MEDIATOR rasa PROVOKATOR
Dikisahkan bahwa pernah terjadi ketidak-harmonisan antara Imam A'masy dan istrinya. Ia pun meminta salah seorang temannya dari kalangan ahli fiqih untuk menjadi "mediator perdamaian" antara mereka berdua. Maka sang mediator pun berkata kepada istrinya Imam A'masy,
إِنَّ أَبَا مُحَمَّدٍ شَيْخٌ كَبِيرٌ، فَلَا يُزَهِّدَنَّكِ فِيهِ عَمَشُ عَيْنَيْهِ، وَدِقَّةُ سَاقَيْهِ، وَضَعْفُ رُكْبَتَيْهِ، وَنَتْنُ إِبْطَيْهِ، وَبَخَرُ فِيهِ، وَجُمُودُ كَفَّيْهِ
"Sesungguhnya Abu Muhammad (kun-yah Imam A'masy) itu laki-laki yang sudah tua. Maka janganlah engkau membencinya hanya karena penglihatannya yang sudah kabur, betisnya yang kerempeng, lututnya yang engcok, ketiaknya yang apek, mulutnya yang bau, dan telapak tangannya yang beku (alias pelit)."
Mendengar itu, Imam A'masy langsung menghardik sang mediator itu dengan berkata,
قُمْ -- قَبَّحَكَ اللَّهُ -- فَقَدْ أَرَيْتَهَا مِنْ عُيُوبِي مَا لَمْ تَكُنْ تَعْرِفُهُ
"Enyahlah engkau!! Sesungguhnya engkau justru memperlihatkan kepadanya aib-aibku yang selama ini tidak dia sadari."
((Lihat kitab "Al-Mustathraf fi Kulli Fannin Mustadzhraf" [2/318] karya Syihabuddin Al-Absyihi)
#intermezzo
Ustadz zainul arifin