Hati-hati dengan Narasi: Tidak Ada Dalilnya!
●●●
Syaikh Prof. Dr. 'Abdussalam asy-Syuwai'ir berkata:
"Salah seorang guru kami—rahimahullah—pernah didatangi sebagian penuntut ilmu, yang menanyakan tentang masalah dimaksud. Ia berkata, 'Wahai Syaikh, pendapat ulama yang membedakan antara bangun dari tidur malam dan tidur siang (dalam hal membasuh tangan) itu tidak ada dalilnya!'
Guru kami pun menjawab, 'Di antara kesalahan terbesar adalah engkau meniadakan dalil (menganggap pendapat ulama tidak ada dalilnya). Jangan katakan: tidak ada dalilnya, namun katakanlah: saya tidak tahu dalilnya.'
Percayalah, seluruh ulama Islam dari empat mazhab tidak mungkin menyampaikan hukum terhadap suatu permasalahan melainkan ada dalilnya. Namun, bisa jadi pihak yang menyelisihinya memiliki dalil yang lebih kuat, atau terjadi ta'arudh antara dua dalil, sehingga butuh argumentasi penguat eksternal untuk men-tarjih antara kedua dalil tersebut.
Jadi, hati-hati dengan narasi: tidak ada dalilnya. Katakan saja: saya tidak tahu dalilnya, atau saya belum paham dalilnya, atau dalilnya lemah dalam perspektif yang saya anut. Namun jangan katakan: tidak ada dalilnya."
[Ref.: Syarah terhadap al-Arba'un fil Ahkam, karya al-Hafizh al-Mundziri.]
Catatan: Dalil yang dimaksud oleh Syaikh asy-Syuwai'ir di sini mencakup dalil-dalil yang telah disepakati maupun dalil-dalil yang masih diperselisihkan, dengan perincian sebagaimana dalam literatur Ushul Fiqh.
Credit: Ustaz Fandy Abu Syarifah (dengan sedikit pengeditan)