Senin, 07 Desember 2020

FOKUSLAH_BELAJAR#DAN_PERHATIKAN_GURUMU

#FOKUSLAH_BELAJAR
#DAN_PERHATIKAN_GURUMU

📜Pertanyaan :
Aku punya keingingan yang kuat sekali untuk belajar -thalabul ilmi- sejak bertahun-tahun, tapi yang menjadi penghalangku adalah pekerjaan mencari nafkah yang menghabiskan seluruh waktu siang hariku, tapi sekarang Allah telah mengkaruniakan kepadaku gaji (pemasukan) sehingga aku tidak perlu bekerja, apakah aku masih ada kesempatan untuk belajar sedangkan umurku sudah masuk tiga puluh tahun?

♦ Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjawab :
"Fokuslah untuk belajar ilmu meskipun telah menginjak usia tiga puluh tahun, tidak kah engkau ingat bahwa para rasul alaihimus shalatu wassalam mereka diutus menjadi rasul ketika menginjak umur empat puluh tahun, janganlah syaithan menelantarkanmu seraya berbisik 'engkau sudah lewat umur (masa belajar)'.!
Tapi belajarlah.. meskipun engkau telah berumur tiga puluh tahun, kita mengajak saudara kita yang telah Allah karunikan kepadanya harta agar mulai belajar -thalabul ilmi-, aku nasehatkan (juga) jangalah duduk di majlis seorang alim tanpa ia ketahui aqidahnya. karena aqidah ini perkara yang penting, bisa jadi seseorang hadir di majlis guru/dai yang fasih dalam berbicara dan pandai dalam penjelasannya bahkan bisa mensihir orang yang hadir, tapi aqidahnya rusak. sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

إِنَّ مِنَ البَيَانِ لَسِحْرَا
"Sesungguhnya dalam penjelasan (bayan) itu mengandung sihir". (HR. Bukhari no. 5146 dan Muslim no. 869)

Maka aku nasehatkan :
Pertama. Pilihlah orang alim yang sudah dikenal aqidahnya lurus.
Kedua. orang alim yang tujuannya benar, tidak bermaksud riya', sombong dan merendahkan orang lain.
Ketiga. Orang alim yang selamat manhajnya.
karena sebagian orang alim aqidahnya lurus, tujuannya benar, tapi ternyata rusak manhajnya, suka membicarakan kesalahan orang lain dan tidak mengoreksi kesalahannya sendiri.

sebagai contoh :
ia membicarakan (buruk) para ulama, membicarakan (buruk) para pemimpin atau waliyyul amri. 

Tidak diragukan bahwa kita ini hidup di zaman yang jauh dari zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam, antara kita dengan zaman Nabi empat belas abad, kalau bukan karena Allah yang menjaga agama ini niscaya umat ini akan hancur dan binasa sebagaimana umat-umat sebelumnya, tetapi akan senantiasa ada sekelompok dari umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang tegak diatas kebenaran.

maka aku tegaskan, sesungguhnya ada sebagian orang yang jatuh (rusak) manhajnya karena lisannya tajam kepada kehormatan para ulama atau para pemimpin, seakan-akan ia diberi tugas untuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan para ulama dan pemimpin.

Kita tidak meragukan bahwa para ulama punya salah, dan tidak ada seoraag pun dari mereka yang ma'shum, karena jika ada seorang alim yang dijadikan panutan jatuh dalam kesalahan maka hendaknya kita menasehatinya langsung antara kita dan dia, tanpa (harus) menyebarkan kesalahannya, karena jika engkau sebarkan kesalahan-kesalahan orang alim berarti engkau telah berbuat buruk kepadanya secara pribadi, dan berbuat buruk kepada syariat yang dia bawa. karena manusia jika sedikit kepercayaannya kepada ulama, niscaya ucapan ulama tersebut tidak lagi berharga diantara manusia. berarti engkau telah meruntuhkan syariat yang telah dibawa ulama tersebut. maka siapa yang benar-benar ingin memberi nasehat orang alim hendaknya ia berdua dengannya, kemudian berbicara dengan penuh adab dan hormat. 
dan katakan kepada orang alim tersebut : Wahai Syaikh yang mulia, engkau telah berkata demikian dan demikian... tapi ini berbeda dengan apa yang ana ketahui, manakah yang benar?

Seperti itu juga kita katakan tentang para pemimpin, karena dari zaman dulu para pemimpin melakukan kesalahan, Khalifah bani Umayyah, Khalifah bani Abbasiyah dan yang lainnya melakukan kesalahan. kalian dapati para ulama mengingatkan apa yang telah diingatkan Nabi shallallahu alaihi wasallam agar tidak menyebarkan kesalahan para pemimpin dan bersewenang wenang kepada mereka. tapi kadang sebagian orang memiliki semangat yang menggebu-gebu sampai ia membicarakan keburukan pemimpin, yang berakibat sewenang-wenang kepada para pemimpin bahkan sampai memberontak mereka. akhirnya menghasilkan mafsadah yang besar dengan alasan untuk membela islam. 

Membela islam adalah wajib bagi setiap muslim tapi dengan hikmah, nasehat yang baik, dengan lemah lembut. adapun menyebarkan kesalahan-kesalahan peminpin maka ini akan menghasilkan keburukan yang banyak, betapa banyak nyawa yang melayang karena sebab ini. 

Maka aku nasehatkan kepada para penuntut ilmu yang benar-benar ingin mencari ilmu : Piihlah guru yang sudah dikenal aqidahnya lurus, tujuannya benar, manhajnya selamat. jika engkau memilih guru yang seperti ini, maka besar harapan engkau akan selamat dan sukses dengan ijin Allah dan TaufiqNya.

📚Majmu' Fatawa Ibnu Utsaimin, 26/158-159.

Semoga bermanfaat dan menjadi motivasi untuk kita dalam belajar ilmu syar'i.
ust Alif El qibty