Kenapa Ahlussunnah dg Asy'ariah tidak sejalan ketika dihadapkan dengan #Nash_Wahu; Al Qur'an dan Sunnah??
Jawabannya adalah karena Ahlussunnah menjadikan akal tunduk kepada Nash Al Qur'an n Sunnah #sedangkan Asy'ariah lebih mendahulukan akal daripada Nash.
🔹 Asy'ariyah
Ar Razi -imam Asya'iroh-:
فثبت أن القدح في العقل لتصحيح النقل يفضي إلى القدح في العقل والنقل معاً، وأنه باطل.
"..maka telah tetap bahwasanya menganggap ada cela pada akal demi membenarkan #naql (dalil al qur'an n sunnah) akan mengakibatkan celaan pada akal dan naql secara bersamaan dan tentunya ini adalah bathil". (Asas at Taqdis, ar Razi).
Al Maturidi:
فكل خبر ورد مخالفا للدلائل العقلية يجب رده . . .
"Setiap Khobar yang datang menyelisihi dalil-dalil akal maka wajib ditolak....". (Ta'wilaat Ahlissunah, karya abu Manshur Al maturidi).
Hasan As saqqaf Al Asy'ari mengomentari:
فهذه نصوص علماء تدل على تقديم العقل
"Ini adalah Nas Nash para ulama yang menunjukkan tentang didahulukannya Akal".
🔹 Salafiyah
Ibn Abil 'Izz rahimahullah:
إذا تعارض العقل والنقل وجب تقديم النقل ، لأن الجمع بين المدلولين جمع بين النقيضين ، ورفعهما رفع النقيضين ، وتقديم العقل ممتنع ، لأن العقل قد دل على صحة السمع ووجوب قبول ما أخبر به الرسول صلى الله عليه وسلم ، فلو أبطلنا النقل لكنا قد أبطلنا دلالة العقل ، ولو أبطلنا دلالة العقل لم يصلح أن يكون معارضا للنقل ، لأن ما ليس بدليل لا يصلح لمعارضة شيء من الأشياء ، فكان تقديم العقل موجبا عدم تقديمه ، فلا يجوز تقديمه . وهذا بين واضح ، فإن العقل هو الذي دل على صدق السمع وصحته ، وأن خبره مطابق لمخبره ، فإن جاز أن تكون الدلالة باطلة لبطلان النقل لزم أن لا يكون العقل دليلا صحيحا ، وإذا لم يكن دليلا صحيحا لم يجز أن يتبع بحال ، فضلا عن أن يقدم ، فصار تقديم العقل على النقل قدحا في العقل .
"Jika terjadi pertentangan antara akal dan #naql (dalil Al Qur'an n sunnah) maka wajib mengedepankan Naql, karena menggabungkan kedua madlul yang bertentangan ini sama seperti menggabungkan dua hal yang berlawanan dan menghilangkannya berarti menghilangkan dua hal yang berlawanan, maka mengedepankan akal adalah tidak mungkin disebabkan akal itu sendiri yang telah menunjukkan akan kebenaran dalil (al Qur'an n Sunnah) dan kewajiban untuk menerima apa saja yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu'alihi wasallam, jika kita membatalkan #naql maka sejatinya kita telah membatalkan pendalilan akal, sedangkan jika kita membatalkan pendalilan akal maka hal tersebut tidak akan cocok untuk menentang #naql, karena sesuatu yang bukan dalil tidak akan bisa untuk (dijadikan) melawan sesuatu pun, oleh sebab itu sejatinya mengedepankan akal justru mengharuskan untuk tidak mengedepankannya, maka tidak boleh untuk dikedepankan".
(Syarah Al Aqidah At Thohawiyah, Ibn Abil Izz).
Ibn Taimiyah rahimahullah:
فإذا علم الإنسان بالعقل أن هذا رسول الله، وعلم أنه أخبر بشيء، ووجد في عقله ما ينازعه في خبره؛ كان عقله يوجب عليه أن يسلم موارد النزاع إلي من هو أعلم به منه، وأن لا يقدم رأيه علي قوله، ويعلم أن عقله قاصر بالنسبة إليه، وأنه أعلم بالله تعالي وأسمائه وصفاته واليوم الآخر منه، وأن التفاوت الذي بينهما في العلم بذلك، أعظم من التفاوت الذي بين العامة وأهل العلم بالطب.
فإذا كان عقله يوجب أن ينقاد لطبيب يهودي، فيما أخبره به من مقدرات من الأغذية والأشربة والأضمدة...
فكيف حال الخلق مع الرسل عليهم الصلاة والسلام؟!
"jika seorang telah mengetahui dengan akalnya bahwa ini adalah seorang Rasulullah, ia mengetahui bahwasanya rasul tersebut telah mengabarkan sesuatu sedangkan ia mendapatkan pada akalnya ada sesuatu yang menentang (menyelisihi) pengabaran rasul tersebut, maka akalnya akan mengharuskan ia untuk tunduk pada orang yang lebih mengetahui dari dirinya tentang hal yang diperselisihkan tersebut, dan agar ia tidak mengedepankan pendapatnya di atas pendapat orang yang lebih berilmu tersebut (Rasulullah), dan agar ia menyadari bahwa akalnya tidak sampai pada pengetahuan orang (Rasulullah) itu, dan sadar bahwasanya ia (Rasulullah) lebih tahu tentang Allah Ta'ala beserta nama, sifat sifat-Nya dan hari akhir daripada dirinya, dan selisih ilmu antara ia berdua tentang hal (yang diperselisihkan) tersebut jauh lebih besar daripada selisih ilmu antara orang awam dengan seorang ahli pengobatan.
selisih ilmu antara ia berdua tentang hal (yang diperselisihkan) tersebut jauh lebih besar daripada selisih ilmu antara orang awam dengan seorang ahli pengobatan.
Jika akalnya mengharuskan ia untuk patuh pada seorang dokter Y4hudi dalam memberikan resep pada takaran makanan, minuman, (pemasangan) perban....
Lalu bagimana pula dengan keadaan orang bersama dengan (pengabaran) para rasul 'alihimussholatu was salam???!!".
(Daru At Ta'arud Al 'Aql wa An Naql, Ibn Taimiyah).
Imam As Syafi'i rahimahullah mengatakan tentang penetapan asma' dan sifat Allah:
علم ذلك لا يدرك بالعقل ولا بالروية والفكر
"Ilmu tersebut (asma' n sifat) tidak bisa didapatkan dengan akal, penalaran dan pemikiran" (Thabaqat al Hanabilah, karya Ibn abi Ya'la).
Al hikmah wal atsar