi pendapat akal yang jelas akan sesuai dengan wahyu yang benar. Wahyu selamanya tidak dapat dipisahkan dari akal. (Ibn Taimiyah, Majmu’atu ar-Rasail wa al-Masail, 3/64-65)

Pemikiran Ibnu Taimiyah di atas mungkin lebih kental dengan kajian teologis. Akan tetapi pandangannya ini bisa dijadikan basis dalam memahami hubungan dan keterkaitan antara akal dan wahyu.

Oleh karena itu, buku Dar' Ta'arud al-Aql wa al-Naql dianggap sebagai salah satu karya terpenting dalam sejarah pemikiran Islam, khususnya dalam bidang teologi. 

Buku ini memberikan pengaruh besar dalam memperkuat pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah mengenai hubungan antara akal dan wahyu. 

Selain itu, buku ini juga menjadi rujukan penting bagi ulama-ulama setelahnya dalam membantah berbagai aliran pemikiran yang dianggap menyimpang.

Adapun pembahasan yang lebih spesifik mengkaji kedudukan akal dalam syariat Islam, kaitannya dalam proses inferensi hukum berbasis maslahat, kiranya salah satu rujukan paling otoritatif adalah Imam asy-Syathibi yang terkenal dengan magnum opus berjudul al-Muwafaqat.

Ringkasnya, beberapa poin utama dari buku ini meliputi:

1. Prinsip Kesesuaian antara Akal dan Wahyu: Ibn Taimiyah berargumen bahwa akal manusia tidak mungkin bertentangan dengan wahyu yang sahih. Dia menunjukkan bahwa wahyu adalah panduan utama, sementara akal adalah alat untuk memahami wahyu.

2. Bantahan terhadap Filsafat dan Ilmu Kalam: Buku ini berisi bantahan terhadap argumen-argumen yang diajukan oleh filsuf seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan ar-Razi, serta oleh para teolog Mu'tazilah yang cenderung memprioritaskan akal.

3. Pendekatan Rasional dalam Teologi Islam: Ibn Taimiyah menunjukkan bahwa pendekatan yang benar dalam memahami ajaran Islam adalah dengan menggabungkan akal dan wahyu, di mana akal harus tunduk pada wahyu jika terjadi kesalahpahaman.

4. Penjelasan Metodologi: Dalam buku ini, Ibn Taimiyah memberikan metodologi untuk bagaimana memahami dan menginterpretasikan nash-nash agama secara rasional tanpa meninggalkan esensi dari ajaran Islam.

~๐’๐ž๐ฅ๐ž๐ฌ๐š๐ข~

Judul:
๐“๐š๐ช๐ซ๐ข๐› ๐ƒ๐š๐ซ’๐ข ๐“๐š‘๐š๐ซ๐ฎ๐ ๐š๐ฅ-‘๐€๐ช๐ฅ ๐ฐ๐š ๐š๐ฅ-๐๐š๐ช๐ฅ ๐ฅ๐ข ๐’๐ฒ๐š๐ข๐ค๐ก๐ข๐ฅ ๐ˆ๐ฌ๐ฅ๐š๐ฆ ๐ˆ๐›๐ง๐ข ๐“๐š๐ข๐ฆ๐ข๐ฒ๐š๐ก ๐ซ๐š๐ก๐ข๐ฆ๐š๐ก๐ฎ๐ฅ๐ฅ๐š๐ก

Kitab Asal Dar' Ta'arud al-Aql wa al-Naql karya Ibnu Taimiyah berjumlah 11 jilid. Karena panjangnya kitab ini membuat orang menjauh atau merasa kesulitan dalam memahaminya. 

Oleh karena itu, Syaikh Abdullah bin Salman al-Afif mentaqrib dari 11 jilid menjadi 1 jilid untuk mendekatkankannya (membuatnya lebih mudah dipahami) bagi para pembaca, para pemuda dan para penuntut ilmu. Agar mereka bisa memahami pokok-pokok penting dari permasalahan besar ini, yaitu pertentangan antara akal dan wahyu (naql).

Dalam mentaqrib beliau menghapus perdebatan, penguat-penguatan (istidlฤlฤt), dan kutipan-kutipan yang disampaikan oleh Syaikhul Islam dari ucapan para ulama lainnya.

Beliau hanya menyisakan ucapan Syaikhul Islam sendiri dengan lafazhnya secara langsung dan menggabungkan beberapa poin yang saling berkaitan lalu menyusunnya menjadi bab-bab dan pembahasan yang tersusun. 

Kitab ini sangat cocok sebagai pengantar untuk masuk ke dalam kitab besar dan agung tersebut. Kitab ini diterbitkan oleh Dar Thayyibah al-Khaแธrฤ di Makkah al-Mukarramah.

๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐๐ž๐ง๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฌ ๐Œ๐ž๐ฆ๐ข๐ฅ๐ข๐ก ๐“๐จ๐ฉ๐ข๐ค

Alasan-alasan yang mendorong Syaikh Abdullah bin Salman al-Afifi untuk membuat ringkasan dari buku Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql (Menolak Pertentangan antara Akal dan Wahyu) adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan tinggi yang dimiliki oleh Ibn Taimiyah, yang dianggap sebagai salah satu ulama besar Islam yang mampu menggabungkan antara wahyu dan akal.

2. Pentingnya buku Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql karya Ibn Taimiyah, yang dianggap sebagai karya terbesarnya.

3. Keinginan untuk menyampaikan pemikiran dasar metode pengetahuan Ibn Taimiyah kepada generasi muda dalam bentuk yang lebih mudah dan sederhana.

๐๐ž๐ง๐ญ๐ข๐ง๐ ๐ง๐ฒ๐š ๐“๐จ๐ฉ๐ข๐ค ๐ˆ๐ง๐ข

Pentingnya ringkasan dari buku Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql terlihat dari beberapa poin berikut:

1. Menunjukkan kesempurnaan agama Islam hanya bisa dicapai dengan menolak adanya pertentangan yang dianggap bertentangan dengan dalil syariat. Mengingat bahwa pertentangan akal adalah salah satu pertentangan utama yang diklaim bertentangan dengan wahyu, maka membatalkan klaim ini menjadi tugas utama yang sangat penting.

2. Ringkasan ini membantu para penuntut ilmu sedang menuntut ilmu untuk memiliki metodologi yang jelas dan konsisten, yang membantu mereka dalam mendiskusikan ide-ide yang mungkin mereka temui, terutama dengan mudahnya komunikasi sosial saat ini dan cepatnya pertukaran ide.

๐‹๐š๐ง๐ ๐ค๐š๐ก-๐ฅ๐š๐ง๐ ๐ค๐š๐ก ๐๐ž๐ง๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ƒ๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐‘๐ข๐ง๐ ๐ค๐š๐ฌ๐š๐ง

Karena buku Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql disusun oleh Ibn Taimiyah dalam gaya argumentatif yang melibatkan 44 bagian utama, dan tujuan ringkasan ini adalah menyampaikan ide-ide dari buku tersebut dalam bentuk yang mirip dengan buku-buku modern.

Maka Syaikh Abdullah bin Salman al-Afifi mengikuti metodologi berikut dalam menyusun ringkasan ini:

1. Menentukan ide utama dari setiap bagian dari 44 bagian utama yang disebutkan dalam buku Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql.

2. Menggabungkan bagian-bagian yang memiliki ide utama yang serupa atau mirip satu sama lain.

3. Menyusun rencana ringkasan berdasarkan judul-judul yang diambil dari bagian-bagian yang disebutkan oleh Ibn Taimiyah, dengan rencana tersebut dibagi menjadi bab, pembahasan, dan terkadang sub-pembahasan.

4. Menyusun ulang kata-kata yang digunakan oleh Ibn Taimiyah untuk menyampaikan ide-ide tersebut dalam sebuah pembahasan yang mengalir dan terstruktur lebih ringkas.

5. Menghilangkan kutipan dari para ulama yang disebutkan oleh Ibn Taimiyah, baik untuk mendukung pernyataannya atau mengoreksinya, dan hanya menyajikan kesimpulan yang diberikan olehnya.

6. Menambahkan judul-judul sub-bagian, yang sebagian besar, jika tidak semuanya, adalah kaidah-kaidah logis yang diambil dari Dar'u Ta'arud al-Aql wan-Naql.

7. Menyebutkan sumber hadits-hadits yang disebutkan dalam ringkasan.

Wallahu alam. 

Link download pdf kitabnya:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra/3166

Semoga bermanfaat
__
Ahad 9 Shafar 1446 H/ 3 Agustus 2025 M
Andre Satya Winatra
Ma'had Ibnu Utsman Boarding School (IUBS) 
Kota Tanjungpinang Kepri

Blog*: https://catatanandresatyawinatra.blogspot.com/?m=1

๐ŸŒ Telegram:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra

๐ŸŒ Saluran WhatsApp:
https://whatsapp.com/channel/0029VawEBXA5K3zVFQBwds0i

๐Ÿ•‹ Taman Belajar Islam:
https://chat.whatsapp.com/JjDdGmRybtaGihoGo2YVFM?mode=r_c

๐Ÿ“š Grup Tanya Jawab Islam Ikhwan: https://chat.whatsapp.com/D3vmhZk9afw88AvzGMcb8q?mode=r_c

๐Ÿ“š Grup Tanya Jawab Islam Akhwat:
https://chat.whatsapp.com/FvnTwotW3JlGew2suOcTXq?mode=r_c

๐ŸŒ Telegram Maktabah Riyadhus Shalihin: https://t.me/MaktabahRiyadhShalihin

๐ŸŒ Facebook: https://www.facebook.com/share/1Ch3hwtWMv/

๐Ÿ“ก Silakan disebarkan
Semoga dapat menjangkau saudara-saudari kita yang membutuhkan, semoga menjadi ladang pahala jariyah bagi kita semua.