Pada masa awal islam, kebanyakan para sahabat adalah orang-orang miskin. Kekurangan harta dan makanan. Saking miskinnya, banyak diantara para sahabat yang hanya memiliki satu lembar kain yang digunakan untuk izar/sarung. Banyak riwayat yang menyebutkan para shahabat shalat hanya menggunakan satu kain. Ada yang menggunakannya sebagai izar/sarung dengan dililitkan di bagian bawah. Banyak juga yang kedua ujung kainnya diikatkan di leher. Tak jarang ketika sujud aurat mereka tersingkap.
Karenanya sebagian ada yang menyerukan,
يا معشر النساء لا ترفعن رؤوسكن حتى يرفع الرجال
“Wahai kaum wanita, janganlah kalian mengangkat kepala kalian hingga para lelaki mengangkat kepalanya. ”
(HR. Al-Bukhari, Muslim, An Nasa'i dan Abu Dawud)
Fadhilatusy Syaikh Utsman As Salimi menjelaskan yang artinya kurang lebih, “Zaman dahulu shaf para wanita di belakang laki-laki dan belum ada tirai, sehingga jika kaum wanita mengangkat kepalanya dari sujud sebelum kaum pria, maka aurat sebagian para shahabat akan tampak. Zaman dahulu tidak banyak sahabat yang memiliki sarawil(celana). ”
Meskipun demikian, para sahabat tetap bersabar dengan kemiskinannya dan tidak ada yang mengeluhkan kemiskinannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika Rasulullah baru hijrah ke Madinah, ada serangan panah dari orang tak dikenal hingga para sahabat siang dan malam selalu menenteng senjata mereka karena khawatir sewaktu-waktu ada serangan lagi. Namun Allah Ta'ala berikan kabar gembira dengan menurunkan ayat,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An Nur:55)
Maka para sahabat mulai tenang dengan janji Allah Azza wa Jalla. Dan janji Allah pun mulai menjadi kenyataan.
Ketika penaklukan benteng Khaibar, para sahabat bersuka cita karena mendapatkan banyak harta dari kaum Yahudi. Selain itu para sahabat juga tidak lagi kelaparan karena mendapatkan banyak kurma dan hasil pertanian dari Khaibar.
Begitu juga futuhat lainnya, Syam, Iraq, Yaman, hingga dua imperial raksasa, Persia dan Romawi berhasil para sahabat taklukkan. Hingga di akhir kehidupan para sahabat, mereka menjadi para tuan dan orang-orang terhormat.
Para sahabat dan kaum muslimin hidup dalam keadaan mulia, berkuasa di muka bumi, dan penuh dengan kemakmuran dan rasa aman.