Rabu, 10 Februari 2021

ANTARA AL-ALBĀNĪ & AL-GHUMĀRĪ

ANTARA AL-ALBĀNĪ & AL-GHUMĀRĪ

Salah satu modus mencitra-burukkan Syekh Al-Albānī adalah menyebarkan kritikan Al-Albānī yang bernada pedas, agar opini umat Islam tergiring bahwa Al-Albānī suka mencaci-maki ulama, sehingga umat Islam yang minim literasi bisa alergi kepada Al-Albānī.

Mereka yang menggiring opini negatif itu mungkin kurang rajin membaca kitab² karangan ulama mereka sendiri, karena sibuk dan fokus membaca kitab² Al-Albānī. Sekedar informasi bagi mereka, Sidi Ahmad Al-Ghumārī juga biasa mengkritik ulama dengan nada pedas, sebagaimana (sebagai sampel) bisa dijumpai dalam kitab Al-Mudāwī li-‘Ilal Al-Jāmi‘ Ash-Shagīr wa Syarh Al-Munāwī.

Pengambilan kitab Al-Mudāwī sebagai sampel ini karena berkait erat dengan statusnya seorang Kiai yang menjadikan kitab Faydhul-Qadir karya Al-Munāwī sebagai rujukan dalam membaca hadis² dalam kitab Al-Jāmi‘ Ash-Shaghīr karya As-Suyuthī, ternyata kitab Faydhul-Qadir yang menjelaskan tentang kelalaian dan kealpaan As-Suyuthī juga mendapat kritikan dari Al-Ghumārī yang dituang dalam kitab Al-Mudāwī.

Menurut Al-Ghumārī, As-Suyuthī dalam Al-Jami‘ Ash-Shaghīr dan Al-Munāwī dalam Faydhul-Qadir dan At-Taysīr, banyak sekali melakukan kesalahan fatal dalam berinteraksi dengan hadis² nabi yang berjumlah 10.031 hadis dalam kitab tsb. Dari sejumlah hadis tsb, terdapat 3.757 hadis bermasalah (37%) yang dikomentari dan dikritik keras oleh Al-Ghumārī, sebagaimana disebutkan oleh Syekh Mahmūd Sa‘īd Mamdūh dalam Ittijāhāt Al-Hadīsiyyah (hal. 397). Dan dari sejumlah hadis bermasalah (mungkar, batil, daif jiddan, palsu) tsb, terdapat 636 hadis yang berstatus palsu, sebagaimana hasil penelitian Syekhah Dr. Fidwā Binkīrān yang ditulis dalam sebuah kitab berjudul “Laysa minas-Sunnah An-Nabawiyyah: Ahkām As-Sayyid Ahmad bin Ash-Shiddīq Al-Ghumārī fī Kitābihī Al-Mudāwī li-‘Ilal Al-Munāwī”.

Adapun kata² pedas Al-Ghumārī ketika mengkritik, berikut diantara contohnya:

..، فهل أنت يا مناوي مجنون...؟!
“.., apakah kau sudah gila wahai Munāwī...?!” [1/243]

الشارح بعيد عن علم الحديث ودرايته...
“Pensyarah (Al-Munāwī) jauh dari (paham) Ilmu Hadis dan Dirāyahnya...” [1/380]

..، فقد أكثر من الجهل والأخطاء الفاحشة،..
“.., sungguh Al-Munāwī banyak (sering) melakukan kebodohan dan kesalahan yang keji,..” [2/236]

...فالشارح بليد سخيف لا يمل من السخافة.
“... Maka Al-Munāwī itu orang bodoh yang lemah akal, tidak bosan melakukan kedunguan.” [5/120]

Kalau mengikuti perasaan, saya mau dan mampu menukil lebih banyak lagi kata² pedas/kasar Al-Ghumārī dalam kitab setebal 6 jilid tsb. Saya juga bisa menukil kalam ulama lain yang sama pedasnya dalam mengkritik, tapi tampaknya sudah cukup untuk sekedar membuka jendela wawasan. Yang saya tak habis pikir, “kenapa Al-Albānī yang dicari² celah celanya?”, bukankah tokoh dikalangan mereka sendiri ada dan banyak!

Sekian dulu, semoga berfaedah. Amin...

Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa