DOA SETELAH SELESAI MEMBACA AL QUR’AN
Imam Nasa’i dalam kitabnya “Sunan al-Kubra” (no. 10067) dan juga di kitabnya “’Amaal al-Yaum wa al-Lailah” (no. 308) meriwayatkan sebuah hadits dengan sanadnya berporos kepada :
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ: أخْبَرَنَا خَلَّادُ بْنُ سُلَيْمَانَ أَبُو سُلَيْمَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي خَالِدُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلَا تَلَا قُرْآنًا، وَلَا صَلَّى صَلَاةً إِلَّا خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِسًا، وَلَا تَتْلُو قُرْآنًا، وَلَا تُصَلِّي صَلَاةً إِلَّا خَتَمْتَ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ: " نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْرًا خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرًّا كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ "
“telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Maryam, telah mengabarkan kepada kami Khollad bin Sulaimaan Abu Sulaimaan ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Imroon, dari ‘Urwah bin az-Zubair, dari ‘Aisyah Rodhiyallahu 'anha beliau berkata : “tidaklah Rasulullah Sholallahu 'alaihi wa Salaam duduk dalam sebuah majelis, tidak pula ketika MEMBACA AL QUR`AN dan tidak juga sholat, kecuali diakhirnya Beliau membaca kalimat berikut”. Lalu aku (Aisyah Rodhiyallahu 'anha) bertanya kepada Beliau : “Wahai Rasulullah, aku melihat engkau tidak duduk dalam sebuah mejelis, tidak pula ketika engkau selesai membaca Al Qur’an dan juga pada saat engkau sholat, kecuali nanti diakhirnya engkau membaca kalimat tersebut?”. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wa Salaam menjawab :
“benar, barangsiapa mengatakan kebaikan, maka akan ditutup dengan kebaikan padanya, sedangkan barangsiapa yang mengatakan kejelekan, maka kalimat tersebut sebagai penebus (atas kesalahannya), yaitu kalimat :
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْك
(Subhaanaka wa bihamdika, laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilakai)
“Maha suci Engkau dan segala puji Bagi-Mu, tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Engkau, aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu”.
Kedudukan sanad :
• Ibnu Abi Maryam, nama aslinya Sa’ad bin al-Hakam (144-244 H), perowi Bukhori-Muslim yang tsiqoh tsabat faqiih, sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar.
• Khollad bin Sulaimaan Abu Sulaimaan (w. 178 H), perowi yang tsiqoh ‘Aabid, menurut Ibnu Hajar.
• Khoolid bin Abi Imron (w. 125/129 H), perowi Imam Muslim, ditsiqohkan oleh Imam Muhammad bin Sa’ad, Imam al-‘Ijli dan Imam Ibnu Hibban (tahdzibain).
• Urwah bin Zubair (w. 94 H), seorang Imam Tabi’in yang sangat masyhur, perowi Bukhori-Muslim.
Berdasarkan keterangan sanad diatas, maka hadits ini shahih, dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam “Silsilah Ahaadits Shahihah” (no. 3164), namun disana Imam al-Albani berkata :
قلت: هذا إسناد صحيح أيضاً على شرط مسلم
“sanad ini shahih juga menurut persyaratan Imam Muslim” –selesai-.
Namun perkataan beliau “menurut persyaratan Imam Muslim” kurang tepat, karena Khollad bin Sulaiman, Imam Muslim tidak pernah mengeluarkan haditsnya dalam kitab shahihnya, sekalipun Khollad ini adalah perowi tsiqoh, sebagaimana keterangan diatas.
Saya menemukan juga al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “an-Nukat ‘alaa Mukadimah Ibnu Sholaah” (2/733) menilai sanad hadits diatas shahih, sekalipun pentahqiq kitab an-Nukat, yakni Prof. DR. Rabii’ bin Hadi al-Madkholi berpendapat :
الحق أن يقال: إن إسناده حسن.
“yang benar adalah sanadnya hasan” –selesai-.
Barangkali alasan asy-Syaikh Robii’, karena perowi diatas yang bernama Khoolid bin Abi Imroon, hanya ditsiqohkan oleh Aimah yang terkenal mutasaahil dalam tautsiq. kemungkinan asy-Syaikh lebih percaya dengan penilaian Imam Abu Haatim yang menilai perowi tersebut “laa ba’saa bih” yang kemudian diikuti oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “at-Taqriib” dengan menilainya “faqiih shoduq”. Wallahul a’lam.
Sebagian ulama kontemporer berdalil dengan hadits diatas ketika menganjurkan kepada kaum Muslimin setelah selesai membaca Al Qur’an untuk berdoa dengan doa diatas yaitu : “Subhanaaka wa bihamdika Laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubi ilaik”. Alasannya adalah :
1. Haditsnya shahih atau hasan sehingga layak dijadikan hujjah dalam masalah ini.
2. Imam Nasa’i dalam kedua kitabnya diatas membuat judul bab untuk hadits ini dengan nama “مَا تَخْتِمُ بِهِ تِلَاوَةَ الْقُرْآنِ” (apa (yang dibaca) ketika menutup bacaan Al Qur’an).
Wallahu A’lam bis Showab.
Abu Sa'id Neno Triyono