OJO KESUSU
Perkara kelima dari perkara-perkara penting dan prinsip-prinsip agung untuk menghindari fitnah adalah bersikap lembut, tenang, tidak tergesa-gesa, dan menjauhi sikap terburu-buru.
Dalam kelembutan terdapat kebaikan dan keberkahan; bahkan kelembutan itu seluruhnya adalah kebaikan. Bahkan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ
إِنَّ الرِّفْقَ لا يَكونُ في شَيءٍ إِلّا زانَهُ وَلا يُنْزَعُ مِنْ شَيءٍ إِلّا شانَهُ
“Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali akan memperburuknya.”
Di antara sifat seorang mukmin adalah bersikap lembut, tenang, dan tidak tergesa-gesa. Adapun jika seseorang bersikap tergesa-gesa dalam tindakannya, terburu-buru dalam urusannya, tergesa dalam pendapat, jalan, dan tindakannya, maka sikap tergesa-gesanya akan mendatangkan kejelekan dan bahaya bagi dirinya dan orang lain yang tidak diketahui seberapa jauh dan di mana akhirnya.
Telah datang dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa beliau berkata, perhatikan baik-baik ucapan beliau:
إِنَّها سَتَكونُ أُمورٌ مُشتَبِهاتٌ فَعَلَيكُم بِالتُّؤَدَةِ
“Akan ada perkara-perkara yang samar, maka wajib atas kalian untuk bersikap tenang.”
Apa makna التؤدة (sikap tenang)? Yakni: kelembutan, ketenangan, dan tidak tergesa-gesa.
Beliau melanjutkan:
فَعَلَيكُم بِالتُّؤَدَةِ، فَإِنَّكَ أَن تَكونَ تابِعًا في الخَيرِ خَيرٌ مِن أَن تَكونَ رَأسًا في الشَّرِّ
“Maka hendaklah kalian bersikap tenang, karena menjadi pengikut dalam kebaikan itu lebih baik daripada menjadi pemimpin dalam kejelekan.”
Orang yang tergesa-gesa bisa saja mengemukakan pendapatnya kepada sekelompok orang karena sikap tergesa-gesanya, lalu mereka mengikutinya atas dasar pendapat tersebut.
Maka apa akibatnya? Ia menjadi panutan dan pemimpin dalam kejelekan, karena ia telah membuka pintu kejelekan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Perhatikan pula dalam hal ini apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنَ النّاسِ مَفاتيحَ لِلخَيرِ مَغالِيقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النّاسِ مَفاتيحَ لِلشَّرِّ مَغالِيقَ لِلخَيرِ، فَطُوبى لِمَن جَعَلَ اللهُ مَفاتيحَ الخَيرِ عَلى يَدَيهِ، وَوَيلٌ لِمَن جَعَلَ اللهُ مَفاتيحَ الشَّرِّ عَلى يَدَيهِ
“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu kejelekan, dan sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka pintu-pintu kejelekan dan penutup pintu-pintu kebaikan. Maka berbahagialah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan di tangannya, dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kejelekan di tangannya.”
Seorang muslim senantiasa menetapi kelembutan dan ketenangan, serta menjauhi sikap tergesa-gesa dan terburu-buru. Telah berlalu bersama kita beberapa saat yang lalu perkataan Ali radhiyallahu’anhu:
لَيسوا بِالعُجَلِ
“Mereka (ahlul haq) bukanlah orang-orang yang tergesa-gesa.”
Maksudnya, ahli kebenaran itu jauh dari sikap tergesa-gesa, bahkan mereka bersikap tenang, lembut, penuh ketenangan, ketenteraman, pertimbangan matang, menjauhi sikap tergesa-gesa, dan senantiasa menetapi kelembutan selalu dan selamanya.
Demikianlah keadaan ahli kebenaran dan petunjuk.
Maka ini adalah prinsip penting untuk keselamatan dari fitnah.
•••••
Diambil dari sebagian ceramah Syaikh Abdurrazaq al-Badr -hafizhahullah- yang berjudul:
إن السعيد لمن جنب الفتن
Ustadz didik suyadi