Di zaman pemerintahan Muawiyah Radhiallahu Anhu sudah terjadi perbedaan awal puasa dalam satu negara.
Perbedaan awal puasa di satu negara itu pernah terjadi di era khilafah Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu.
Jadi kalau kini terjadi perbedaan ya woles saja lagi.
Heem, bila demimian, Ndak usah keras keras dalam menyikapi masalah perbedaan aeal dan akhir Ramadhan.
Kuraib mengisahkan : Ummu Fadel binti Al-Haarits telah mengutusnya untuk menghadap sahabat Mu’awiyah di Syam. Kuraibpun pergi ke Syam, dan setelah selesai semua keperluannya, beliau mendapatkan bulan sabit penanda datangnya Ramadlan terlihat. Beliau turut menyaksikan terbitnya hilal Ramadlan pada malam Jum’at.
Kemudian kuraib kembali ke Madinah pada akhir bulan (Ramadlan), setiba di Madinah sahabat Abdullah bin Abbas bertanya kepadanya tentang hilal,
Kuraib menjawab : “Kami melihatnya pada malam Jum’at”.
Lau sahabat Ibnu Abbas kembali bertanya : “Engkau melihatnya (sendiri) ?”
Kuraib berkata : “Ya ! Dan banyak orang juga melihatnya, dan mereka puasa dan Mu’awiyahpun Puasa berdasarkan ru’yah hilal tersebut.
Sahabat Ibnu Abbas berkata : “Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai kami melihat hilal (bulan Syawwal“.
Kuraib bertanya : “Apakah engkau tidak mengikuti ru’yah (penglihatan) dan puasanya Mu’awiyah ?
Sahabat Ibnu Abbas menjawab : “Tidak ! Begitulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerintahkan kami”. ( Muslim )
Jadi, dalam satu negara berbeda puasa itu biasa saja, daripada satu negara centang berentang saling hujat dan bermusuhan.
Sikap sahabat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma yang mengembalilan masalah perbedaan penetapan awal Ramadhan kepada dalil inilah sikap salafy yang benar.
Beliau tidak menjadikan ini sebagai bagian dari turunan sikap kepatuhan kepada khalifah atau amirul mukminin.
Sebagaimana kuraib juga tidak memfreming masalah ini sebagai bentuk pembangkangan kepada khalifah atau amirul mukminin.
Subhanallah keduanya berbiacara berdasarkan ilmu bukan nafsu. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab.