KEHARUSAN BELAJAR BAHASA ARAB
قَالَ اللّٰهُ - تَعَالَى - : ﴿قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰۤ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدࣰا﴾ (الكَهْف : 66)
قَالَ العَلاَّمَةُ الشَّيْخُ الدُّكْتُوْرُ مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيْدٍ رُسْلاَنُ - حَفِظَهُ اللّٰهُ - مُسْتَفِيْدًا مِنْ تِلْكَ الآيَةِ :
" فَعَلَى هٰذَا، يَنْبَغِيْ لِلْفَقِيْهِ المُحَدِّثِ، إِذَا كَانَ قَاصِرًا فِيْ عِلْمِ النَّحْوِ أَوِ الصَّرْفِ أَوْ نَحْوِهِمَا مِنَ العُلُوْمِ، *أَنْ يَتَعَلَّمَهُ مِمَّنْ مَهَرَ فِيْهِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُحَدِّثًا وَلاَ فَقِيْهًا*. "
[فَضْلُ العِلْمِ (ص : 57)، ط. الدَّارُ العَالَمِيَّةُ]
Allah - Ta'ala - berfirman,
" Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? " (QS. Al-Kahfi : 66)
Syaikh Dr. Muhammad bin Sa'id Ruslan - hafizhahullah - mengambil faedah dari ayat tersebut (QS. Al-Kahfi : 66) menuturkan,
" Oleh karena itu, seyogyanya bagi ahli fikih & hadis ¹, apabila dia kurang cakap dalam bahasa arab, baik itu ilmu nahwu, atau ilmu sharaf, dll, HENDAKNYA BELAJAR KEPADA YANG MAHIR BERBAHASA ARAB, WALAUPUN DIA (YANG MAHIR BAHASA ARAB ITU) BUKAN AHLI HADIS ATAU AHLI FIKIH. "
[Dinukil dari buku " Fadhu al-Ilmi " (hal.57), cet. Dar al-Alamiyyah]
✍🏻 Alih Bahasa : Ragil Juliantoro
__________________________
¹ Pelajar fikih dan pelajar hadis pun harus belajar bahasa arab
