Ibnu Mas’ud radhiallahu ánhu berkata :
لَا تَنْثُرُوهُ نَثْرَ الرَّمْلِ وَلَا تَهْذُّوهُ هَذَّ الشِّعْرِ، قِفُوا عِنْدَ عَجَائِبِهِ وَحَرِّكُوا بِهِ الْقُلُوبَ، وَلَا يَكُنْ هَمُّ أَحَدِكُمْ آخِرَ السُّورَةِ
“Janganlah kalian membaca al-Qurán seperti menabur pasir, dan janganlah membacanya dengan cepat seperti membaca syaír. Berhentilah pada keajaiban-keajaibannya, gerakanlah hati-hati kalian !. Janganlah fokus pada akhir surat (agar cepat selesai)” (Diriwayatkan oleh Al-Baghowi dalam tafsirnya 8/251)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
فَقِرَاءَةُ آيَةٍ بِتَفَكُّرٍ وَتَفَهُّمٍ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَةِ خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ
“Membaca satu ayat dengan perenungan dan pemahaman lebih baik dari membaca al-Qur’an hingga khatam namun tanpa tadabbur dan pemahaman” (Miftaah Daaris Sa’aadah hal. 187)
At-Thobari rahimahullah berkata :
إِنِّي لَأَعْجَبُ مِمَّنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَلَمْ يَعْلَمْ تَأْوِيْلَهُ، كَيْفَ يَلْتَذُّ بِقِرَاءَتِهِ؟
“Sungguh aku heran dari orang yang membaca al-Qur’an yang tidak mengerti tafsirnya lantas bagaimana bisa ia berledzat-ledzat dalam membacanya?” (Mu’jam al-Udaba 6/2453, dan dinukil juga oleh Ahmad Syakir di muqoddimah tahqiq beliau terhadap tafsir at-Thobari 1/10)
Ustadz Dr firanda andirja Ma