Obat Futur Dalam Menuntut Ilmu
Futur secara bahasa
فَتَرَ الشيء فتورا أي لَانَ بعد شِدَّة و سَكَنَ بعد حِدَّةٍ
Artinya lemas setelah semangat, atau tumpul setelah tajam.
Futur itu terjadi dalam banyak hal, namun pembahasan kita adalah saat proses menuntut ilmu.
Futur itu terjadi pada diri seseorang, bukan pada dzat menuntut ilmunya. Karena menuntut ilmu itu tetaplah amalan sholeh.
Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan di dalam kitab Madarijus Salikin, bahwa orang-orang yang berjalan mencari keridhoan Allah Ta’ala, ada kalanya mengalami Futur.
Nabi Muhammad salallahu alaihissalam bersabda, dalam riwayat Imam Ahamad
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ »
“Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.”
شرة بمعنى قوة
Iman itu naik turun, sebagaimana aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.
يزيد بطاعة الرحمن و ينقص بطاعة الشيطان
Kisah Handolah, bahwasanya beliau mengatakan :
نافق حنضلة
"Handolah telah munafik" lalu ditanya oleh Abu Bakar, kenapa? Dijawab : Saat saya berada di hadapan Rasulullah salallahu alaihissalam imanku bertambah, namun ketika jauh dari beliau imanku tidak seperti itu. Apakah itu bukan kemunafikan namanya. Abu Bakar pun juga merasakan demikian.
Maka mereka berdua sama sama menghadap Nabi, dijawab oleh beliau.
Jika seandainya iman kalian demikian terus (naik terus), maka malaikat akan berjabat tangan saking tingginya iman kalian.
ولكن ساعةً ساعةً
"Semua itu ada saat saatnya"
Futur itu terbagi menjadi dua macam
A. Futur secara Naluri
Sebagaimana hadist riwayat Ahmad tadi, bahwa manusia memiliki masa-masa kurang semangat/futur.
Dalam beberapa ayat, Allah mengatakan bahwa manusia itu ada sisi lemahnya
خلق الإنسان ضعيفا
"Manusia itu lemah"
إنه كان ظلوما جهولا
"Manusia itu dholim dan jahil (tidak tau apa-apa)"
Di antara futur naluri,
- Ngantuk
- Lapar
- Kekuatan fisik (penyakit badan)
Futur seperti ini wajar karena sudah naluri setiap manusia akan mengalaminya, Maka hal-hal di atas dijalani saja seperti biasanya, waktunya tidur ya tidur, waktunya makan ya makan, waktunya berobat ya berobat.
Jika penuntut ilmu mengalami demikian, maka pindah dari aktivitas ngaji kitab-kitab berat menuju aktivitas ngaji kitab-kitab ringan dan kisah-kisah.
B. Futur yang membinasakan sebagaimana kata Imam Ibnul Qoyyim.
- Mencegah sebelum terjadi
Kaidah dari orang-orang yang memiliki akal yang sehat :
الدفاع خير من العلاج
" Mencegah lebih baik daripada mengobati"
- Cepat diobati jika sudah terjangkit
Sebab Futur
1. Maksiat
Futur itu penyakit yang menghancurkan sebagaimana kata Imam Ibnu Qoyyim..
داء المهلِك أو داء فَتَّاك
Nabi Muhammad salallahu alaihissalam bersabda dalam sebuah Hadist qudsi, Allah berfirman :
إن قلوب بني آدام بين إصْبَعَيْنِ من أصابع الرحمن يقلب كيف يشاء
"Hati anak Adam berada di dua jamari Allah, diputar balik sesuai kehendak Allah"
Kalau kita bermaksiat, maka apa yang akan terjadi pada hati kita?
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan : Kenapa manusia tertimpa rasa bosan dalam ibadah kepada Allah?
- Senang dgn dunia/semangat cari uang.
Maka akan terjadi kebosanan dalam ibadahnya.
- Kurang taat dan jatuh dalam kemaksiatan
Imam Malik menasehati imam syafii
إني أرى فيك نورا، لم تُطْفِئْهُ بالمعصية
" Aku melihat pada dirimu cahaya, jangan padamkan dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala"
2. Salah langkah dalam belajar
Imam Syaukany di dalam kitab Badru Toli' menyebutkan dua hal penyebab seorang gagal dalam belajar :
- Dia kurang cerdas
- Dia cerdas, akan tetapi salah langkah di dalam belajar sehingga dia Futur.
Salah satu cara belajar yang salah, adalah semua hal dipelajari tanpa jenjang.
Al-A'masy Sulaiman Ibnu Mihran mengatakan :
من درس جملةً، ذهب جملةً
"Siapa yang belajarnya banyak sekaligus, maka yang akan hilang sekaligus juga banyak"
Padahal para sahabat dahulu, belajarnya itu sedikit demi sedikit, lalu dihafal dan diamalkan. Ibnu Abbas berkata :
كنا نتعلم عَشْرَ آيات، لم نجَاوِزْها حتى نحفظَها و نعملَ بها
"Kami dahulu, belajar AL Quran 10 ayat, dan tidak kami tambah kecuali sudah dihafal dan diamalkan"
Belajar itu memang butuh sabar, disebutkan di dalam Kitab Siyar A'lam Nubala. Bahwa Al-Kisa'i atau yang biasa disebut al-kasai. Dia itu selama belajar sangat sulit memahami pelajaran, hingga usianya sudah tua hingga ada keputusasaan dalam dirinya.
Suatu ketika dia melihat semut membawa makanan naik ke atas. Setiap kali akan beranjak naik dia terjatuh, begitu terus. Namun akhirnya berhasil.
Imam Al-Kisa'i pun terinsiparasi, sehingga dia tidak putus asa lagi untuk belajar. Dan diapun giat belajar hingga akhirnya menjadi Imam Besar dalam bidang Nahwu.
Imam Syafi'i mengatakan
كل من تبحر في علم النحو فهو عيال إلى الكسائي
" Siapa saja yang mumpuni dalam ilmu Nahwu, maka pasti dia butuh terhadap ilmunya Al Kisa'i"
3. Temen yg buruk / مصاحبة الأشقياء
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Obat Futur
1. Menghindari maksiat
Ilmu syar'i itu adalah warian para Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Sedangkan para Nabi itu adalah makhluk pilihan dari Allah.
Ilmu juga anugerah/pilihan dari Allah diberikan kepada hambanya, atau dalam bahasa lain hadiah rabbaniyah, minhah rohmaniyah. Yakni pemberian dari Allah Ta’ala.
Betapa banyak orang-orang yang tidak terlalu pintar, namun dia bisa jadi orang nomor satu dalam keilmuan. Semata-mata hanya Taufiq dari Allah, sebagaimana kisah Al-Kisa'i, juga kisah Rabi' bin Sulaiman Al Murodi yang menjadi pewaris ilmunya Imam Syafi'i.
Allah tidak akan memberikan anugerah ilmu kepada orang-orang yang bermaksiat kepadanya.
Dalam konsep ilmu itu dikenal
و اتقوا الله و يعلمكم الله
" Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah yang akan memberikan ilmu kepada kalian"
Imam Syafii meminta nasihat kepada gurunya, yaitu imam Waki' bin Al Jarroh
شكوت إلى وكيع
سوء حفظي
فأرشدني إلى ترك المعاصي
وَأخْبَرَنِي بأَنَّ العِلْمَ نُورٌ -
ونورُ الله لا يهدى لعاصى
"Aku mengadu kepada Guru ku Waki' tentang buruknya hafalan ku, maka beliau menasehati agar aku meninggalkan maksiat. Karena ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat"
Ilmu yang dimaksud bukan hanya pintar saja, namun ilmu yang berbuah amal, ilmu yang barokah.
Karena kalau hanya sekedar pinter, maka orang kafir banyak yang pinter. Dahulu sebelum muncul Internet, atau maktabah syamilah. Orang-orang alim jika ingin mencari hadist maka mengandalkan kitab
المعجم المفهرس لألفاظ الحديث النبوي
Dan perlu antum ketahui, bahwa penulisnya adalah seorang kafir orientalis. Lha kok bisa? Ya bisa, kalau sekedar pintar bisa. Namun dia tidak mendapatkan Taufiq dari Allah sehingga tetap mati di atas kekafiran.
2. Tadarruj dalam belajar
Seseorang butuh kecerdasan untuk mendapatkan ilmu, dan cerdas itu ada yang bawaan, ada juga karena latihan.
Nabi Muhammad salallahu alaihissalam bersabda :
إنما العلم بالتعلم
"Meraih Ilmu itu dengan belajar"
Metode belajar itu sudah diajarkan oleh para ulama kita di dalam banyak kitabnya. Oleh karenanya kita harus mengikuti jalan mereka.
Ibnu Abdil Bar mengatakan di kitabnya
من خالف منهج العلماء في طلب علم اجتهادا زل، و من خالفه عمدا ضل
"Barangsiapa yang menyelisihi cara para ulama dalam Menuntut ilmu secara ijtihad maka akan tergelincir, barangsiapa yg menyelisihi secara sejanga maka akan sesat"
Belajar itu bersama guru, hadir di majelis. Barokah akan turun. Adapun online itu hanya saat darurat saja.
3. Berteman dengan orang orang yang baik dan semangat
Karena teman itu sangat memengaruhi seseorang. Maka bergaullah dengan orang-orang sholeh agar ketularan sholeh.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad salallahu alaihissalam perumapaan berteman dengan penjual minyak wangi, minimal kita dapat bau wanginya.
Cacatan Kajian Bersama Ust. Kholiful Hadi dan Ust. Ahmad Sabiq, Lc Hafidzahumallahu Ta'ala.
✍️Abu Yusuf Akhmad Ja'far