Minggu, 13 Agustus 2023

Perceraian adalah sesuatu yang tidak enak dibicarakan apalagi dialami. Tetapi kenyataannya itu selalu ada & terjadi

Perceraian Yang Unik
🖋 Ustadz Thoriq Abdul Aziz At-Tamimi, LC.MA حفظه الله تعالى

Perceraian adalah sesuatu yang tidak enak dibicarakan apalagi dialami. Tetapi kenyataannya itu selalu ada & terjadi. Tentu berjuta kasus seliweran di telinga kita & rarusan makalah, kitab ataupun cerita yang telah kita baca tentangnya. 

Namun kejadiannya akan lain, cita rasanya tentu beda juga penasaran alias keponya akan lebih berlipat bila itu terjadi pada seorang khalifah pucuk pemimpin kaum muslimin. Terlebih bukan sembarang khalifah, ia adalah Harun Ar-Rasyid. Beberapa ulama juga mengabadikan kejadian ini dalam kitab-kitab mereka termasuk Abu Nu’aim dalam Al-Hilyahnya.

Harun Ar-Rasyid adalah khalifah paling tenar di kalangan Abbasiyah. Beliau seorang yang cinta akan ilmu, ulama, ibadah & jihad. Tetapi sayang banyak orang iri & sejarawan nakal yang mengarang-ngarang cerita dusta tentang beliau. Cukuplah kesaksian Al-Khathib Al-Baghdadi yang memberikan rekomendasinya pada kita tentang beliau dengan ungkapannya, “Dia adalah orang yang rajin shalat malam, bersedekah setiap harinya seribu dirham dari harta pribadinya. Berhaji setahun, lalu tahun berikutnya ia berjihad & menghajikan orang yang tak mampu”. 

Sedangkan istrinya adalah Zubaidah binti Jakfar bin Abi Jakfar Al-Manshur. Anak pamannya sendiri (sepupunya). Sembilan khalifah Abbasiyah adalah mahramnya; suaminya, kakeknya, saudara kakeknya As-Saffah, pamannya Al-Mahdi, putranya Muhammad Al-Amin, anak-anak tirinya (Al-Makmun, Al-Mu’tashim & Al-Watsiq serta Al-Mutawakkil). Hal ini tidak ada pada istri khalifah sebelum & sesudahnya. Nama aslinya Amatul ‘Aziz (nama Abdul ‘Aziz untuk anak perempuan), tetapi kakeknya memanggilnya dengan Zubaidah (berasal dari kata Zabdah=youghurt) karena putih beningnya pipinya alias kecantikannya. 

Adapun orang alim yang menjadi pemutus perkara dalam kasus ini adalah Al-Laits bin Sa’ad. Beliau tinggal di Mesir. Dikenal dengan kedalaman fikih & kecerdasannya juga kecintaannya bersedekah sehingga setiap harinya tak kurang dari 300 orang miskin yang beliau beri makan. Masya Allah…

Kronologinya sbb…..
Suatu hari Harun Ar-Rasyid marah besar karena salah paham atau cekcok dengan istrinya. Lalu beliau berkata, “Engkau aku cerai bila aku tidak masuk surga”. Setelah reda amarahnya, ia pun menyesal. Sang istri pun menyesalkan kejadian ini karena begitu dalam cinta yang ada diantara keduanya. Maka sang khalifah pun memanggil para ulama negeri (Baghdad) maupun luar negeri termasuk tokoh ulama Mesir saat itu Al-Laits. Beliau katakan, “Aku tidak ingin menceraikan istriku, tetapi siapa yang menjamin kalau aku pasti masuk surga sehingga tidak jatuh talak”. 

Satu per satu para ulama yang hadir menyampaikan ulasannya tentang masalah talak bersyarat (menggantung) seperti ungkapan khalifah. Sedang Al-Laits menyimak di belakang saf tanpa komentar. Kemudian sang khalifah mempersilahkan beliau menyampaikan pendapatnya. Namun beliau meminta untuk menyendiri dengan khalifah. 

Saat mereka telah berduaan di ruangan tersebut, ditambah dengan Zubaidah yang pasang telinga menyimak & mengikuti runtutan kejadian sejak tadi dibalik sitar/tirai kain di ruang sebelah. Imam Al-Laits berkata, “Tolong… Ambillah mushaf!”. Harun membuka-buka Al-Quran hingga jatuh pada surah Ar-Rahman. “Bacalah…!” kata Al-Laits. Sang khalifah pun membaca sampai pada ayat ke-46, lalu distop! Untuk kemudian ia mengulang-ulangi ayat tsb.

ولمن خاف مقام ربه جنتان 

“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga baginya”. (Ar-Rahman: 46) 

Sampai-sampai air mata beliau pun berlinang. Al-Laits berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anda termasuk orang yang takut kepada Allah?”. Sang khalifah menjawab, “Tentu demi Allah, aku sangat takut kepada Allah & hisab-Nya”. Beliau ulang-ulangi ucapan itu. Al-Laits menimpali, “Kalau demikian keadaan anda, sampai bersumpah lagi, maka anda bukan hanya akan mendapatkan satu surga tetapi dua surga berdasarkan ayat tadi. Dan talak yang anda gantungkan dengan syarat tadi tidak jatuh, karena seorang muslim yang mati dalam keislamannya meski dia berdosa maka tempat kembalinya adalah surga sebagaimana janji Allah sedang Allah tak pernah ingkar janji”. 

Mendengar penjelasan tsb tentu sang khalifah tersenyum lega nan gembira dimana dengan kecerdasan & keluasan ilmunya imam Al-Laits mampu memberikan jawaban atau solusi tepat lagi jitu dari problem itu. Lalu beliau memerintahkan prajuritnya guna menyiapkan hadiah melimpah untuk imam Al-Laits. Tak mau kalah dalam meluapkan syukur nan kegembiraannya Zubaidah menghujani imam Al-Laits dengan hadiah dua kali lipat suaminya (the power of emak-emak, hehe…). 

---------------------- 
Kejadian di atas penuh nan sarat pelajaran tentunya, bagaimana cinta antar suami istri yang mendalam serta upaya mereka menjaga bahtera rumah tangganya agar tidak kandas & melanjutkan hidup bersama meskipun onak duri & ombak kehidupan membalut kehidupan mereka juga semua rumah tangga pastinya. 

والله المستعان
Ustadz Abu rozyn at Tamimi