Tips kalau mau mencari mud yg "origin" :
1. Cari yg sanadnya 'aliy, jgn yg nazil apalagi tak bersanad,
2. Lebih bagus kl dari yg ahli dalam urusan mud,
3. Cari yg syaikh menyediakan mudnya,
4. Walaupun disediakan syaikh, coba di ta'dil lagi oleh air,
5. Mudnya mempertahankan bentuk aslinya.
Yg dimaklumi dalam mud:
1. Dalam satu riwayat didapati ada perbedaan 1 - 5 ml air (1 sendok teh/obat), itu wajar,
2. Sejak dulu mud dibikin secara manual, bukan oleh mesin, jd sangat mungkin tidak terlalu pas/presisi, perbedaan akan ada,
3. Karena perbedaan dimaklumi ini, maka takaran biji2an disempurnakan dgn dipadatkan dan dimucungkan. Proses dipadatkan dan dimucungkan ini akan tidak efektif kalau bentuk mud sudah diubah (tidak asli lagi).
Note: Beberapa riwayat kemungkinan sudah "menambahkan" padat dan mucung ini dalam mudnya itu sendiri, jadi lebih besar ukurannya, maka jikalau demikian cara menakarnya akan berbeda dgn cara menakar kami, ini tak direkomendasikan.
Masalah dalam mud:
1. Sanadnya yg sampai Nabi shallallahu alaihi wasallam ada beberapa perowi majhul,
2. Namun ia shahih (dgn syarat muta'akhirin) kepada mud ahli mekkah/madinah minimal beberapa abad sebelum kita,
3. Sedangkan Nabi shallallahu'alaihi wasallam memerintahkan kaum muslimin menggunakan takaran ahli mekkah/madinah.
Mud menjadi solusi perbedaan berat jenis beras/biji2an yg berbeda-beda.
Ust rikrik aulia